Indonesia Rentan Dihantam Perubahan Iklim, Sri Mulyani Waspada
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, bahwa Indonesia termasuk negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim . Dia pun menjabarkan bahwa ada beberapa alasan yang membuktikan kerentanan tersebut.
Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, sehingga sangat rentan terhadap risiko perubahan iklim, khususnya kenaikan level air laut.
"Kedua, dari tahun 1981-2018, Indonesia mengalami kenaikan temperatur sebesar 0.03 derajat celcius setiap tahunnya," jelas Menkeu Sri Mulyani dalam G20 Webinar Series: Unlocking Innovative Financing Schemes and Islamic Finance secara virtual di Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Alasan ketiga, dari tahun 2010 hingga 2018, tren emisi gas rumah kaca nasional Indonesia meningkat 4.3% tiap tahunnya. Tak hanya itu, Indonesia mengalami kenaikan level permukaan air laut sebesar 0,8 hingga 1,2 cm per tahun, dengan 65% populasi penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir.
"Tak hanya itu, risiko dari perubahan iklim ini pun perlu diwaspadai. Kelangkaan air bisa disebabkan oleh adanya banjir parah dan kekeringan, ekosistem tanah hancur karena kebakaran hutan yang juga parah. Hal ini bisa menyebabkan hilangnya ekosistem, biodiversitas, dan perubahan dalam biomassa," ungkap Sri Mulyani.
Ekosistem laut pun, sebut dia, juga terancam. Naiknya permukaan air laut berpotensi mendorong punahnya terumbu karang, rumput laut, mangrove, biodiversitas kelautan, dan ekosistem laut. Bahkan, kualitas kesehatan pun juga bisa berkurang.
Hal ini mengingat adanya banjir yang menyebabkan penyebaran penyakit melalui media air dan kematian akibat tenggelam. Temperatur yang terus meningkat juga berpotensi menimbulkan kematian akibat gelombang panas.
"Kelangkaan pangan juga patut diwaspadai, karena perubahan terhadap produksi bioma dan ekosistem bisa menimbulkan kelangkaan pangan bagi semua makhluk hidup," bebernya.
Bukan hanya itu, Sri pun menegaskan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan risiko ancaman bencana hidrometeorologis yang sekarang berkontribusi terhadap 80% bencana alam yang terjadi di Indonesia. "Potensi kerugian ekonomi Indonesia juga bisa mencapai 0,66 hingga 3,45% GDPP di 2030," pungkasnya.
Pertama, Indonesia adalah negara kepulauan dengan lebih dari 17 ribu pulau, sehingga sangat rentan terhadap risiko perubahan iklim, khususnya kenaikan level air laut.
"Kedua, dari tahun 1981-2018, Indonesia mengalami kenaikan temperatur sebesar 0.03 derajat celcius setiap tahunnya," jelas Menkeu Sri Mulyani dalam G20 Webinar Series: Unlocking Innovative Financing Schemes and Islamic Finance secara virtual di Jakarta, Rabu (27/7/2022).
Alasan ketiga, dari tahun 2010 hingga 2018, tren emisi gas rumah kaca nasional Indonesia meningkat 4.3% tiap tahunnya. Tak hanya itu, Indonesia mengalami kenaikan level permukaan air laut sebesar 0,8 hingga 1,2 cm per tahun, dengan 65% populasi penduduk Indonesia tinggal di wilayah pesisir.
"Tak hanya itu, risiko dari perubahan iklim ini pun perlu diwaspadai. Kelangkaan air bisa disebabkan oleh adanya banjir parah dan kekeringan, ekosistem tanah hancur karena kebakaran hutan yang juga parah. Hal ini bisa menyebabkan hilangnya ekosistem, biodiversitas, dan perubahan dalam biomassa," ungkap Sri Mulyani.
Ekosistem laut pun, sebut dia, juga terancam. Naiknya permukaan air laut berpotensi mendorong punahnya terumbu karang, rumput laut, mangrove, biodiversitas kelautan, dan ekosistem laut. Bahkan, kualitas kesehatan pun juga bisa berkurang.
Hal ini mengingat adanya banjir yang menyebabkan penyebaran penyakit melalui media air dan kematian akibat tenggelam. Temperatur yang terus meningkat juga berpotensi menimbulkan kematian akibat gelombang panas.
"Kelangkaan pangan juga patut diwaspadai, karena perubahan terhadap produksi bioma dan ekosistem bisa menimbulkan kelangkaan pangan bagi semua makhluk hidup," bebernya.
Bukan hanya itu, Sri pun menegaskan bahwa perubahan iklim dapat meningkatkan risiko ancaman bencana hidrometeorologis yang sekarang berkontribusi terhadap 80% bencana alam yang terjadi di Indonesia. "Potensi kerugian ekonomi Indonesia juga bisa mencapai 0,66 hingga 3,45% GDPP di 2030," pungkasnya.
(akr)