Masyarakat Hibahkan Lahan untuk Bangun Sentra Garam di NTT
A
A
A
JAKARTA - Menteri Agraria dan Tata Ruang (ATR) Sofyan Djalil mengemukakan banyak masyarakat di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang menghibahkan lahan mereka untuk pembangunan sentra garam di NTT. Pembangunan pabrik garam tersebut untuk mengatasi kelangkaan garam yang terjadi di Tanah Air.
Dia mengungkapkan, saat ini PT Garam (Persero) telah menerima hibah lahan seluas 400 hektare (ha) dari masyarakat. Jadi, menggunakan sistem inti-plasma yaitu kemitraan antara PT Garam dengan masyarakat.
Sistem inti-plasma sendiri merupakan sistem yang lazim digunakan dalam sektor perkebunan. Jadi sistem tersebut merupakan perjanjian antara koperasi sebagai wakil dari petani plasma dengan perusahaan inti, dalam hal ini PT Garam.
"Soal aspek pertanahan yang menyangkut ladang garam khususnya tanah yang ada di Nusa Tenggara Timur, itu saja yang bisa saya jelaskan. Di NTT ada ladang garam yang punya PT Garam (Persero) kerja sama dengan masyarakat 400 ha," katanya di Gedung Kemenko bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (14/8/2017).
Menurutnya, sistem inti-plasma juga pernah diterapkan di sentra garam milik PT Garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, NTT. Masyarakat berminat untuk memberikan lahannya kepada perseroan, karena melihat lahannya menjadi produktif.
"Kalau pemerintah mau bikin ladang garam atau PT Garam atau siapapun mau bikin tambang garam yang bagus, masyarakat itu akan dengan sukarela ikut bersama. Contohnya di Bipolo, begitu PT Garam bikin ladang garam 400 ha, dia lihat produktivitasnya tinggi, masyarakat menawarkan untuk ikut serta. Jadi nanti hubungannya adalah plasma inti saja," imbuh dia.
Mantan Menko bidang Perekonomian ini menyatakan, sistem inti-plasma ini akan terus didorong dalam kegiatan pemanfaatan lahan. Pasalnya, sistem tersebut dinilai lebih adil untuk kedua belah pihak dibanding harus membebaskan lahan.
Sebab, lahan tersebut akan tetap menjadi lahan masyarakat. Hanya saja, lahan tersebut digarap oleh perusahaan agar produktivitasnya meningkat.
"Iya inti plasma akan kami dorong untuk berbagai pemanfaatan lahan, karena itu lebih berkeadilan. Ya memang kalau bisa inti plasma, tidak perlu dibebaskan lahan, kan saling menguntungkan. Kalau punya lahan kemudian ada industri, industri bisa bekerja sama dengan baik, produktivitas meningkat. Semua diuntungkan," pungkasnya.
Dia mengungkapkan, saat ini PT Garam (Persero) telah menerima hibah lahan seluas 400 hektare (ha) dari masyarakat. Jadi, menggunakan sistem inti-plasma yaitu kemitraan antara PT Garam dengan masyarakat.
Sistem inti-plasma sendiri merupakan sistem yang lazim digunakan dalam sektor perkebunan. Jadi sistem tersebut merupakan perjanjian antara koperasi sebagai wakil dari petani plasma dengan perusahaan inti, dalam hal ini PT Garam.
"Soal aspek pertanahan yang menyangkut ladang garam khususnya tanah yang ada di Nusa Tenggara Timur, itu saja yang bisa saya jelaskan. Di NTT ada ladang garam yang punya PT Garam (Persero) kerja sama dengan masyarakat 400 ha," katanya di Gedung Kemenko bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (14/8/2017).
Menurutnya, sistem inti-plasma juga pernah diterapkan di sentra garam milik PT Garam di Desa Bipolo, Kabupaten Kupang, NTT. Masyarakat berminat untuk memberikan lahannya kepada perseroan, karena melihat lahannya menjadi produktif.
"Kalau pemerintah mau bikin ladang garam atau PT Garam atau siapapun mau bikin tambang garam yang bagus, masyarakat itu akan dengan sukarela ikut bersama. Contohnya di Bipolo, begitu PT Garam bikin ladang garam 400 ha, dia lihat produktivitasnya tinggi, masyarakat menawarkan untuk ikut serta. Jadi nanti hubungannya adalah plasma inti saja," imbuh dia.
Mantan Menko bidang Perekonomian ini menyatakan, sistem inti-plasma ini akan terus didorong dalam kegiatan pemanfaatan lahan. Pasalnya, sistem tersebut dinilai lebih adil untuk kedua belah pihak dibanding harus membebaskan lahan.
Sebab, lahan tersebut akan tetap menjadi lahan masyarakat. Hanya saja, lahan tersebut digarap oleh perusahaan agar produktivitasnya meningkat.
"Iya inti plasma akan kami dorong untuk berbagai pemanfaatan lahan, karena itu lebih berkeadilan. Ya memang kalau bisa inti plasma, tidak perlu dibebaskan lahan, kan saling menguntungkan. Kalau punya lahan kemudian ada industri, industri bisa bekerja sama dengan baik, produktivitas meningkat. Semua diuntungkan," pungkasnya.
(ven)