Perundungan di Tempat Kerja Jadi Perhatian Serius Forum G20

Sabtu, 10 September 2022 - 13:15 WIB
loading...
Perundungan di Tempat...
Karyawan beraktivitas di kawasan SCBD Sudirman. FOTO/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Meski berisi orang dewasa dan diatur oleh nilai-nilai profesionalisme, dunia kerja nyatanya tidak steril dari perundungan . Meski prevalensinya cukup besar dan berdampak nyata bagi produktivitas pekerja dan organisasi, kepedulian masyarakat dan industri di Indonesia terhadap persoalan ini perlu jadi perhatian serius.

Perundungan terbukti bisa terjadi pada siapa dan di mana saja. Diperlukan sistem di organisasi untuk mencegah dan mendeteksi serta mengatasi hal itu.

Permasalahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) tersebut menjadi pembahasan pada Presidensi G20 1st International Conference of Manpower and Sustainable Development (IMSIDE): Transformation of Manpower in the Changing World of Work, yang diselenggarakan oleh Kementerian Ketenagakerjaan Republik Indonesia (Kemnaker), Jumat 9 September 2022, Badung, Bali.



Dalam kesempatan itu sektor industri membuat jurnal yang mengupas terkait K3. Terdapat 30 peserta yang mendaftarkan jurnal dengan kategori K3. Perwakilan Adhi Beton menjuarai posisi pertama pada diskusi Jurnal Penelitian dalam salah satu rangkaian

Jurnal yang dimenangkan Perwakilan Adhi Beton ini bertajuk “Pengaruh perundungan terhadap kekhawatiran kerja dan keinginan untuk pindah tempat kerja pada perusahaan konstruksi”. Jurnal yang meneliti tentang perundungan di lingkungan kerja ini disusun oleh Rizka Lailatul Rohmah, Andrew Denny Haryanto, Jiana Rofik Baitur Rozaq, Yudhistira Chandra Bayu yang merupakan Karyawan Adhi Beton. Kemudian jurnal ini menarik perhatian Kemnaker RI terutama dalam bidang budaya K3.

Faktor yang melatarbelakangi jurnal ini adalah perundungan di tempat kerja dapat terjadi dari berbagai profesi, salah satunya karyawan yang bekerja di sektor konstruksi. Penelitian yang dilakukan oleh Opportunity Now dan PwC menunjukkan bahwa hampir 60% pekerja konstruksi pernah mengalami perundungan.

"Bullying di sektor konstruksi cukup sulit dikenali karena biasanya tidak diperhatikan oleh manajemen. Bisa jadi sudah mendarah daging dalam budaya perusahaan," ujar Rizka.

"Pimpinan atau manajemen sama sekali tidak melihat bullying sebagai masalah. Namun demikian, bullying dapat mengurangi produktivitas, dan menyebabkan turnover yang tinggi," imbuhnya.



Hasil dari penelitian dalam jurnal ini menjelaskan bahwa adanya keterkaitan antara perundungan kerja terhadap kekhawatiran pekerjaan dan kinginan untujk meninggalkan tempat kerja. Di mana ketiganya saling berkaitan secara positif, dengan kata lain apabila perundungan meningkat, maka keinginan untuk meninggalkan pekerjaan pun akan meningkat. Hal yang sama juga berlaku terhadap kekhawatiran kerja.

Soal perundungan ini menjadi kekhawatiran yang serius, Kampanye Anti Perundungan diharapkan dapat diagendakan dan direalisasikan oleh Kemnaker, agar terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dan Kesehatan mental yang kondusif. Perlu juga diadakan penelitian lebih lanjut tentang perundungan di sektor lain selain sektor konstruksi untuk penelusuran lebih lanjut.

(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1330 seconds (0.1#10.140)