Sektor Minyak dan Gas Rusia Mulai Kelimpungan, Sanksi Barat Ampuh?

Selasa, 27 Desember 2022 - 12:13 WIB
loading...
Sektor Minyak dan Gas Rusia Mulai Kelimpungan, Sanksi Barat Ampuh?
Sektor minyak dan gas Rusia mulai merasakan dampak dari sanksi Barat, Presiden Rusia, Vladimir Putin diperkirakan menandatangani dekrit minggu ini tentang tanggapan Moskow. Foto/ Dok
A A A
MOSKOW - Larangan impor dan pembatasan harga yang diberlakukan Barat telah menekan permintaan terhadap gas Rusia . Tetapi dampak pastinya tidak diketahui secara rinci, lantaran Moskow berhenti memposting data perdagangan.

Produksi gas alam Rusia pada tahun ini bakal turun 12% dan ekspornya akan tergerus sekitar seperempat, seperti disampaikan oleh seorang pejabat tinggi Rusia pada awal pekan kemarin seperti dilansir Wall Street Journal. Hal ini sebagai sinyal semakin besarnya tekanan internasional terhadap pasar energi Rusia karena sanksi atas perangnya di Ukraina.



Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak kepada kantor berita Rusia TASS mengungkapkan, bahwa penurunan produksi gas dibandingkan dengan tahun lalu sebagian besar disebabkan oleh penutupan infrastruktur ekspor. Seperti diketahui sebagian besar ekspor gas alam Rusia yakni melalui pipa, terutama ke Eropa.

Ekspor energi Rusia telah menghadapi tekanan dari sanksi internasional dan upaya Eropa yang telah lama menjadi konsumen utama gas Rusia untuk membatasi pembelian dan harga yang dibayarkan kepada Rusia untuk minyak dan gas.

Novak juga mengatakan, produksi dan ekspor gas alam cair yang dikirim melalui kapal, akan tumbuh lebih dari 8,7% pada akhir tahun.



Diterangkan juga oleh Novak secara terpisah pada hari Jumat, bahwa Rusia dapat memangkas produksi minyak sebagai tanggapan atas pembatasan harga Barat yang diterapkan awal bulan ini. Opsinya adalah mengurangi produksi minyaknya sebesar 500.000 hingga 700.000 barel per hari yang katanya merupakan pengurangan kapasitas 5% hingga 7% pada awal tahun depan.

Presiden Rusia, Vladimir Putin diperkirakan menandatangani dekrit minggu ini tentang tanggapan Moskow terhadap batas harga minyak Barat, yang bertujuan menekan pembiayaan mesin perang Kremlin. Uni Eropa dan Inggris juga telah melarang pengiriman minyak mentah Rusia melalui laut.

Para pejabat Rusia telah meremehkan dampak dari pembatasan harga dan sanksi lainnya pada sektor minyak dan gas Rusia, yang merupakan sumber kehidupan ekonomi negara itu.

Novak yang pernah menjabat sebagai Menteri Energi menerangkan, bahwa terlepas dari kenyataan mengakui tahun ini ternyata sangat sulit bagi sektor bahan bakar dan energi Rusia. Namun Ia yakin pada akhirnya hal itu tidak terlalu suram.

Sejak invasi Moskow ke Ukraina pada bulan Februari, pihak berwenang Rusia telah berhenti menerbitkan data tentang statistik perdagangan. Termasuk untuk produksi minyak dan gas, dalam upaya untuk melindungi ekonomi dan perusahaan domestik dari sanksi lebih lanjut.

Perubahan itu mempersulit verifikasi independen atas pernyataan Moskow bahwa ia telah mampu membuktikan ekonominya berjalan di tengah gempuran sanksi.

Terakhir kali data tersedia pada bulan Januari 2022, dimana ekspor gas alam Rusia mencapai USD 9,5 miliar dan nilai ekspor LNG adalah USD 1,26 miliar, menurut Layanan Bea Cukai Federal Rusia.

Rusia juga sedang dalam pembicaraan dengan Turki soal peningkatan pasokan gas ke negara Mediterania melalui pembentukan pusat gas alam.

"Pekerjaan aktif sekarang sedang berlangsung dengan negara-negara yang akan mengambil bagian dalam pelaksanaan proyek ini, serta dengan konsumen yang membutuhkan gas Rusia," kata Novak.

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memperkuat hubungan ekonomi dengan Rusia dalam upaya untuk mendukung ekonomi negaranya. Selain pusat gas yang direncanakan, Turki, yang telah menentang sanksi Barat terhadap Moskow, telah meningkatkan impor minyak mentah Rusia.

Novak mengatakan pada hari Senin bahwa, Rusia akan meningkatkan produksi minyak sebesar 2% menjadi 535 juta metrik ton pada akhir tahun, dibandingkan dengan tahun 2021. Dan ekspor akan tumbuh 7,5% menjadi 242 juta metrik ton.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1088 seconds (0.1#10.140)