Tak Terduga, China Bisa Jadi Penyelamat Krisis Gas Eropa
loading...
A
A
A
BEIJING - Ketakutan Eropa akan kekurangan gas menuju musim dingin mungkin dapat dihindari, berkat China yang terduga menjadi seorang kesatria putih. Pembeli gas alam cair terbesar di dunia itu telah menjual kembali beberapa kargo LNG usai surplus, namun permintaan domestik melemah.
Kondisi ini memberikan pasokan yang cukup di pasar spot yang bisa dimanfaatkan Eropa, meskipun harganya lebih tinggi. Menurut perusahaan riset Kpler, impor LNG Eropa tercatat tumbuh 60% secara year on year (YoY) pada enam bulan pertama tahun 2022.
53 juta ton yang dibeli blok Benua Biru melampui angka impor sebelumnya dari China dan Jepang dan telah membawa tingkat hunian penyimpanan gas Eropa hingga 77%. Bila situasi ini terus berlanjut, Eropa kemungkinan akan mencapai target untuk mengisi 80% fasilitas penyimpanan gasnya pada bulan November.
Sementara itu kemerosotan ekonomi China telah menjadi bantuan yang sangat dibutuhkan ke Eropa, hal ini menjadi catatan utama. Tetapi begitu aktivitas ekonomi bangkit kembali di Negeri Tirai Bambu, situasinya akan segera berbalik.
Hal itu juga akan membuat Eropa bergantung pada Beijing untuk energinya, yang melawan tren geopolitik di mana AS dan sekutunya berusaha untuk mempertahankan tatanan internasional liberal. Namun untuk saat ini, Eropa telah mampu menghindari krisis energi.
Jovo Group China, seorang pedagang LNG besar, baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka telah menjual kembali kargo LNG kepada pembeli Eropa. Seorang pedagang berjangka di Shanghai mengatakan, kepada Nikkei bahwa keuntungan yang dihasilkan dari transaksi semacam itu bisa mencapai puluhan juta dolar atau bahkan mencapai USD100 juta.
Penyuling minyak terbesar China Sinopec Group juga mengakui ada peningkatan pendapatan pada bulan April, lantaran mereka telah menyalurkan kelebihan LNG ke pasar internasional.
Selain itu media lokal menyebutkan bahwa Sinopec telah menjual 45 kargo LNG, atau sekitar 3,15 juta ton. Jumlah total LNG China yang telah dijual kembali mungkin lebih dari 4 juta ton, setara dengan 7% dari impor gas Eropa dalam setengah tahun hingga akhir Juni.
Kondisi ini memberikan pasokan yang cukup di pasar spot yang bisa dimanfaatkan Eropa, meskipun harganya lebih tinggi. Menurut perusahaan riset Kpler, impor LNG Eropa tercatat tumbuh 60% secara year on year (YoY) pada enam bulan pertama tahun 2022.
53 juta ton yang dibeli blok Benua Biru melampui angka impor sebelumnya dari China dan Jepang dan telah membawa tingkat hunian penyimpanan gas Eropa hingga 77%. Bila situasi ini terus berlanjut, Eropa kemungkinan akan mencapai target untuk mengisi 80% fasilitas penyimpanan gasnya pada bulan November.
Sementara itu kemerosotan ekonomi China telah menjadi bantuan yang sangat dibutuhkan ke Eropa, hal ini menjadi catatan utama. Tetapi begitu aktivitas ekonomi bangkit kembali di Negeri Tirai Bambu, situasinya akan segera berbalik.
Hal itu juga akan membuat Eropa bergantung pada Beijing untuk energinya, yang melawan tren geopolitik di mana AS dan sekutunya berusaha untuk mempertahankan tatanan internasional liberal. Namun untuk saat ini, Eropa telah mampu menghindari krisis energi.
Jovo Group China, seorang pedagang LNG besar, baru-baru ini mengungkapkan bahwa mereka telah menjual kembali kargo LNG kepada pembeli Eropa. Seorang pedagang berjangka di Shanghai mengatakan, kepada Nikkei bahwa keuntungan yang dihasilkan dari transaksi semacam itu bisa mencapai puluhan juta dolar atau bahkan mencapai USD100 juta.
Penyuling minyak terbesar China Sinopec Group juga mengakui ada peningkatan pendapatan pada bulan April, lantaran mereka telah menyalurkan kelebihan LNG ke pasar internasional.
Selain itu media lokal menyebutkan bahwa Sinopec telah menjual 45 kargo LNG, atau sekitar 3,15 juta ton. Jumlah total LNG China yang telah dijual kembali mungkin lebih dari 4 juta ton, setara dengan 7% dari impor gas Eropa dalam setengah tahun hingga akhir Juni.