Tren Hunian Modern dengan Nilai Budaya Lokal
A
A
A
JAKARTA - Kalangan pengembang properti tetap memandang tahun 2018 ini dengan sikap optimistis. Peluang sektor properti untuk tumbuh di tahun politik ini dinilai masih terbuka. Managing Director Synthesis Residence Kemang, Julius Warouw mengatakan kekhawatiran terhadap tahun politik hendaknya tidak menjadi kendala bagi pengembang.
Karena itu, pihaknya justru gencar mengembangkan hunian vertikal namun bukan seperti pengembang umumnya. Synthesis Residence Kemang mengembangkan hunian etnik modern dengan mengadopsi nilai-nilai budaya lokal.
Pasalnya, selama ini kebanyakan hunian vertikal yang muncul di area strategis di Jakarta hanya menampilkan desain modern, tanpa ada sentuhan nilai lokal Indonesia yang sejatinya memberi warna lebih universal.
"Sejalan dengan pertumbuhan hunian, konsumen merindukan suasana kultural yang hadir di sekeliling mereka, dengan suasana kedaerahan yang membawa fase hidup seimbang antara modernisasi tanpa menanggalkan budaya," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/1/2018).
Berangkat dari komitmen tersebut, kata Julius, Synthesis Development menghadirkan proyek Synthesis Residence Kemang, sebuah hunian vertikal dengan konsep yang sarat khas budaya Indonesia, tanpa meninggalkan kemajuan zaman now yang sejatinya menjadi kebutuhan masyarakat.
"Synthesis Residence Kemang berada di kawasan yang identik dengan seni dan tradisi di tengah kota Jakarta. Hasl ini menjadi point of interest yang ditawarkan kepada konsumen. Dan mewujudkan hunian impian dengan kelengkapan fasilitas yang membuat penghuni merasakan suasana homey sesungguhnya tidak mudah," tambahnya.
Julius menjelaskan, proyek apartemen strata title yang dibangun di atas lahan seluas 2 hektare (ha) dengan total hunian 1.188 unit ini, mengangkat budaya Jawa dengan nilai universal, yang tertera melalui konsep arsitektur berupa sentuhan Batik Kawung dan Pendopo Rumah Joglo.
"Jika selama ini batik identik dengan pakaian, apartemen ini memberikan motif Batik Kawung di sisi interior dan eksteriornya. Nuansa Jawa juga dirasakan ketika berada di Rumah Joglo yang menjadi lobi utama dari dua tower kembar, Nakula dan Sadewa. Melengkapi nuansa etnik, di depan Rumah Joglo terdapat patung Bancak Doyok yang merupakan karya pematung Wahyu Santosa," jelasnya.
Pembangunan proyek yang telah mendapatkan Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) Nomor 007/5.7/31/-1.711.534/2015 untuk membangun hunian bertingkat di kawasan Kemang ini, mempunyai proses yang sama sebagaimana dalam pembuatan Batik Kawung.
"Sejak pertama kali, kita punya carefully design untuk kenyamanan penghuni, ada sentuhan emosional di situ. Tujuannya, apartemen ini menjadi home bagi orang yang tinggal di dalamnya, dengan salah satu nilainya adalah privacy," kata Julius.
Apartemen dengan tiga tower (Arjuna, Nakula, dan Sadewa) ini, juga memiliki lahan terbuka hijau yang dilengkapi dengan Taman Tirta Astana. Di dalam Tirta Astana sendiri, kata Julius, terdapat Amerta-Swimming Pool, Prasanti-Yoga Pavilion, Ananta-Reflecting Pool, Astaka-Main Gazebo, Pranala-Children Swimming Pool, Dewari-Children Playground, Nismara-Barbeque Area, Samboga-Dining Pavilion, dan Aksara-Reading Pavilion.
"Semua fasilitas tersebut dapat dinikmati oleh penghuni yang disesuaikan dengan kebutuhan. Seolah-olah penghuni yang tinggal akan nyaman seperti bangsawan Jawa yang tinggal turun dan bisa bersantai menikmati taman dan beragam fasilitasnya," ungkapnya.
Selain taman, kata Julius, fasilitas lain juga ditawarkan oleh apartemen ini seperti, gym, jogging track, dan area komersial yang dilengkapi dengan cafe, restoran, laundry, minimarket, dan salon yang dibangun di kawasan komersial tiga lantai bernama Teras Srikandi. Teras Srikandi ini merupakan konsep symbiotic development, dimana penghuni dapat menikmati quality time, ngopi, hang out, dan lain sebagainya.
