Kaleidoskop 2022: Perang jadi Biang Masalah, Indonesia Malah Ketiban Berkah

Sabtu, 31 Desember 2022 - 18:59 WIB
loading...
A A A
Meski begitu, Perry menilai depresiasi rupiah tersebut relatif lebih baik dibanding mata uang sejumlah negara di kawasan seperti China 8,96% (ytd) dan India 10,24% (ytd).

Ambruknya rupiah terutama disebabkan oleh derasnya aliran modal asing yang ke luar (capital outflow). Investor asing memilih meninggalkan pasar keuangan domestik dan membeli aset aman seperti dolar AS usai The Fed menaikkan suku bunga secara agresif.

Ekonom Senior BCA Barra Kukuh Mamia dalam laporan “Trade: It’s beginning to look a lot like global recession” pada 15 Desember lalu mengatakan, surplus perdagangan pada November 2022 yang cukup besar yaitu USD5,16 miliar tetap menjadi salah satu penopang bagi nilai tukar rupiah.

“Meskipun prospeknya lebih suram, harga komoditas akan tetap menguntungkan Indonesia, dan memungkinkan BI untuk lebih moderat dalam menaikkan suku bunga atau bahkan menghentikan kenaikan pada awal 2023,” simpulnya.

Kenaikan suku bunga BI secara agresif dan melemahnya rupiah menjadi tantangan besar bagi perekonomian Indonesia di akhir tahun. Naiknya suku bunga dikhawatirkan bisa meredam permintaan kredit dan pertumbuhan ekonomi dalam negeri.

Sementara itu, pelemahan rupiah bisa membebani perusahaan dalam negeri mengingat sebagian besar barang modal mereka masih didatangkan dari luar negeri.

Belum lagi perlambatan ekonomi China yang bisa menekan ekspor dan laju investasi RI. Sebagaimana diketahui, China merupakan mitra dagang terbesar Indonesia dan lima besar investor di Tanah Air.

(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2073 seconds (0.1#10.140)