Pertumbuhan Kredit Baru Kuartal IV Berpotensi Meningkat
A
A
A
JAKARTA - Hasil Survei Perbankan mengindikasikan pertumbuhan kredit baru pada triwulan IV-2016 meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya. Ekspektasi kondisi ekonomi yang lebih baik, tren penurunan suku bunga kredit, dan meningkatnya kondisi likuiditas menjadi beberapa faktor yang diperkirakan mendorong pertumbuhan kredit.
"Rata-rata suku bunga Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Kredit Konsumsi pada triwulan IV-2016 diperkirakan turun masing-masing 13 bps, 8 bps dan 2 bps," ujar Direktur Eksekutif departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Sementara itu, pertumbuhan kredit baru pada triwulan III-2016 diperkirakan masih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dia menuturkan, perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan pembiayaan, suku bunga kredit yang dianggap masih cukup tinggi, dan meningkatnya risiko pembiayaan.
"Secara keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan kredit diperkirakan sebesar 9,2% (yoy), lebih rendah dari perkiraan pada survei triwulan sebelumnya sebesar 10,6% (yoy)," tandasnya.
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan, intermediasi perusahaan pembiayaan mulai menunjukkan arah perbaikan, piutang pembiayaan per Agustus 2016 tumbuh 0,87% yoy atau naik dari Juli 2016 sebesar 0,36% yang didorong oleh pembiayaan konsumen khususnya sektor perdagangan, restoran dan hotel.
"Risiko kredit lembaga jasa keuangan (LJK) terpantau masih relatif tinggi. Rasio non-performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,22%, meningkat dibanding posisi Juli 2016 sebesar 3,18%, sedangkan Non Performing Financing (NPF) atau kredit bermasalah tercatat relatif stabil pada level 2,22%," kata Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Slamet Edy Purnomo.
"Rata-rata suku bunga Kredit Modal Kerja, Kredit Investasi dan Kredit Konsumsi pada triwulan IV-2016 diperkirakan turun masing-masing 13 bps, 8 bps dan 2 bps," ujar Direktur Eksekutif departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Tirta Segara dalam keterangan tertulis di Jakarta.
Sementara itu, pertumbuhan kredit baru pada triwulan III-2016 diperkirakan masih melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Dia menuturkan, perlambatan tersebut disebabkan oleh menurunnya permintaan pembiayaan, suku bunga kredit yang dianggap masih cukup tinggi, dan meningkatnya risiko pembiayaan.
"Secara keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan kredit diperkirakan sebesar 9,2% (yoy), lebih rendah dari perkiraan pada survei triwulan sebelumnya sebesar 10,6% (yoy)," tandasnya.
Sebelumnya Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatatkan, intermediasi perusahaan pembiayaan mulai menunjukkan arah perbaikan, piutang pembiayaan per Agustus 2016 tumbuh 0,87% yoy atau naik dari Juli 2016 sebesar 0,36% yang didorong oleh pembiayaan konsumen khususnya sektor perdagangan, restoran dan hotel.
"Risiko kredit lembaga jasa keuangan (LJK) terpantau masih relatif tinggi. Rasio non-performing loan (NPL) tercatat sebesar 3,22%, meningkat dibanding posisi Juli 2016 sebesar 3,18%, sedangkan Non Performing Financing (NPF) atau kredit bermasalah tercatat relatif stabil pada level 2,22%," kata Plt. Deputi Komisioner Manajemen Strategis IB Slamet Edy Purnomo.
(akr)