Penjualan Mobil di Rusia Terjun Bebas Usai Dihantam Sanksi Barat
loading...
A
A
A
MOSKOW - Penjualan mobil di Rusia anjlok 58,8% pada tahun 2022, Asosiasi Bisnis Eropa (AEB) mengatakan, hal itu sebagai dampak terguncangnyaindustri usaidihujani sanksi Barat terhadap Moskow. Beberapa produsen mobil Rusia harus menangguhkan produksi mereka tahun lalu, karena kesulitan mendapatkan suku cadang.
Ditambah mereka harus membangun rantai pasokan baru menyusul sanksi atas tindakan militer Moskow di Ukraina. Sanksi tersebut sebagai respons Barat yang menolak serta mengecam Perang Rusia Ukraina.
"Masalah dengan sanksi dan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar Rusia pada semua lini, tentu saja, tidak bisa tidak mempengaruhi industri otomotif," kata Kepala Komite Mobil AEB, Alexey Kalitsev dalam sebuah pengarahan seperti dilansir Reuters.
Produsen mobil terkenal asal Barat seperti Renault juga meninggalkan pasar, menjadikan industri yang sebelumnya sangat bergantung pada investasi Barat dan peralatan berteknologi tinggi menjadi salah satu yang paling terpukul oleh dampak dari konflik Ukraina.
Pada satu titik pabrikan besar, Avtovaz dipaksa menjual mobil Lada tanpa airbag atau anti-lock braking system (ABS) karena kekurangan suku cadang.
Harga mobil juga telah meningkat secara signifikan di Rusia, dimana menurut Kalitsev menjadi fakta yang menekan rebound penjualan. Ditambah penjualan ritel juga merosot di seluruh ekonomi Rusia pada tahun 2022 di tengah resesi, ketidakstabilan harga dan meningkatnya ketidakpastian.
Total penjualan mobil untuk tahun 2022 tercatat mencapai 687.370, turun jauh dibandingkan dengan lebih dari 1,6 juta pada tahun 2021, kata AEB. Pada bulan Desember 2022, penjualan bahkan terjun bebas hingga 50,2%. Angka tersebut belum termasuk penjualan brand seperti BMW, Mercedes-Benz dan Chery.
Badan industri memperkirakan, bahwa penjualan akan naik 12% pada tahun 2023 menjadi sekitar 770.000 kendaraan. Sedangkan Kalitsev memperkirakan, 5 hingga 7 merek mobil baru dapat muncul di pasar Rusia tahun ini, tanpa memberikan rincian.
"Dengan kombinasi keadaan yang menguntungkan ... Pertumbuhan di atas 12% juga dimungkinkan. Tetapi tidak ada seorang pun di dunia yang dapat memprediksi apa pun dalam situasi saat ini," katanya.
Ditambah mereka harus membangun rantai pasokan baru menyusul sanksi atas tindakan militer Moskow di Ukraina. Sanksi tersebut sebagai respons Barat yang menolak serta mengecam Perang Rusia Ukraina.
"Masalah dengan sanksi dan tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya di pasar Rusia pada semua lini, tentu saja, tidak bisa tidak mempengaruhi industri otomotif," kata Kepala Komite Mobil AEB, Alexey Kalitsev dalam sebuah pengarahan seperti dilansir Reuters.
Produsen mobil terkenal asal Barat seperti Renault juga meninggalkan pasar, menjadikan industri yang sebelumnya sangat bergantung pada investasi Barat dan peralatan berteknologi tinggi menjadi salah satu yang paling terpukul oleh dampak dari konflik Ukraina.
Pada satu titik pabrikan besar, Avtovaz dipaksa menjual mobil Lada tanpa airbag atau anti-lock braking system (ABS) karena kekurangan suku cadang.
Harga mobil juga telah meningkat secara signifikan di Rusia, dimana menurut Kalitsev menjadi fakta yang menekan rebound penjualan. Ditambah penjualan ritel juga merosot di seluruh ekonomi Rusia pada tahun 2022 di tengah resesi, ketidakstabilan harga dan meningkatnya ketidakpastian.
Total penjualan mobil untuk tahun 2022 tercatat mencapai 687.370, turun jauh dibandingkan dengan lebih dari 1,6 juta pada tahun 2021, kata AEB. Pada bulan Desember 2022, penjualan bahkan terjun bebas hingga 50,2%. Angka tersebut belum termasuk penjualan brand seperti BMW, Mercedes-Benz dan Chery.
Badan industri memperkirakan, bahwa penjualan akan naik 12% pada tahun 2023 menjadi sekitar 770.000 kendaraan. Sedangkan Kalitsev memperkirakan, 5 hingga 7 merek mobil baru dapat muncul di pasar Rusia tahun ini, tanpa memberikan rincian.
"Dengan kombinasi keadaan yang menguntungkan ... Pertumbuhan di atas 12% juga dimungkinkan. Tetapi tidak ada seorang pun di dunia yang dapat memprediksi apa pun dalam situasi saat ini," katanya.
(akr)