Tenaga Kerja Besutan Balai Besar Kemenperin Diakui Internasional
A
A
A
BANDUNG - Balai Besar Bahan dan Barang Teknik (B4T) Bandung, salah satu lembaga penelitian dan pengembangan Kementerian Perindustrian aktif melakukan pendidikan dan pelatihan vokasi dalam bidang pengelasan. Upaya ini untuk menjawab tantangan dari dunia industri yang membutuhkan tenaga kerja terampil dan profesional.
“Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh industri manufaktur saat ini, menuntut para tenaga kerja kita untuk menguasai kegiatan pemanufakturan yang dapat mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi, termasuk di bidang pengelasan,” kata Kepala B4T Budi Susanto.
Berdasarkan data Asosiasi Pengelasan Indonesia – Indonesian Welding Society (API-IWS), pembangunan industri manufaktur nasional masih memerlukan sebanyak 5000 tenaga pengelasan per tahun. Tingkat kualifikasi yang dibutuhkan, antara lain Welding Coordinator (Welding Engineer, Welding Technologist, Welding Specialist, Welding Practitioner), Welder, Welding Inspector (comprehensive, standard, basic), dan Nondestructive Testing (NDT) personnel.
“Untuk jabatan Welding Inspector dan NDT personnel, B4T telah memberikan pelatihan sejak tahun 1976 dan untuk kualifikasi Welding Coordinator sejak 1994,” tutur Budi.
Hingga saat ini, melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, B4T telah menghasilkan lulusan dengan kualifikasi Welding Coordinator (Welding Engineer, Welding Technologist, Welding Specialist, Welding Practitioner) sebanyak 680 orang, Welding Inspector (Comprehensive level, Standard level, Basic level) sebanyak 2.800 orang, dan NDT (Level III, Level II, Level I) sebanyak 1.850 orang.
Budi meyatakan, B4T merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan pengelasan yang telah diakui dan dipercaya sebagai Approved Training Body (ATB) dalam skema International Institute of Welding (IIW) dengan Sertifikat Akreditasi No. ID 001 melalui Indonesian Welding Society - Authorised National Body (IWS-ANB). “Maka, sertifikat yang diberikan kepada peserta diakui secara internasional,“ ungkapnya.
Para lulusan tenaga ahli las dari B4T telah banyak diterima kerja di negara-negara Timur Tengah, Afrika Selatan, Eropa, Amerika Serikat, Malaysia, Brunei, dan Jepang. B4T juga sebagai lembaga Tempat Uji Kompetensi (TUK) dalam skema Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dengan Sertifikat Akreditasi No. 029-ID melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Las (LSP-LAS) dengan mengimplementasikan dokumen Pedoman BNSP 206 Persyaratan Umum Tempat Uji Kompetensi serta Persyaratan Tambahan dari LSP-LAS.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara memberikan apresiasi terhadap kinerja B4T dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi yang professional dengan kualifikasi diakui tingkat nasional sampai internasional.
”Kami akan selalu meningkatkan kemampuan dari segi kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan pengembangan industri nasional dan kemampuan dalam persaingan professional global,” tuturnya.
Menurut Ngakan, salah satu kunci strategis untuk mendukung percepatan pembangunan industri Indonesia saat ini adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan vokasi yang mampu menjawab tantangan nasional dan global. “Pendidikan dan pelatihan vokasi yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan profesional sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut,” tegasnya.
“Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang diperlukan oleh industri manufaktur saat ini, menuntut para tenaga kerja kita untuk menguasai kegiatan pemanufakturan yang dapat mencapai tingkat efektivitas dan efisiensi tinggi, termasuk di bidang pengelasan,” kata Kepala B4T Budi Susanto.
Berdasarkan data Asosiasi Pengelasan Indonesia – Indonesian Welding Society (API-IWS), pembangunan industri manufaktur nasional masih memerlukan sebanyak 5000 tenaga pengelasan per tahun. Tingkat kualifikasi yang dibutuhkan, antara lain Welding Coordinator (Welding Engineer, Welding Technologist, Welding Specialist, Welding Practitioner), Welder, Welding Inspector (comprehensive, standard, basic), dan Nondestructive Testing (NDT) personnel.
“Untuk jabatan Welding Inspector dan NDT personnel, B4T telah memberikan pelatihan sejak tahun 1976 dan untuk kualifikasi Welding Coordinator sejak 1994,” tutur Budi.
Hingga saat ini, melalui pendidikan dan pelatihan vokasi, B4T telah menghasilkan lulusan dengan kualifikasi Welding Coordinator (Welding Engineer, Welding Technologist, Welding Specialist, Welding Practitioner) sebanyak 680 orang, Welding Inspector (Comprehensive level, Standard level, Basic level) sebanyak 2.800 orang, dan NDT (Level III, Level II, Level I) sebanyak 1.850 orang.
Budi meyatakan, B4T merupakan salah satu lembaga pendidikan dan pelatihan pengelasan yang telah diakui dan dipercaya sebagai Approved Training Body (ATB) dalam skema International Institute of Welding (IIW) dengan Sertifikat Akreditasi No. ID 001 melalui Indonesian Welding Society - Authorised National Body (IWS-ANB). “Maka, sertifikat yang diberikan kepada peserta diakui secara internasional,“ ungkapnya.
Para lulusan tenaga ahli las dari B4T telah banyak diterima kerja di negara-negara Timur Tengah, Afrika Selatan, Eropa, Amerika Serikat, Malaysia, Brunei, dan Jepang. B4T juga sebagai lembaga Tempat Uji Kompetensi (TUK) dalam skema Badan Nasional Sertifikasi Profesi (BNSP) dengan Sertifikat Akreditasi No. 029-ID melalui Lembaga Sertifikasi Profesi Las (LSP-LAS) dengan mengimplementasikan dokumen Pedoman BNSP 206 Persyaratan Umum Tempat Uji Kompetensi serta Persyaratan Tambahan dari LSP-LAS.
Sementara itu, Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Industri (BPPI) Kemenperin, Ngakan Timur Antara memberikan apresiasi terhadap kinerja B4T dalam penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi yang professional dengan kualifikasi diakui tingkat nasional sampai internasional.
”Kami akan selalu meningkatkan kemampuan dari segi kualitas maupun kuantitas untuk memenuhi kebutuhan pengembangan industri nasional dan kemampuan dalam persaingan professional global,” tuturnya.
Menurut Ngakan, salah satu kunci strategis untuk mendukung percepatan pembangunan industri Indonesia saat ini adalah pengembangan sumber daya manusia (SDM) melalui pendidikan dan pelatihan vokasi yang mampu menjawab tantangan nasional dan global. “Pendidikan dan pelatihan vokasi yang menitikberatkan pada kemampuan keterampilan profesional sangat dibutuhkan untuk menjawab tantangan tersebut,” tegasnya.
(akr)