Dirut Garuda Indonesia Ungkap Pengelolaan Bisnis ke Depan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Direktur Utama Garuda Indonesia Irfan Setiaputra menyampaikan bahwa pihaknya terus melakukan berbagai upaya agar perusahaan dapat memperbaiki keuangan perusahaan, seperti melaksanakan program restrukturisasi secara komperensif hingga membuat roadmap bisnis ke depan.
Optimalisasi jumlah pesawat juga terus dilakukan dibarengi dengan penurunan tarif sewa pesawat, pemberlakuan mekanisme power by the hour, inisiatif rute untuk meningkatkan profitabilitas, dan peningkatan ancillary revenue dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif dalam business plan tersebut. Selama ini masalah yang terjadi di Garuda Indonesia adalah biaya sewa pesawat yang tinggi serta pengelolaan rute yang ridak maksimal.
"Masalah Garuda terjadi karena biaya sewa pesawat yang tinggi dan di atas rata-rata pasar, dan pengelolaan rute yang tidak maksimal karena terbang ke banyak tempat dan waktu tidak terdefinisi dengan baik, dan diperparah kondisi covid," ujar Irfan, dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (26/9/2022).
"Secara fix cost kita sangat tinggi, sementara dari segi pendapatan sangat turun drastis. Oleh sebab itu, upaya kita selama satu tahun kita mencoba negosiasi dengan para kreditur, namun demikian dalam perjalanannya kami memahami bahwa program reskturisasi secara komperensif ini menjadi sangat kritikal," imbuhnya.
Irfan mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan pengurangan jumlah pesawat di rute yang tidak mengalami keuntungan ataupun sepi penumpang, dari semula 172 rute, hanya akan menjadi 70-an rute.
Terkait bisnis plan dibutuhkan PMN Rp 7,5 triliun melalui rights issue dan perubahan struktur kepemilikan karena konversi utang kreditur dalam skema PKPU, Garuda Indonesia membutuhkan dukungan Komisi XI, PMN dan rights issue paska PKPU.
Optimalisasi jumlah pesawat juga terus dilakukan dibarengi dengan penurunan tarif sewa pesawat, pemberlakuan mekanisme power by the hour, inisiatif rute untuk meningkatkan profitabilitas, dan peningkatan ancillary revenue dengan mengimplementasikan inisiatif-inisiatif dalam business plan tersebut. Selama ini masalah yang terjadi di Garuda Indonesia adalah biaya sewa pesawat yang tinggi serta pengelolaan rute yang ridak maksimal.
"Masalah Garuda terjadi karena biaya sewa pesawat yang tinggi dan di atas rata-rata pasar, dan pengelolaan rute yang tidak maksimal karena terbang ke banyak tempat dan waktu tidak terdefinisi dengan baik, dan diperparah kondisi covid," ujar Irfan, dalam rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (26/9/2022).
"Secara fix cost kita sangat tinggi, sementara dari segi pendapatan sangat turun drastis. Oleh sebab itu, upaya kita selama satu tahun kita mencoba negosiasi dengan para kreditur, namun demikian dalam perjalanannya kami memahami bahwa program reskturisasi secara komperensif ini menjadi sangat kritikal," imbuhnya.
Irfan mengungkapkan bahwa pihaknya akan melakukan pengurangan jumlah pesawat di rute yang tidak mengalami keuntungan ataupun sepi penumpang, dari semula 172 rute, hanya akan menjadi 70-an rute.
Terkait bisnis plan dibutuhkan PMN Rp 7,5 triliun melalui rights issue dan perubahan struktur kepemilikan karena konversi utang kreditur dalam skema PKPU, Garuda Indonesia membutuhkan dukungan Komisi XI, PMN dan rights issue paska PKPU.
(nng)