Promosi Sawit ke Luar Negeri Terganjal Pajak

Jum'at, 19 Februari 2016 - 14:23 WIB
Promosi Sawit ke Luar...
Promosi Sawit ke Luar Negeri Terganjal Pajak
A A A
JAKARTA - Direktur Utama (Dirut) Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit Bayu Krisnamurthi mengatakan, promosi kelapa sawit ke luar negeri terganjal mahalnya pajak yang diterapkan beberapa negara di Benua Eropa.

Padahal, lanjut dia, promosi menjadi hal terpenting dalam pengembangan kelapa sawit dalam negeri untuk menembus pasar luar negeri. Namun, pajak di beberapa negara akan terus naik secara berkala.

Meski ketentuan ini belum di ketuk palu oleh beberapa negara di Eropa yang menetapkan kenaikan pajak tersebut, namun telah direspons oleh pemerintah Indonesia. Terbukti Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong telah melobi dengan parlemen di Perancis.

"Betapa pentingnya kita promosikan sawit secara objektif ke negara lain. Masalah sekarang yang terjadi adalah super tax di Perancis, karena tidak ada padanannya. Pajak mulai 300 euro per ton, secara berkala naik sampai 900 euro per ton," kata Bayu di Jakarta, Jumat (19/2/2016).

Bayu menuturkan, kondisi tersebut belum ada sejarahnya, maka disebut dengan super tax. Kondisi ini terjadi karena banyak kurangnya pemahaman dunia internasional tentang dunia sawit.

"Banyak yang masih memandang sawit untuk dapatkan minyak batangnya ditebang lalu diperas. Atau membayangkannya sawit pohon 30 tahun umurnya, tingginya sampai 25 meter lebih. Berbagai macam lah pokoknya," terangnya.

Dia mengatakan, hal ini merupakan tugas penting lantaran kasus super tax ini sedang ditangani pemerintah Indonesia dengan sangat intensif.

"Mendag sudah berkirim surat dan berkunjung ke Perancis, Menlu juga berkirim surat, pejabat di pemerintah RI sangat intensif untuk mengatasi ini, dan teman-teman LSM serta peneliti juga sampaikan konsennya," tuturnya.

Pihaknya bersama pemerintah terus menunjukkan secara ilmiah bahwa sawit adalah blessing to the world yang bisa memajukan kelangsungan energi suatu negara.

"Blessing to the world, jadi merupakan anugerah bagi manusia, bukan musibah. Karena di belakang Perancis, sudah ada negara lain yang mengindikasikan mau menghambat perdagangan kelapa sawit, yaitu Rusia, Polandia, Cekoslovakia," pungkas Bayu.
(izz)
Berita Terkait
Komitmen YIDH Dukung...
Komitmen YIDH Dukung Pelaksanaan Peta Jalan Menuju Sawit Berkelanjutan di Aceh
Aspekpir Kolaborasi...
Aspekpir Kolaborasi Buat Film Dokumenter Desa Transmigrasi Sawit
Wujudkan Perkebunan...
Wujudkan Perkebunan Berkelanjutan, SPKS Dorong Kemitraan Usaha dengan Petani
Perkebunan Sawit Berkelanjutan...
Perkebunan Sawit Berkelanjutan Tumbuhkan Ekonomi Desa Terpencil
Pengolahan yang Baik...
Pengolahan yang Baik Jadikan Limbah Cair Pabrik Sawit Bernilai Ekonomi Tinggi
Sejumlah Masalah yang...
Sejumlah Masalah yang Bikin Pengusaha Sawit dan Masyarakat Tidak Akur
Berita Terkini
THR PNS Cair 17 Maret...
THR PNS Cair 17 Maret 2025 , Pemerintah Siapkan Anggaran Rp49,9 Triliun
9 menit yang lalu
Realisasi Program Makan...
Realisasi Program Makan Bergizi Gratis Capai Rp710,5 Miliar, Jangkau 2 Juta Penerima
49 menit yang lalu
Pabrik MinyaKita Tak...
Pabrik MinyaKita Tak Sesuai Takaran Resmi Ditutup, Ini Pemiliknya
1 jam yang lalu
TBS Energi Tumbuh Positif...
TBS Energi Tumbuh Positif di Tengah Transformasi Bisnis Berkelanjutan
1 jam yang lalu
Berapa THR yang Diterima...
Berapa THR yang Diterima PPPK 2025? Cek Kisaran Tanggal Pencairannya
1 jam yang lalu
Jaga Iklim Investasi,...
Jaga Iklim Investasi, Pemerintah Harus Berikan Kepastian Hukum Industri Sawit
2 jam yang lalu
Infografis
Inggris-Prancis Siap...
Inggris-Prancis Siap Pimpin Koalisi Tentara ke Ukraina
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved