Ini Dampak Resesi untuk Orang yang Masih Punya Cicilan Utang
loading...
A
A
A
JAKARTA - Terdapat sejumlah dampak resesi bagi orang yang masih memiliki cicilan utang . Belakangan, ancaman resesi disinyalir terus membayangi perekonomian global, termasuk Indonesia .
Dikutip dari laman OJK, resesi ekonomi bisa diartikan sebagai keadaan perekonomian suatu negara yang tengah memburuk. Adapun hal tersebut bisa terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pertumbuhan ekonomi rill dengan nilai negatif dua kuartal berturut, hingga meningkatnya pengangguran.
Baca juga : Ribuan Triliun Tangkal Resesi
Dari sekian banyak dampak resesi, beberapa di antaranya adalah melambatnya laju ekonomi yang membuat sektor riil menahan produksinya dan berakibat pada PHK, serta pelemahan daya beli masyarakat.
Selain itu, resesi juga berpotensi memberikan dampak terhadap orang-orang yang masih memiliki cicilan utang, terlebih dengan bunga tinggi.
Berikut dua dampak resesi untuk orang yang masih punya cicilan utang :
1. Suku Bunga Lebih Tinggi
Salah satu dampak resesi yang biasanya terjadi adalah kenaikan suku bunga. Dikutip dari laman Redwood, tekanan inflasi yang membuat suku bunga naik secara bertahap memang tidak bisa dihindari.
Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kenaikan suku bunga ini juga akan berdampak pada peningkatan biaya pinjaman yang dirasakan sebuah individu atau kelompok, terlebih bagi mereka yang mengambil utang besar.
Dengan peningkatan suku bunga ini, mereka bisa saja mengalami kesulitan pembayaran atau kondisi paling buruk adalah tidak bisa membayarnya secara berkelanjutan.
Maka dari itu, sebagian ahli menyarankan untuk orang-orang agar segera melunasi utang berbunga tinggi. Alasannya sederhana, untuk menghemat lebih banyak uang dan mengurangi total bunga yang harus dibayarkan dalam jangka panjang.
Baca juga : Memanfaatkan Peluang Resesi, Apa Bisa?
2. Kebutuhan akan Lebih Banyak di Masa Resesi
Di masa resesi, akan lebih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik untuk individu maupun kelompok. Sehingga, sebagian orang tentu akan lebih memprioritaskan kebutuhan pribadi dan keluarganya dibanding membayarkan cicilan hutangnya.
Jika dihubungkan, hal ini relevan dengan salah satu dampak resesi terkait tingkat pengangguran yang meningkat. Dikutip dari laman Business Standard, dengan banyaknya orang kehilangan, akan semakin banyak pula individu atau keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Hasilnya, tingkat pendapatan turun. Bahkan, jika Anda memiliki dana darurat sekalipun, hal tersebut tentu akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu, sebelum nantinya memikirkan kembali cara membayar cicilan yang dimiliki.
Dikutip dari laman OJK, resesi ekonomi bisa diartikan sebagai keadaan perekonomian suatu negara yang tengah memburuk. Adapun hal tersebut bisa terlihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) yang negatif, pertumbuhan ekonomi rill dengan nilai negatif dua kuartal berturut, hingga meningkatnya pengangguran.
Baca juga : Ribuan Triliun Tangkal Resesi
Dari sekian banyak dampak resesi, beberapa di antaranya adalah melambatnya laju ekonomi yang membuat sektor riil menahan produksinya dan berakibat pada PHK, serta pelemahan daya beli masyarakat.
Selain itu, resesi juga berpotensi memberikan dampak terhadap orang-orang yang masih memiliki cicilan utang, terlebih dengan bunga tinggi.
Berikut dua dampak resesi untuk orang yang masih punya cicilan utang :
1. Suku Bunga Lebih Tinggi
Salah satu dampak resesi yang biasanya terjadi adalah kenaikan suku bunga. Dikutip dari laman Redwood, tekanan inflasi yang membuat suku bunga naik secara bertahap memang tidak bisa dihindari.
Akan tetapi, perlu diketahui juga bahwa kenaikan suku bunga ini juga akan berdampak pada peningkatan biaya pinjaman yang dirasakan sebuah individu atau kelompok, terlebih bagi mereka yang mengambil utang besar.
Dengan peningkatan suku bunga ini, mereka bisa saja mengalami kesulitan pembayaran atau kondisi paling buruk adalah tidak bisa membayarnya secara berkelanjutan.
Maka dari itu, sebagian ahli menyarankan untuk orang-orang agar segera melunasi utang berbunga tinggi. Alasannya sederhana, untuk menghemat lebih banyak uang dan mengurangi total bunga yang harus dibayarkan dalam jangka panjang.
Baca juga : Memanfaatkan Peluang Resesi, Apa Bisa?
2. Kebutuhan akan Lebih Banyak di Masa Resesi
Di masa resesi, akan lebih banyak kebutuhan yang harus dipenuhi, baik untuk individu maupun kelompok. Sehingga, sebagian orang tentu akan lebih memprioritaskan kebutuhan pribadi dan keluarganya dibanding membayarkan cicilan hutangnya.
Jika dihubungkan, hal ini relevan dengan salah satu dampak resesi terkait tingkat pengangguran yang meningkat. Dikutip dari laman Business Standard, dengan banyaknya orang kehilangan, akan semakin banyak pula individu atau keluarga yang tidak mampu memenuhi kebutuhannya.
Hasilnya, tingkat pendapatan turun. Bahkan, jika Anda memiliki dana darurat sekalipun, hal tersebut tentu akan difokuskan untuk memenuhi kebutuhan pokok terlebih dahulu, sebelum nantinya memikirkan kembali cara membayar cicilan yang dimiliki.
(bim)