Rusia Tak Lagi Pasok Gas, Musim Dingin Menguji Kesungguhan Eropa Pangkas Konsumsi
loading...
A
A
A
Negara-negara Eropa juga telah melakukan upaya untuk mengurangi konsumsi listrik mereka, yang turun pada November 2022 sebesar 9% dari rata-rata 2015-2021. Hal ini menurut perhitungan Reuters dengan data dari operator jaringan.
Cuaca musim gugur yang luar biasa bersahabat berarti bahwa negara-negara tidak perlu mulai menggunakan cadangan gas untuk menjadi lebih lambat dari biasanya. Kondisi tersebut menjadi modal kuat menghadapi musim dingin jika terbukti lebih dingin dari biasanya.
Misalnya Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa, pembangkit tenaga listrik industri di kawasan itu, baru mulai memanfaatkan cadangannya pada 17 November. Arus keluar cenderung kecil sejak saat itu, menurut data dari Gas Infrastructure Europe, sebuah badan industri untuk operator jaringan.
"Risiko kekurangan energi di Eropa kemungkinan telah dihindari, tetapi kami masih berpikir harga yang sangat tinggi akan menyeret konsumsi dan produksi industri di kawasan euro," kata Cus Babic.
Sementara stok yang tinggi akan membantu Eropa melewati musim dingin dengan gas yang cukup untuk memenuhi permintaan selama cuaca yang tidak terlalu dingin berlangsung lama. Namun krisis pasokan gas tidak mungkin sepenuhnya bisa selesai begitu saja pada tahun depan.
Analis di bank Belanda ING mengatakan, bahwa ada risiko ketika harga gas mereda, permintaan akan pulih dan membuat Eropa harus berjuang untuk menjaga ketahanan energi dengan mempertahankan penngurangan konsumsi.
Sementara Eropa menuai manfaat tahun ini dari impor gas alam cair dari Amerika Serikat untuk membangun cadangannya, hal serupa mungkin tidak akan terjadi lagi tahun depan. Dimana mereka mungkin harus bersaing dengan China untuk pasokan energi karena ekonominya bangkit kembali setelah lockdown ketat menahan aktivitas ekonomi China di 2022.
Kondisi itu berarti risiko bahwa Eropa dapat dilanda kekurangan pasokan, kata ekonom Florence Pisani dari manajer aset Candriam.
"Tergantung apakah Rusia benar-benar memotong pasokan atau apakah pertumbuhan Asia dan global kembali lebih kuat, kami tidak sepenuhnya aman untuk musim dingin 2023-2024," katanya.
Cuaca musim gugur yang luar biasa bersahabat berarti bahwa negara-negara tidak perlu mulai menggunakan cadangan gas untuk menjadi lebih lambat dari biasanya. Kondisi tersebut menjadi modal kuat menghadapi musim dingin jika terbukti lebih dingin dari biasanya.
Misalnya Jerman sebagai ekonomi terbesar Eropa, pembangkit tenaga listrik industri di kawasan itu, baru mulai memanfaatkan cadangannya pada 17 November. Arus keluar cenderung kecil sejak saat itu, menurut data dari Gas Infrastructure Europe, sebuah badan industri untuk operator jaringan.
"Risiko kekurangan energi di Eropa kemungkinan telah dihindari, tetapi kami masih berpikir harga yang sangat tinggi akan menyeret konsumsi dan produksi industri di kawasan euro," kata Cus Babic.
Sementara stok yang tinggi akan membantu Eropa melewati musim dingin dengan gas yang cukup untuk memenuhi permintaan selama cuaca yang tidak terlalu dingin berlangsung lama. Namun krisis pasokan gas tidak mungkin sepenuhnya bisa selesai begitu saja pada tahun depan.
Analis di bank Belanda ING mengatakan, bahwa ada risiko ketika harga gas mereda, permintaan akan pulih dan membuat Eropa harus berjuang untuk menjaga ketahanan energi dengan mempertahankan penngurangan konsumsi.
Sementara Eropa menuai manfaat tahun ini dari impor gas alam cair dari Amerika Serikat untuk membangun cadangannya, hal serupa mungkin tidak akan terjadi lagi tahun depan. Dimana mereka mungkin harus bersaing dengan China untuk pasokan energi karena ekonominya bangkit kembali setelah lockdown ketat menahan aktivitas ekonomi China di 2022.
Kondisi itu berarti risiko bahwa Eropa dapat dilanda kekurangan pasokan, kata ekonom Florence Pisani dari manajer aset Candriam.
"Tergantung apakah Rusia benar-benar memotong pasokan atau apakah pertumbuhan Asia dan global kembali lebih kuat, kami tidak sepenuhnya aman untuk musim dingin 2023-2024," katanya.