Terkena Sanksi, Mengapa Tingkat Pengangguran di Rusia Rendah?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Meskipun tengah mendapat sanksi dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, Rusia justru membuktikan kestabilan ekonominya dengan angka pengangguran yang semakin menurun.
Dilansir dari Reuters 28 September 2022, Tingkat pengangguran Rusia turun ke rekor terendah 3,8% pada Agustus, namun upah nominal rata-rata yang diperoleh menjadi turun akibat keadaan ekonomi negara setelah terkena sanksi.
Baca juga : Ekspor Batu Bara Rusia Sedang Membara Dibayangi Sanksi Uni Eropa
Angka tersebut tentulah tergolong kecil, mengingat selama periode Desember 2018 hingga Februari 2019, tingkat pengangguran di Rusia adalah 4,9 persen.
Ini tentu mengejutkan karena para ahli memperkirakan peningkatan pengangguran, mengingat sejumlah perusahaan Barat telah memutuskan telah memutuskan kontrak dan beberapa di antaranya melakukan PHK besar besaran.
Hal tersebut merupakan dampak dari perintah mobilisasi parsial Presiden Vladimir Putin pada tenaga kerja. Puluhan ribu pria telah direkrut menjadi tentara atau telah melarikan diri ke luar negeri dalam seminggu terakhir.
Mengenai upahnya sendiri di Rusia turun sebesar 3,2% pada bulan Juli. Upah nominal rata-rata yang diperoleh memang naik dari tahun ke tahun sekitar 62.200 rubel (USD1.083) namun pada bulan Juni nilai upah justru turun sebesar 66,572 rubel.
Menurut Pavel Travkin, seorang peneliti di Laboratorium untuk Studi Pasar Tenaga Kerja di Sekolah Tinggi Ekonomi, tingkat pengangguran yang rendah ini belum tentu merupakan tanda ekonomi yang berkembang.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pengangguran di Rusia. Salah satu faktor penyebab sedikitnya angka pengangguran ini karena sebuah perusahaan tidak dapat memecat karyawannya begitu saja.
Baca juga : Negara Uni Eropa yang Menolak Sanksi untuk Rusia
Terdapat Undang-undang perlindungan tenaga kerja tak mengizinkan perusahaan memecat seseorang begitu saja. Namun, mereka bisa memotong gaji.
Selain itu nilai tunjangan yang menurut mereka kecil juga membuat para pekerja lebih memilih untuk bekerja ketimbang harus menganggur.
Dilansir dari statista.com, tunjangan pengangguran di Rusia berkisar dari 1.500 rubel hingga 12.792 rubel (Sekitar Rp 364 ribu hingga Rp 3 juta) pada tahun 2022. Tarif maksimum meningkat sebesar 662 rubel Rusia dari tahun sebelumnya.
Jadi, perhitungannya sederhana, ketika masa-masa sulit, lebih baik tetap mempertahankan pekerjaan meski dibayar rendah.
Dilansir dari Reuters 28 September 2022, Tingkat pengangguran Rusia turun ke rekor terendah 3,8% pada Agustus, namun upah nominal rata-rata yang diperoleh menjadi turun akibat keadaan ekonomi negara setelah terkena sanksi.
Baca juga : Ekspor Batu Bara Rusia Sedang Membara Dibayangi Sanksi Uni Eropa
Angka tersebut tentulah tergolong kecil, mengingat selama periode Desember 2018 hingga Februari 2019, tingkat pengangguran di Rusia adalah 4,9 persen.
Ini tentu mengejutkan karena para ahli memperkirakan peningkatan pengangguran, mengingat sejumlah perusahaan Barat telah memutuskan telah memutuskan kontrak dan beberapa di antaranya melakukan PHK besar besaran.
Hal tersebut merupakan dampak dari perintah mobilisasi parsial Presiden Vladimir Putin pada tenaga kerja. Puluhan ribu pria telah direkrut menjadi tentara atau telah melarikan diri ke luar negeri dalam seminggu terakhir.
Mengenai upahnya sendiri di Rusia turun sebesar 3,2% pada bulan Juli. Upah nominal rata-rata yang diperoleh memang naik dari tahun ke tahun sekitar 62.200 rubel (USD1.083) namun pada bulan Juni nilai upah justru turun sebesar 66,572 rubel.
Menurut Pavel Travkin, seorang peneliti di Laboratorium untuk Studi Pasar Tenaga Kerja di Sekolah Tinggi Ekonomi, tingkat pengangguran yang rendah ini belum tentu merupakan tanda ekonomi yang berkembang.
Terdapat beberapa hal yang menyebabkan rendahnya tingkat pengangguran di Rusia. Salah satu faktor penyebab sedikitnya angka pengangguran ini karena sebuah perusahaan tidak dapat memecat karyawannya begitu saja.
Baca juga : Negara Uni Eropa yang Menolak Sanksi untuk Rusia
Terdapat Undang-undang perlindungan tenaga kerja tak mengizinkan perusahaan memecat seseorang begitu saja. Namun, mereka bisa memotong gaji.
Selain itu nilai tunjangan yang menurut mereka kecil juga membuat para pekerja lebih memilih untuk bekerja ketimbang harus menganggur.
Dilansir dari statista.com, tunjangan pengangguran di Rusia berkisar dari 1.500 rubel hingga 12.792 rubel (Sekitar Rp 364 ribu hingga Rp 3 juta) pada tahun 2022. Tarif maksimum meningkat sebesar 662 rubel Rusia dari tahun sebelumnya.
Jadi, perhitungannya sederhana, ketika masa-masa sulit, lebih baik tetap mempertahankan pekerjaan meski dibayar rendah.
(bim)