Urgensi Kebijakan Berbasis Data dalam Membangun Arsitektur Kesehatan Nasional

Sabtu, 05 November 2022 - 13:20 WIB
loading...
Urgensi Kebijakan Berbasis...
Pengalaman dunia yang gagap dalam menghadapi situasi darurat pandemi Covid-19 membuat kesadaran akan restrukturisasi arsitektur kesehatan global menjadi meningkat. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pengalaman dunia yang gagap dalam menghadapi situasi darurat pandemi Covid-19 membuat kesadaran akan restrukturisasi arsitektur kesehatan global menjadi meningkat. Penguatan arsitektur kesehatan global bahkan menjadi isu prioritas dalam Presidensi G20 Indonesia 2022 sebagai kunci pemulihan global yang kuat dan berkelanjutan.



Di antara tiga strategi kebijakan yang didorong Forum Presidensi G20 dalam upaya memperkuat arsitektur kesehatan global: pertama, menyusun dan membangun mekanisme global health fund; kedua, membuka akses penanggulangan darurat kesehatan; dan ketiga, penguatan mekanisme berbagi data yang tepercaya dengan pembentukan platform genome sequence data secara global.

Mendukung upaya penguatan tersebut, Pusat Studi Konstitusi dan Legislasi Nasional (Poskolegnas) UIN Syarif Hidayatullah menggelar Seminar dan Diskusi Publik bertajuk Mengurai Persoalan Basis Data Dalam Penyusunan Arah Kebijakan dan Desain Arsitektur Kesehatan Nasional di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Kamis (3/11/22).

Guru Besar Fakultas Syariah dan Hukum UIN Jakarta, Ahmad Tholabi Kharlie menyebut, salah satu kunci peningkatan arsitektur kesehatan global adalah ihwal ruang akses dan informasi data. Melihat pengalaman awal Covid-19, distribusi informasi dan data yang tidak merata menjadi penghambat upaya penanggulangan pandemi.

Profesor Tholabi mencontohkan, saat situasi pandemi sedang pada puncaknya, data sekuens genom ternyata hanya dapat diakses oleh Moderna, dan BioNTech. Padahal, data tersebut dibutuhkan banyak negara sebagai bagian mitigasi, termasuk pembuatan vaksin.

Tak hanya soal pandemi, diskrepansi data juga kerap terjadi antarkementerian dan lembaga, demikian juga antara pemerintah pusat dan daerah. Tak jarang ditemukan beberapa kementerian atau lembaga memiliki versi data masing-masing untuk satu hal yang sama.

Tholabi mencontohkan terkait diskrepansi data prevalensi anak merokok (10-18 tahun) yang dimiliki oleh Kementerian Kesehatan dan Badan Pusat Statistik. Hal ini tentu berpotensi mengaburkan fokus dan arah kebijakan terkait, karena adanya anomie (ketidakpastian) yang timbul karena rancunya data yang dijadikan rujukan. Padahal, suatu kebijakan, terutama yang berkaitan dengan khalayak, sepatutnya dibuat dengan basis data yang solid.

“Polemik soal data kerap menjadi perdebatan klasik. Jika dirunut, akar persoalannya juga masih sama, yakni soal ego sektoral yang pada akhirnya berdampak pada beragamnya varian data yang dirilis oleh masing-masing lembaga pemerintahan. Implikasinya, data-data yang berbeda dapat menghasilkan tafsir yang berbeda-beda dengan implikasi kebijakan yang berbeda pula,” sambung Ahmad.

Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Berita Terkait
Investasi di Industri...
Investasi di Industri Kedokteran Gigi Melesat, IDEC 2025 Jadi Pusat Inovasi
Fokus Pemanfaatan Big...
Fokus Pemanfaatan Big Data dan AI, Peruri dan BSrE-BSSN Berkolaborasi
Hospital Expo ke-36:...
Hospital Expo ke-36: Momentum Mengeksplorasi Produk dan Jasa Kesehatan Terkini
BUMN Berperan Penting...
BUMN Berperan Penting selama Pandemi Covid-19 dan Era Pemulihan
Gandeng Apotek dan Klinik,...
Gandeng Apotek dan Klinik, Dexa Group Gelar Kerja Sama Cegah Penyakit Kronis
Hadapi Tantangan VUCA,...
Hadapi Tantangan VUCA, Mandiri Inhealth Gelar Kegiatan CeritaIn untuk 500 Mahasiswa
Tumbuh 8,2%, DGNS Bukukan...
Tumbuh 8,2%, DGNS Bukukan Pendapatan Rp41,7 M di Kuartal I-2024
Hindari Drop saat Stress,...
Hindari Drop saat Stress, Layanan Infus Kian Diminati Masyarakat
Kembangkan Industri...
Kembangkan Industri Kesehatan, RS Siloam Tinggkatkan Layanan Spesialisasi
Rekomendasi
Viral! Remaja di Lampung...
Viral! Remaja di Lampung Diduga Alami Perundungan, Dipaksa Sujud dan Cium Kaki
Istana Tepis Isu Matahari...
Istana Tepis Isu Matahari Kembar Prabowo dan Jokowi
Rakyat Swiss Minta Pembelian...
Rakyat Swiss Minta Pembelian 36 Jet Tempur Siluman F-35 AS Dibatalkan, Ini Alasannya
Berita Terkini
China Mengancam Negara-negara...
China Mengancam Negara-negara yang Negosiasi Tarif dengan Trump
17 menit yang lalu
Ekspor India Tembus...
Ekspor India Tembus Rekor Tertinggi di Tengah Tarif Baru Trump 26%
1 jam yang lalu
Menteri ATR Nusron Wahid...
Menteri ATR Nusron Wahid Kantongi Dalang Pagar Laut di Bekasi dan Sumenep
2 jam yang lalu
AS dan China Masuk 3...
AS dan China Masuk 3 Besar Negara Tujuan Ekspor Indonesia, Ini Datanya
3 jam yang lalu
Penyitaan Lahan Sawit,...
Penyitaan Lahan Sawit, Pengacara Kalteng Kirim Surat ke Presiden Prabowo
3 jam yang lalu
BPS: Neraca Dagang RI...
BPS: Neraca Dagang RI Surplus USD4,33 Miliar per Maret 2025
3 jam yang lalu
Infografis
Pentagon: China Bisa...
Pentagon: China Bisa Hancurkan Semua Kapal Induk AS dalam 20 Menit
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved