Harga Tiket Pesawat Mahal Sampai ke Telinga Jokowi, Begini Perintahnya

Kamis, 18 Agustus 2022 - 15:24 WIB
loading...
Harga Tiket Pesawat Mahal Sampai ke Telinga Jokowi, Begini Perintahnya
Presiden Jokowi meminta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Erick Thohir segera menyelesaikan mahalnya harga tiket pesawat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) meminta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi dan Menteri BUMN Erick Thohir segera menyelesaikan mahalnya harga tiket pesawat .

"Di lapangan yang saya dengar keluhan harga tiket pesawat tinggi. Saya sudah minta Menhub (Menteri Perhubungan) segera ini diselesaikan. Garuda, Menteri BUMN selesaikan tambah pesawatnya agar harga kembali normal, meski nggak mudah karena harga avtur tinggi," ungkap Presiden Jokowi, Kamis (18/8/2022).



Lantas bagaimana strategi Erick Thohir agar maskapai penerbangan pelat merah dapat menstabilkan harga tiket tersebut? Erick mengungkapkan sejumlah langkah agar maskapai penerbangan nasional dapat menstabilkan harga tiket pesawat.

Salah satunya dengan mendorong maskapai penerbangan seperti PT Garuda Indonesia Tbk untuk menambah volume penerbangannya.

"Makanya kalau Garuda bisa lebih produktif lagi dalam jumlah pesawatnya sehingga pengurangan dari stabilitas harga tiket bisa diseimbangi," ujar Erick Thohir ketika dijumpai sejumlah wartawan.



Dia menilai pentingnya menambah volume penerbangan. Di lain sisi, pemegang saham juga segera mendorong agar Penyertaan Modal Negara (PMN) Garuda Indonesia sebesar Rp7,5 triliun segera dicairkan.

Dengan modal tersebut Erick optimistis akan mampu membuat Garuda bersaing secara bisnis sekaligus mampu menjaga harga pesawat yang terjangkau bagi rakyat.

"Garuda dulu kita harap (PMN) segera cair, apalagi kita lihat industri penerbangan mesti kita jaga, apalagi harga tiket pesawat ini kan sangat mahal," kata Erick Thohir.

Lebih lanjut Erick Thohir menjelaskan, ada tiga hal yang mengakibatkan tiket pesawat saat ini tinggi. Pertama adalah harga avtur yang meroket. Kedua, daerah tujuan tertentu yang jumlah pesawatnya tidak maksimal.

Lalu faktor terakhir adalah jumlah pesawat yang mau dibeli pun sulit. "Hari ini Boeing dan Airbus kan mengurangi produksinya," ungkap dia.

Meski faktor tersebut memberatkan, namun Erick optimistis Garuda mampu memanfaatkan momentum kebangkitan industri pesawat sekaligus berperan menjaga harga yang terjangkau bagi rakyat.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1801 seconds (0.1#10.140)