Perusahaan di Jateng mulai PHK Karyawan
A
A
A
SEMARANG - Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah (Jateng) mengkhawatirkan terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran yang dilakukan kalangan industri, jika kondisi perekonomian Indonesia tak kunjung membaik.
“Saat ini pengusaha waswas karena hampir semua sektor mengalami masa sulit terutama sektor manufaktur,” ujar Ketua Apindo Jateng, Frans Kongi, Senin (15/6/2015).
Dia mengakui, sudah ada beberapa perusahaan yang terpaksa melakukan PHK terhadap karyawan meski tidak banyak. Namun, Frans enggan menyebutkan perusahaan mana saja yang sudah melakukan PHK. Saat ini masih disesuaikan dengan kebutuhan dan juga kemampuan dari perusahaan itu sendiri.
Menurutnya, opsi PHK karyawan menjadi beban berat perusahaan. Namun, hal itu terpaksa dilakukan karena perusahaan tidak mampu meski harus ada konsekuensi membayar pesangon.
“Saya mengakui sudah ada beberapa perusahaan yang merumahkan karyawannya, karena ketidakmampuan perusahaan. Perusahanan tidak mungkin memaksakan diri dengan kondisi seperti ini dari pada rugi terus,” ungkapnya.
Kalangan pengusaha berharap, agar pemerintah cepat melakukan pencarian dana kegiatan pembangunan supaya ekonomi kembali menggeliat. Di sisi lain, pengusaha berharap pemerintah, bisa melakukan penguatan terhadap dolar AS (USD) yang cenderung tidak stabil. “Harga USD tidak stabil, padahal bahan baku impor dan ini jelas menyulitkan pengusaha,” tegasnya.
Ketua Bidang Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng, Dedi Mulyadi menambahkan, kalangan pelaku industri tidak dapat berbuat banyak dengan kondisi seperti saat ini.
Dia mencontohkan, di bidang tekstil. Ada beberapa perusahaan yang kondisinya sehat namun ada juga yang tidak sehat akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang tidak stabil. “Pertumbuhan ekonomi di bawah 5 % dan ini sangat berpengaruh,” ujar General Manager di PT Sandang Asia Maju Abadi ini.
Dia mengaku, menghadapi kondisi sulit saat ini banyak perusahaan yang sudah mulai melakukan efisiensi produktivitas dengan mengurangi jam kerja karyawan. “Yang bisa dilakukan pertama adalah mengurangi jam kerja, dan juga efisiensi produktivitas sampai merumahkan karyawan. Tapi, untuk merumahkan karyawan ini pilihan terakhir karena akan semakin menyulitkan karyawan,” jelasnya.
Baca juga:
Inflasi Naik, HT Khawatir Kualitas Hidup Turun dan PHK
HT: Tidak Ada Teori Rupiah Menguat Itu Buruk
“Saat ini pengusaha waswas karena hampir semua sektor mengalami masa sulit terutama sektor manufaktur,” ujar Ketua Apindo Jateng, Frans Kongi, Senin (15/6/2015).
Dia mengakui, sudah ada beberapa perusahaan yang terpaksa melakukan PHK terhadap karyawan meski tidak banyak. Namun, Frans enggan menyebutkan perusahaan mana saja yang sudah melakukan PHK. Saat ini masih disesuaikan dengan kebutuhan dan juga kemampuan dari perusahaan itu sendiri.
Menurutnya, opsi PHK karyawan menjadi beban berat perusahaan. Namun, hal itu terpaksa dilakukan karena perusahaan tidak mampu meski harus ada konsekuensi membayar pesangon.
“Saya mengakui sudah ada beberapa perusahaan yang merumahkan karyawannya, karena ketidakmampuan perusahaan. Perusahanan tidak mungkin memaksakan diri dengan kondisi seperti ini dari pada rugi terus,” ungkapnya.
Kalangan pengusaha berharap, agar pemerintah cepat melakukan pencarian dana kegiatan pembangunan supaya ekonomi kembali menggeliat. Di sisi lain, pengusaha berharap pemerintah, bisa melakukan penguatan terhadap dolar AS (USD) yang cenderung tidak stabil. “Harga USD tidak stabil, padahal bahan baku impor dan ini jelas menyulitkan pengusaha,” tegasnya.
Ketua Bidang Industri Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jateng, Dedi Mulyadi menambahkan, kalangan pelaku industri tidak dapat berbuat banyak dengan kondisi seperti saat ini.
Dia mencontohkan, di bidang tekstil. Ada beberapa perusahaan yang kondisinya sehat namun ada juga yang tidak sehat akibat dari kondisi ekonomi Indonesia yang tidak stabil. “Pertumbuhan ekonomi di bawah 5 % dan ini sangat berpengaruh,” ujar General Manager di PT Sandang Asia Maju Abadi ini.
Dia mengaku, menghadapi kondisi sulit saat ini banyak perusahaan yang sudah mulai melakukan efisiensi produktivitas dengan mengurangi jam kerja karyawan. “Yang bisa dilakukan pertama adalah mengurangi jam kerja, dan juga efisiensi produktivitas sampai merumahkan karyawan. Tapi, untuk merumahkan karyawan ini pilihan terakhir karena akan semakin menyulitkan karyawan,” jelasnya.
Baca juga:
Inflasi Naik, HT Khawatir Kualitas Hidup Turun dan PHK
HT: Tidak Ada Teori Rupiah Menguat Itu Buruk
(dmd)