Tantangan Naik Kelas

Jum'at, 03 Juli 2020 - 05:58 WIB
loading...
A A A
"Masyarakat yang sedang kesulitan harusnya didekati dengan memperbaiki taraf hidup mereka. Bukan lagi dengan jargon pelemahan ekonomi atau mengejar pertumbuhan. Masyarakat tidak akan tersentuh, apalagi bergairah untuk bangkit. Khususnya bagi para pekerja harian, sektor informal, ataupun pengusaha UMKM. Mereka harus disentuh secara baik," ujarnya.

Peneliti Indef Bhima Yudhistira menerangkan, dari sisi perdagangan internasional naiknya ststus Indonesia menjadi negara berpendapatan menengah atas akan menimbulkan konsekuensi berupa makin sedikitnya produk Indonesia yang mendapatkan fasilitas keringanan tarif.

"Jadi tinggal menunggu waktu misalnya AS akan mencabut fasilitas GSP (Generalized System of Preferences). Padahal banyak produk yang diuntungkan dari fasilitas GSP seperti tekstil, pakaian jadi, pertanian, perikanan, coklat, hingga produk kayu," kata Bhima. (Baca juga: Kemendagri Desak Pemda Mutakhirkan Data Ketahanan Pangan)

Adapun dari sisi pembiayaan, naiknyta status tersebut berarti bahwa Indonesia semakin dianggap mampu membayar bunga dengan rate yang lebih mahal.

"Negara-negara kreditur juga akan memprioritaskan negara yang incomenya lebih rendah dari Indonesia khususnya negara kelompok low income countries. Dengan kondisi ini, maka pilihan Indonesia untuk mencari sumber pembiayaan murah makin terbatas," urai Bima.

Manufaktur Masih Lemah

Pada kesempatan terpisah, data manufaktur yang dirilis IHS Markit menyebutkan indeks belanja manajer atau Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur Indonesia pada Juni 2020 berada di posisi 39,1 atau naik 10 poin dibandingkan Mei yang di level 28,6. Hasil ini cukup memberikan harapan di tengah upaya pemerintah mengembalikan aktivitas ekonomi setelah sempat lesu saat masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) selama beberapa bulan terakhir. Saat ini masa PSBB di beberapa daerah mulai dilonggarkan dengan memasuki masa transisi menuju kenormalan baru (new normal) di tengah pandemi Covid. (Lihat videonya: Begal Motor Menangi dan Cium Kaki Ibunya Saat Dibezuk)

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani berpendapat, kebijakan new normal memberikan angin segar bagi industri manufaktur untuk meningkatkan kinerja atau output produksi. Namun, perlu diperhatikan bahwa angka ini masih jauh di bawah level 50, sehingga industri manufaktur masih akan menekan produksi satu bulan ke depan dan belum akan kembali memproduksi hingga level pra-pandemi.

"Jadi jangan diharapkan produksi akan kembali ke level kinerja di Februari 2020 dalam waktu dekat, karena pelaku industri masih wait and see," ujarnya di Jakarta kemarin. (Rina Anggraeni/Hafid Fuad/Oktiani Endarwati/Michelle Natalia/M Shamil)
(ysw)
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1897 seconds (0.1#10.140)