Sinyal Harga BBM Naik? Pengusaha Minta Subsidi Jangan Dicabut
loading...
A
A
A
JAKARTA - Para pengusaha berharap Pemerintah terus melanjutkan insentif-insentif hingga tahun depan. Termasuk tidak mencabut subsidi BBM (Bahan Bakar Minyak), sebab daya beli masyarakat masih tertekan.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Fiskal dan Publik, Suryadi Sasmita mengatakan, meskipun perekonomian Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Namun masih muncul kekhawatiran-kekhawatiran yang dihadapi oleh masyarakat termasuk pengusaha.
“Sekalipun kita tuh punya optimis yang luar biasa, tentu kita sementara ini pengusaha mempunyai suatu hati-hati. Kenapa kehati-hatian yakini masih ada risiko eksternal yang tidak terkendali misalkan perang dan wabah penyakit yang up and down, meskipun kita sudah menganggap apndemi menjadi endemic,” kata Suryadi dalam MYEO Day 2: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).
Dia mengatakan, sebagian negara masih ketat dalam menangani pandemi covid-19. Begitupun dengan geopolitik perang Rusia dan Ukraina yang tidak bisa diprediksi kapan selesainya.
"Bahkan ada informasi terbaru bahwa Taiwan dan China sedang mengalami gesekan. Kekhawatiran ini pun bukannya gak ada, tapi ada,” katanya.
Karena hal itu berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sensitif yang berpengaruh ke tingkat konsumsi masyarakat, seperti subsidi BBM akan dicabut, Bantuan sosial, upah ketenagakerjaan, dan sebagainya.
“Ini juga merupakan suatu kekhawatiran-kekhawatiran, kalau tidak disubsidi yang efeknya kena terhadap UMKM. Tapi kalau disubsidi bagaimana kita punya fiskal kita apakah kita cukup?,” ujarnya.
Sementara itu, mengenai kepastian guna berusaha, Kadin menginginkan pemerintah memberikan banyak insentif-insentif terus diadakan hingga tahun depan. Terutama untuk untuk masyarakat seperti sektor properti pihaknya masih menginginkan untuk adanya insentif.
Kadin juga meminta agar Pemerintah tidak mencabut kebijakan subsidi BBM, karena daya beli masyarakat masih lemah. Selain itu, perbankan jangan dulu menaikkan suku bunga, lebih baik dipertahankan dulu.
“Seperti BBM juga, ya jangan dihilangkan dia punya subsidinya karena rakyat kecil ini masih daya beli masih tertekan. Perbankan juga kalau bisa jangan dinaikkan dulu suku bunga supaya bisa kita pertahankan supaya bisa inflasi ini diatur sedemikian rupa,” jelasnya.
Kendati begitu, Inflasi Indonesia masih di bawah pertumbuhan ekonomi. Negara lain inflasinya melebihi 3 kali lipat pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, Kadin sangat mengapresiasi Pemerintah terutama Bank Indonesia (BI) yang masih bisa mengontrol suku bunga hingga sekarang.
“Indonesia menurut saya inflasi kita di bawa pertumbuhan ekonomi. Kalau di negara lain punya mereka pertumbuhan ekonominya itu hanya 3 persen lebih, tapi inflasi 9 persen lebih, jadi tiga kali di atas pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.
Wakil Ketua Umum KADIN Bidang Fiskal dan Publik, Suryadi Sasmita mengatakan, meskipun perekonomian Indonesia lebih baik dibanding negara lain. Namun masih muncul kekhawatiran-kekhawatiran yang dihadapi oleh masyarakat termasuk pengusaha.
“Sekalipun kita tuh punya optimis yang luar biasa, tentu kita sementara ini pengusaha mempunyai suatu hati-hati. Kenapa kehati-hatian yakini masih ada risiko eksternal yang tidak terkendali misalkan perang dan wabah penyakit yang up and down, meskipun kita sudah menganggap apndemi menjadi endemic,” kata Suryadi dalam MYEO Day 2: Prospek Pemulihan Ekonomi Indonesia di Tengah Perubahan Geopolitik Pascapandemi, Rabu (3/8/2022).
Dia mengatakan, sebagian negara masih ketat dalam menangani pandemi covid-19. Begitupun dengan geopolitik perang Rusia dan Ukraina yang tidak bisa diprediksi kapan selesainya.
"Bahkan ada informasi terbaru bahwa Taiwan dan China sedang mengalami gesekan. Kekhawatiran ini pun bukannya gak ada, tapi ada,” katanya.
Karena hal itu berpengaruh terhadap kebijakan-kebijakan sensitif yang berpengaruh ke tingkat konsumsi masyarakat, seperti subsidi BBM akan dicabut, Bantuan sosial, upah ketenagakerjaan, dan sebagainya.
“Ini juga merupakan suatu kekhawatiran-kekhawatiran, kalau tidak disubsidi yang efeknya kena terhadap UMKM. Tapi kalau disubsidi bagaimana kita punya fiskal kita apakah kita cukup?,” ujarnya.
Sementara itu, mengenai kepastian guna berusaha, Kadin menginginkan pemerintah memberikan banyak insentif-insentif terus diadakan hingga tahun depan. Terutama untuk untuk masyarakat seperti sektor properti pihaknya masih menginginkan untuk adanya insentif.
Kadin juga meminta agar Pemerintah tidak mencabut kebijakan subsidi BBM, karena daya beli masyarakat masih lemah. Selain itu, perbankan jangan dulu menaikkan suku bunga, lebih baik dipertahankan dulu.
“Seperti BBM juga, ya jangan dihilangkan dia punya subsidinya karena rakyat kecil ini masih daya beli masih tertekan. Perbankan juga kalau bisa jangan dinaikkan dulu suku bunga supaya bisa kita pertahankan supaya bisa inflasi ini diatur sedemikian rupa,” jelasnya.
Kendati begitu, Inflasi Indonesia masih di bawah pertumbuhan ekonomi. Negara lain inflasinya melebihi 3 kali lipat pertumbuhan ekonominya. Oleh karena itu, Kadin sangat mengapresiasi Pemerintah terutama Bank Indonesia (BI) yang masih bisa mengontrol suku bunga hingga sekarang.
“Indonesia menurut saya inflasi kita di bawa pertumbuhan ekonomi. Kalau di negara lain punya mereka pertumbuhan ekonominya itu hanya 3 persen lebih, tapi inflasi 9 persen lebih, jadi tiga kali di atas pertumbuhan ekonomi,” pungkasnya.
(akr)