Sri Mulyani Mulai Fokus pada Dampak Konflik China-Taiwan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keadaan ekonomi Indonesia saat ini relatif terjaga atau dalam posisi yang aman. Kondisi itu dibuktikan dengan masih terjaganya sisi permintaan-penawaran hingga stabilnya inflasi di Indonesia jika dibandingkan dengan negara lain.
“Dalam artian demand-supplynya tetap terjaga. Inflasi memang tertahan karena kita juga memberi subsidi banyak. Tapi ekspor dan konsumsi yang supporting ini dengan sisi supply juga responsif. Kita bisa mendapatkan growth 5,4% dengan inflasi relatif stabil,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani , dikutip di Jakarta, Minggu (7/8/2022).
Meski demikian, Sri juga menyatakan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan ekonomi ke depan yang berasal dari global. Terdapat empat situasi yang perlu diantisipasi oleh Indonesia.
“Tantangan ke depan seperti apa? Well, it is certainly coming from luar,” tandas Sri.
Pertama, kebijakan negara maju. Sri mengatakan, jika Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunganya secara lebih agresif dapat menaikkan inflasi yang berakibat pada pertumbuhan ekonomi hingga ke negara berkembang.
“Jadi itu yang harus kita hadapi. Spill over dari negara-negara advance dari ekonomi maupun policy yang mereka adopsi,” jelas Sri.
Tantangan kedua yang lebih sulit diprediksi yaitu konflik geopolitik. Jika sebelumnya fokus konflik Ukraina-Rusia, kini terdapat pula konflik di Taiwan.
Selanjutnya, tantangan ketiga yaitu perubahan iklim. Sri mencontohkan nyatanya dampak perubahan iklim ini seperti terjadinya kekeringan di banyak negara di Afrika, yaitu Madagaskar, suhu di India yang bisa mematikan, mencapai 41 derajat celcius, adanya heat wave di Eropa, dan kebakaran hutan di Australia.
Terakhir, tantangan keempat yaitu digital teknologi. Tantangan ini hadir seiring dengan munculnya digital currency dan cryptocurrency.
“Sebagai suatu negara yang open Indonesia relatively midsize, kita harus sangat aware terhadap kemungkinan dinamika yang terjadi setiap saat di negara ini atau globally yang akan memberikan dampak kepada kita,” pungkas Sri.
“Dalam artian demand-supplynya tetap terjaga. Inflasi memang tertahan karena kita juga memberi subsidi banyak. Tapi ekspor dan konsumsi yang supporting ini dengan sisi supply juga responsif. Kita bisa mendapatkan growth 5,4% dengan inflasi relatif stabil,” ungkap Menteri Keuangan Sri Mulyani , dikutip di Jakarta, Minggu (7/8/2022).
Meski demikian, Sri juga menyatakan bahwa Indonesia akan menghadapi tantangan ekonomi ke depan yang berasal dari global. Terdapat empat situasi yang perlu diantisipasi oleh Indonesia.
“Tantangan ke depan seperti apa? Well, it is certainly coming from luar,” tandas Sri.
Pertama, kebijakan negara maju. Sri mengatakan, jika Federal Reserve (The Fed) menaikkan suku bunganya secara lebih agresif dapat menaikkan inflasi yang berakibat pada pertumbuhan ekonomi hingga ke negara berkembang.
“Jadi itu yang harus kita hadapi. Spill over dari negara-negara advance dari ekonomi maupun policy yang mereka adopsi,” jelas Sri.
Tantangan kedua yang lebih sulit diprediksi yaitu konflik geopolitik. Jika sebelumnya fokus konflik Ukraina-Rusia, kini terdapat pula konflik di Taiwan.
Selanjutnya, tantangan ketiga yaitu perubahan iklim. Sri mencontohkan nyatanya dampak perubahan iklim ini seperti terjadinya kekeringan di banyak negara di Afrika, yaitu Madagaskar, suhu di India yang bisa mematikan, mencapai 41 derajat celcius, adanya heat wave di Eropa, dan kebakaran hutan di Australia.
Terakhir, tantangan keempat yaitu digital teknologi. Tantangan ini hadir seiring dengan munculnya digital currency dan cryptocurrency.
“Sebagai suatu negara yang open Indonesia relatively midsize, kita harus sangat aware terhadap kemungkinan dinamika yang terjadi setiap saat di negara ini atau globally yang akan memberikan dampak kepada kita,” pungkas Sri.
(uka)