Eropa Sudah Dilupakan, Gas Rusia Bakal Mengalir Deras ke China lewat Jalur Siberia
loading...
A
A
A
MOSKOW - Presiden Rusia, Vladimir Putin memimpin peluncuran ladang gas Siberia terbaru, untuk membantu rencana meningkatkan ekspor gas ke China. Ladang gas Kovykta menjadi bagian dari jaringan pipa Power of Siberia yang membawa gas Rusia ke China .
Dengan cadangan yang dapat diperoleh mencapai 1,8 triliun meter kubik gas, Ladang gas Kovykta menjadi yang terbesar di Rusia Timur. Hal ini memungkinkan Rusia meningkatkan ekspornya ke China di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat.
Peluncuran ini merupakan bagian dari strategi Rusia untuk mengalihkan ekspor gas ke timur, karena Uni Eropa (UE) mengurangi ketergantungan pada energi Rusia sebagai respons atas perang Ukraina.
Putin mengatakan, peluncuran ladang gas Siberia terbaru sebagai peristiwa penting bagi industri energi Rusia dan seluruh perekonomian. Bahkan Putin turun langsung saat peresmian melalui tautan video ke pekerja di lokasi tersebut.
Para pekerja yang berbaris di salju dengan pakaian pelindung biru dan helm putih, mendapatkan perintah langsung dari Putin, "Mulai bekerja!," sebagai tanda diresmikannya proyek tersebut.
Sebagai informasi Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir 2019 melalui pipa Power of Siberia, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas tertinggi 38 bcm pada tahun 2025. Rusia saat ini menjadi pemasok gas terbesar nomor 3 untuk Beijing.
Pada bulan Februari, Putin mencapai kesepakatan untuk menjual tambahan 10 bcm gas ke China dari Timur Jauh Rusia melalui pipa baru yang lebih kecil ke timur laut China.
Seperti dilansir Reuters, Rusia sedang berencana untuk membangun pipa besar lainnya yakni Power of Siberia 2, melalui Mongolia dengan tujuan untuk menjual tambahan 50 bcm gas per tahun.
Putin pada pekan lalu mengutarakan, proyek-proyek itu akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada 2025 dan menjadi 88 bcm pada 2030.
Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev melakukan kunjungan mendadak ke China pada hari Rabu, lalu untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Xi Jinping. Dimana menurut Medvedev, diskusi tersebut mencakup soal kemitraan strategis "tanpa batas" yang diumumkan kedua negara pada Februari.
Dengan cadangan yang dapat diperoleh mencapai 1,8 triliun meter kubik gas, Ladang gas Kovykta menjadi yang terbesar di Rusia Timur. Hal ini memungkinkan Rusia meningkatkan ekspornya ke China di tengah meningkatnya ketegangan antara Rusia dan Barat.
Baca Juga
Peluncuran ini merupakan bagian dari strategi Rusia untuk mengalihkan ekspor gas ke timur, karena Uni Eropa (UE) mengurangi ketergantungan pada energi Rusia sebagai respons atas perang Ukraina.
Putin mengatakan, peluncuran ladang gas Siberia terbaru sebagai peristiwa penting bagi industri energi Rusia dan seluruh perekonomian. Bahkan Putin turun langsung saat peresmian melalui tautan video ke pekerja di lokasi tersebut.
Para pekerja yang berbaris di salju dengan pakaian pelindung biru dan helm putih, mendapatkan perintah langsung dari Putin, "Mulai bekerja!," sebagai tanda diresmikannya proyek tersebut.
Sebagai informasi Rusia mulai menjual gas alam ke China pada akhir 2019 melalui pipa Power of Siberia, yang memasok sekitar 10 miliar meter kubik (bcm) gas pada tahun 2021 dan akan mencapai kapasitas tertinggi 38 bcm pada tahun 2025. Rusia saat ini menjadi pemasok gas terbesar nomor 3 untuk Beijing.
Pada bulan Februari, Putin mencapai kesepakatan untuk menjual tambahan 10 bcm gas ke China dari Timur Jauh Rusia melalui pipa baru yang lebih kecil ke timur laut China.
Seperti dilansir Reuters, Rusia sedang berencana untuk membangun pipa besar lainnya yakni Power of Siberia 2, melalui Mongolia dengan tujuan untuk menjual tambahan 50 bcm gas per tahun.
Putin pada pekan lalu mengutarakan, proyek-proyek itu akan memungkinkan Rusia untuk meningkatkan penjualan gasnya ke China menjadi 48 bcm per tahun pada 2025 dan menjadi 88 bcm pada 2030.
Mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev melakukan kunjungan mendadak ke China pada hari Rabu, lalu untuk melakukan pembicaraan dengan Presiden Xi Jinping. Dimana menurut Medvedev, diskusi tersebut mencakup soal kemitraan strategis "tanpa batas" yang diumumkan kedua negara pada Februari.
(akr)