Menyoal alasan konsep etnik dan unsur heritage yang dipilih, Julius menyatakan, saat ini kebanyakan orang rindu dengan sesuatu yang tradisional. "Terlebih lagi, kedua unsur tersebut saat ini telah menjadi tren masyarakat kelas atas di Tanah Air," tambahnya.
Karena itu, pihaknya justru gencar mengembangkan hunian vertikal namun bukan seperti pengembang umumnya. Synthesis Residence Kemang mengembangkan hunian etnik modern dengan mengadopsi nilai-nilai budaya lokal.
Pasalnya, selama ini kebanyakan hunian vertikal yang muncul di area strategis di Jakarta hanya menampilkan desain modern, tanpa ada sentuhan nilai lokal Indonesia yang sejatinya memberi warna lebih universal.
"Sejalan dengan pertumbuhan hunian, konsumen merindukan suasana kultural yang hadir di sekeliling mereka, dengan suasana kedaerahan yang membawa fase hidup seimbang antara modernisasi tanpa menanggalkan budaya," jelasnya dalam keterangan tertulis, Senin (8/1/2018).
Berangkat dari komitmen tersebut, kata Julius, Synthesis Development menghadirkan proyek Synthesis Residence Kemang, sebuah hunian vertikal dengan konsep yang sarat khas budaya Indonesia, tanpa meninggalkan kemajuan zaman now yang sejatinya menjadi kebutuhan masyarakat.
"Synthesis Residence Kemang berada di kawasan yang identik dengan seni dan tradisi di tengah kota Jakarta. Hasl ini menjadi point of interest yang ditawarkan kepada konsumen. Dan mewujudkan hunian impian dengan kelengkapan fasilitas yang membuat penghuni merasakan suasana homey sesungguhnya tidak mudah," tambahnya.
Julius menjelaskan, proyek apartemen strata title yang dibangun di atas lahan seluas 2 hektare (ha) dengan total hunian 1.188 unit ini, mengangkat budaya Jawa dengan nilai universal, yang tertera melalui konsep arsitektur berupa sentuhan Batik Kawung dan Pendopo Rumah Joglo.
"Jika selama ini batik identik dengan pakaian, apartemen ini memberikan motif Batik Kawung di sisi interior dan eksteriornya. Nuansa Jawa juga dirasakan ketika berada di Rumah Joglo yang menjadi lobi utama dari dua tower kembar, Nakula dan Sadewa. Melengkapi nuansa etnik, di depan Rumah Joglo terdapat patung Bancak Doyok yang merupakan karya pematung Wahyu Santosa," jelasnya.
Pembangunan proyek yang telah mendapatkan Surat Izin Penunjukan Penggunaan Tanah (SIPPT) Nomor 007/5.7/31/-1.711.534/2015 untuk membangun hunian bertingkat di kawasan Kemang ini, mempunyai proses yang sama sebagaimana dalam pembuatan Batik Kawung.
"Sejak pertama kali, kita punya carefully design untuk kenyamanan penghuni, ada sentuhan emosional di situ. Tujuannya, apartemen ini menjadi home bagi orang yang tinggal di dalamnya, dengan salah satu nilainya adalah privacy," kata Julius.
Apartemen dengan tiga tower (Arjuna, Nakula, dan Sadewa) ini, juga memiliki lahan terbuka hijau yang dilengkapi dengan Taman Tirta Astana. Di dalam Tirta Astana sendiri, kata Julius, terdapat Amerta-Swimming Pool, Prasanti-Yoga Pavilion, Ananta-Reflecting Pool, Astaka-Main Gazebo, Pranala-Children Swimming Pool, Dewari-Children Playground, Nismara-Barbeque Area, Samboga-Dining Pavilion, dan Aksara-Reading Pavilion.
"Semua fasilitas tersebut dapat dinikmati oleh penghuni yang disesuaikan dengan kebutuhan. Seolah-olah penghuni yang tinggal akan nyaman seperti bangsawan Jawa yang tinggal turun dan bisa bersantai menikmati taman dan beragam fasilitasnya," ungkapnya.
Selain taman, kata Julius, fasilitas lain juga ditawarkan oleh apartemen ini seperti, gym, jogging track, dan area komersial yang dilengkapi dengan cafe, restoran, laundry, minimarket, dan salon yang dibangun di kawasan komersial tiga lantai bernama Teras Srikandi. Teras Srikandi ini merupakan konsep symbiotic development, dimana penghuni dapat menikmati quality time, ngopi, hang out, dan lain sebagainya.
Menyoal alasan konsep etnik dan unsur heritage yang dipilih, Julius menyatakan, saat ini kebanyakan orang rindu dengan sesuatu yang tradisional. "Terlebih lagi, kedua unsur tersebut saat ini telah menjadi tren masyarakat kelas atas di Tanah Air," tambahnya.
(ven)