Pakar Energi Dunia Yergin Ramal Harga Minyak Dunia Bisa Sampai USD 121 Per Barel
loading...
A
A
A
WASHINGTON - Pakar energi, Daniel Howard Yergin atau yang biasa disapa Dan Yergin memperkirakan, harga minyak mentah dunia bisa menyentuh level USD 121 per barel ketika China sepenuhnya dibuka kembali. Akan tetapi, Ia juga memperingatkan ada tiga ketidakpastian utama yang membayangi pasar.
"Kasus utama pada tahun 2023 adalah USD 90 untuk Brent, tetapi Anda harus melihat kasus-kasus lain," kata Dan Yergin yang juga sebagai Wakil Ketua S&P Global.
Sambung dia menambahkan, tiga ketidakpastian yang membayangi pasar minyak dunia pada tahun depan yakni keputusan Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, permintaan China dan reaksi Moskow terhadap pembatasan harga yang diterapkan negara G7, AS dan Australia.
"Jika China mampu mengatasi Covid ... maka saat itu akan ada banyak permintaan ke pasar," kata Yergin kepada "Street Signs Asia" CNBC.
Situasi tersebut bisa menjadi dorongan besar yang bisa mendongkrak harga minyak dunia menjadi USD 121 per barel. Yergin juga mengungkapkan, ada ketegangan yang disebabkan oleh kurangnya investasi dalam minyak dan gas.
Jika benar, maka harga minyak mentah dunia itu akan mendekati level tertinggi yang sempat terjadi pada bulan Maret, lalu setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Di sisi lain, Yergin mengatakan, harga bisa turun menjadi sekitar USD 70 per barel dalam kondisi resesi.
Sebagai informasi dalam tiga minggu terakhir, otoritas pemerintah daerah dan pusat di China melonggarkan beberapa kebijakan pengetatan Covid-19. Dimana sebelumnya pemerintah China mengharuskan orang untuk tinggal di rumah dan sebagian besar sektor bisnis beroperasi dari jarak jauh.
Permintaan minyak dari importir utama dunia dapat mencapai 15,7 juta barel per hari pada tahun 2023, atau sekitar 700.000 barel lebih tinggi dari tahun 2022. Hal itu menurut perkiraan terbaru S&P.
Pertimbangan lain termasuk di antaranya respons Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap pembatasan harga minyak yang diberlakukan oleh Uni Eropa, serta kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dilakukan oleh The Fed.
Para menteri energi Uni Eropa mencapai kata sepakat untuk membatasi harga gas alam pada level 180 euro per megawatt jam. Namun Komisi Eropa memperingatkan, bahwa langkah itu dapat ditangguhkan jika risikonya lebih besar muncul daripada manfaatnya.
Sementara itu Yergin cukup optimistis bahwa, batasan harga minyak yang baru-baru ini diberlakukan mungkin akan berhasil. Dia mengatakan, tindakan itu sebagai antisipasi lonjakan harga gas yang lebih tinggi di musim dingin berikutnya karena kurangnya gas Rusia dan permintaan yang bersaing antara Eropa dan Asia untuk LNG.
Dalam perdagangan Rabu pagi di Asia, minyak mentah berjangka Brent naik 0,40% menjadi USD 80,31 per barel. Sementara minyak berjangka AS West Texas Intermediate diperdagangkan naik 0,33% pada posisi USD 76,48 per barel.
"Kasus utama pada tahun 2023 adalah USD 90 untuk Brent, tetapi Anda harus melihat kasus-kasus lain," kata Dan Yergin yang juga sebagai Wakil Ketua S&P Global.
Sambung dia menambahkan, tiga ketidakpastian yang membayangi pasar minyak dunia pada tahun depan yakni keputusan Federal Reserve atau Bank Sentral Amerika Serikat, permintaan China dan reaksi Moskow terhadap pembatasan harga yang diterapkan negara G7, AS dan Australia.
"Jika China mampu mengatasi Covid ... maka saat itu akan ada banyak permintaan ke pasar," kata Yergin kepada "Street Signs Asia" CNBC.
Situasi tersebut bisa menjadi dorongan besar yang bisa mendongkrak harga minyak dunia menjadi USD 121 per barel. Yergin juga mengungkapkan, ada ketegangan yang disebabkan oleh kurangnya investasi dalam minyak dan gas.
Jika benar, maka harga minyak mentah dunia itu akan mendekati level tertinggi yang sempat terjadi pada bulan Maret, lalu setelah Rusia menginvasi Ukraina.
Di sisi lain, Yergin mengatakan, harga bisa turun menjadi sekitar USD 70 per barel dalam kondisi resesi.
Sebagai informasi dalam tiga minggu terakhir, otoritas pemerintah daerah dan pusat di China melonggarkan beberapa kebijakan pengetatan Covid-19. Dimana sebelumnya pemerintah China mengharuskan orang untuk tinggal di rumah dan sebagian besar sektor bisnis beroperasi dari jarak jauh.
Permintaan minyak dari importir utama dunia dapat mencapai 15,7 juta barel per hari pada tahun 2023, atau sekitar 700.000 barel lebih tinggi dari tahun 2022. Hal itu menurut perkiraan terbaru S&P.
Pertimbangan lain termasuk di antaranya respons Presiden Rusia Vladimir Putin terhadap pembatasan harga minyak yang diberlakukan oleh Uni Eropa, serta kenaikan suku bunga lebih lanjut yang dilakukan oleh The Fed.
Para menteri energi Uni Eropa mencapai kata sepakat untuk membatasi harga gas alam pada level 180 euro per megawatt jam. Namun Komisi Eropa memperingatkan, bahwa langkah itu dapat ditangguhkan jika risikonya lebih besar muncul daripada manfaatnya.
Sementara itu Yergin cukup optimistis bahwa, batasan harga minyak yang baru-baru ini diberlakukan mungkin akan berhasil. Dia mengatakan, tindakan itu sebagai antisipasi lonjakan harga gas yang lebih tinggi di musim dingin berikutnya karena kurangnya gas Rusia dan permintaan yang bersaing antara Eropa dan Asia untuk LNG.
Dalam perdagangan Rabu pagi di Asia, minyak mentah berjangka Brent naik 0,40% menjadi USD 80,31 per barel. Sementara minyak berjangka AS West Texas Intermediate diperdagangkan naik 0,33% pada posisi USD 76,48 per barel.
(akr)