20% Bahan Baku Masih Impor, Harga Baterai Mobil Listrik jadi Mahal
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Aneka Tambang Tbk (Antam) menilai harga baterai yang dihasilkan PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) akan menjadi kompetitif jika harga bahan baku yang digunakan pun jauh lebih murah.
Perkaranya, 20% bahan baku yang digunakan untuk memproduksi baterai masih harus diimpor dari sejumlah negara.
Salah satunya lithium yang diimpor dari China , Chile, dan Australia. Adapun kebutuhan IBC terhadap lithium mencapai 70.000 ton per tahun.
"Pada akhirnya harus dilihat secara keseluruhan, baterai yang dihasilkan nanti harga kita adalah kompetitif dengan baterai-baterai yang diciptakan atau dihasilkan negara-negara lain," kata Direktur Utama Antam Nico Kanter, Selasa (20/9/2022).
Nico mencatat kebijakan pemerintah dan legislatif bisa mendorong tarif impor lithium menjadi murah. Dengan begitu, bisa menekan bisa produksi hingga harga baterai yang sudah dihasilkan.
"Kebijakan yang akan dibantu (DPR) adalah bagaimana kita bisa menciptakan supaya kebijakan untuk impor lithium itu tidak diberikan, dikenakan, misalnya tarif yang tinggi," tuturnya.
Menurut dia, tidak ada negara yang bisa menghasilkan produk baterai dengan hanya mengandalkan sumber daya energi di negaranya sendiri.
Artinya, setiap produsen memiliki ketergantungan terhadap rantai pasok bahan baku dari negara lain. "Nggak pernah ada itu akan ciptakan atau semua dihasilkan negara terkait, termasuk Indonesia," tukasnya.
Saat ini 80% bahan baku baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV) disediakan Antam. Bahan baku tersebut berupa nikel.
Perkaranya, 20% bahan baku yang digunakan untuk memproduksi baterai masih harus diimpor dari sejumlah negara.
Salah satunya lithium yang diimpor dari China , Chile, dan Australia. Adapun kebutuhan IBC terhadap lithium mencapai 70.000 ton per tahun.
"Pada akhirnya harus dilihat secara keseluruhan, baterai yang dihasilkan nanti harga kita adalah kompetitif dengan baterai-baterai yang diciptakan atau dihasilkan negara-negara lain," kata Direktur Utama Antam Nico Kanter, Selasa (20/9/2022).
Nico mencatat kebijakan pemerintah dan legislatif bisa mendorong tarif impor lithium menjadi murah. Dengan begitu, bisa menekan bisa produksi hingga harga baterai yang sudah dihasilkan.
"Kebijakan yang akan dibantu (DPR) adalah bagaimana kita bisa menciptakan supaya kebijakan untuk impor lithium itu tidak diberikan, dikenakan, misalnya tarif yang tinggi," tuturnya.
Menurut dia, tidak ada negara yang bisa menghasilkan produk baterai dengan hanya mengandalkan sumber daya energi di negaranya sendiri.
Artinya, setiap produsen memiliki ketergantungan terhadap rantai pasok bahan baku dari negara lain. "Nggak pernah ada itu akan ciptakan atau semua dihasilkan negara terkait, termasuk Indonesia," tukasnya.
Saat ini 80% bahan baku baterai yang digunakan untuk kendaraan listrik atau electrical vehicle (EV) disediakan Antam. Bahan baku tersebut berupa nikel.
(ind)