Kredit BNI Tumbuh 9,1% Jadi Rp622,61 Triliun, Sektor Korporasi Jadi Andalan

Senin, 24 Oktober 2022 - 18:35 WIB
loading...
Kredit BNI Tumbuh 9,1% Jadi Rp622,61 Triliun, Sektor Korporasi Jadi Andalan
Bank BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit secara positif di kuartal III 2022. FOTO/dok.Istimewa
A A A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) berhasil mencatatkan pertumbuhan kredit 9,1% secara tahunan menjadi Rp 622,61 triliun di kuartal III 2022 dengan fokus di segmen berisiko rendah, debitur Top Tier di setiap sektor industri prospektif, serta regional champion di masing-masing daerah.

Wakil Direktur Utama Bank BNI Adi Sulistyowati mengatakan, kinerja pertumbuhan kredit didorong kredit korporasi swasta mencapai Rp211,9 triliun atau tumbuh 20,4% year on year (yoy). Selanjutnya, diikuti segmen large komersial yang tercatat sebesar Rp49,4 triliun, tumbuh 22,2% secara yoy.

Pada segmen kecil, pertumbuhan terutama berasal dari kredit usaha rakyat yang tercatat sebesar Rp51,3 triliun atau naik 24,3% yoy dan untuk segmen konsumer mencapai Rp106,9 triliun atau naik 11,3% yoy dengan pertumbuhan pada produk utama payroll loan.

"Pertumbuhan ini sejalan dengan strategi manajemen untuk tumbuh dengan sehat dan sustain menyasar pada debitur top tier, segmen industri prospektif, diiringi dengan kebijakan manajemen risiko yang prudent," ujar dia dalam konferensi pers, Senin (24/10/2022).



Perkembangan kinerja BNI hingga kuartal II 2022 juga didukung oleh tingkat permodalan yang kuat dan likuiditas yang memadai. Sebagaimana tercermin dari Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di level 18,9% dan Loan to Deposit Ratio (LDR) yang berada pada posisi 91,2%.

"Selain itu, Liquidity Coverage Ratio (LCR) yang berada di 193% dan Net Stable Funding Ratio berada di 124% menunjukkan bahwa BNI memiliki kecukupan likuiditas untuk mendukung pertumbuhan bisnis," jelas Susi.

Dari sisi kualitas aset, Loan at Risk (LAR) mengalami penurunan signifikan dari 25,2% di September 2021, menjadi 19,3% di September 2022. Hal ini utamanya disebabkan oleh menurunnya jumlah kredit restrukturisasi karena pandemi Covid-19.



"Kami pun terus berupaya menjaga LAR coverage atau rasio pencadangan untuk debitur LAR pada level yang memadai yakni sebesar 42,7%. Bahkan kami melihat kemampuan pembayaran kewajiban dari debitur LAR semakin membaik sehingga mendorong perbaikan pada pendapatan bunga serta menjadi indikasi pemulihan bisnis nasabah yang lebih baik setelah terdampak pandemi," tuturnya.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1066 seconds (0.1#10.140)