Ekspor Produk Pertanian Didorong lewat E-Commerce
A
A
A
JAKARTA - Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengajak perguruan tinggi mendorong para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) di sektor pertanian untuk melakukan ekspor melalui niaga elektronik (e-commerce).
Upaya melibatkan kalangan kampus ini dilakukan Kemendag melalui kerja sama dengan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara (USU) dengan menggelar lokakarya "Pengembangan Ekspor Produk Pertanian Melalui E-commerce".
"Kerja sama ini digelar mengingat besarnya potensi penggunaan internet di kalangan mahasiswa atau dikenal sebagai kalangan milenial," ujar Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan saat membuka kegiatan di Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Melalui kegiatan ini, kata dia, diharapkan akan terjadi interaksi yang positif dan berkelanjutan dalam pengembangan usaha pertanian menggunakan teknologi informasi untuk tujuan ekspor, mengingat besarnya potensi inovasi pengembangan bisnis baru yang dapat dilakukan oleh kaum muda.
Pemasaran melalui e-commerce menunjukkan tren pertumbuhan positif. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dunia, termasuk di Indonesia. Menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) yang dilakukan tahun 2017, penetrasi pengguna internet Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,68% dari populasi Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa. Sedangkan penetrasi pengguna internet pada rentang usia antara 19-34 tahun sebesar 74,23%.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan profesi yang paling banyak menggunakan internet untuk mengakses berbagai informasi.
Sementara itu, perkembangan e-commerce juga memperlihatkan tren pertumbuhan yang positif. Hal ini mendorong munculnya usaha rintisan e-commerce di berbagai belahan dunia, seperti Jumia di Afrika; Namshi di Timur Tengah; Jabong di India; Lazada dan Zalora di Asia Tenggara; serta Kaymu yang beroperasi melintasi Afrika, Asia, Eropa, serta Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis usaha rintisan niaga-el yang besar yaitu TokoPedia, Bukalapak, Blibli, Alfacart, GoJek, MatahariMall, Blanja, dan Bhineka.
Hal ini sejalan dengan besarnya penggunaan internet dan media sosial. Berdasarkan data dari Forbes Media, lebih dari 62% kaum muda mempertimbangkan untuk memulai bisnis. Dari jumlah tersebut, 72% di antaranya berpandangan bahwa usaha rintisan dan kewirausahaan merupakan pendorong ekonomi yang diperlukan untuk penciptaan tenaga kerja dan inovasi.
Upaya melibatkan kalangan kampus ini dilakukan Kemendag melalui kerja sama dengan Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara (USU) dengan menggelar lokakarya "Pengembangan Ekspor Produk Pertanian Melalui E-commerce".
"Kerja sama ini digelar mengingat besarnya potensi penggunaan internet di kalangan mahasiswa atau dikenal sebagai kalangan milenial," ujar Direktur Kerja Sama Pengembangan Ekspor Marolop Nainggolan saat membuka kegiatan di Jakarta, Jumat (5/10/2018).
Melalui kegiatan ini, kata dia, diharapkan akan terjadi interaksi yang positif dan berkelanjutan dalam pengembangan usaha pertanian menggunakan teknologi informasi untuk tujuan ekspor, mengingat besarnya potensi inovasi pengembangan bisnis baru yang dapat dilakukan oleh kaum muda.
Pemasaran melalui e-commerce menunjukkan tren pertumbuhan positif. Hal ini seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna internet dunia, termasuk di Indonesia. Menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJI) yang dilakukan tahun 2017, penetrasi pengguna internet Indonesia mencapai 143,26 juta jiwa atau sebesar 54,68% dari populasi Indonesia yang mencapai 262 juta jiwa. Sedangkan penetrasi pengguna internet pada rentang usia antara 19-34 tahun sebesar 74,23%.
Hasil survei tersebut menunjukkan bahwa mahasiswa merupakan profesi yang paling banyak menggunakan internet untuk mengakses berbagai informasi.
Sementara itu, perkembangan e-commerce juga memperlihatkan tren pertumbuhan yang positif. Hal ini mendorong munculnya usaha rintisan e-commerce di berbagai belahan dunia, seperti Jumia di Afrika; Namshi di Timur Tengah; Jabong di India; Lazada dan Zalora di Asia Tenggara; serta Kaymu yang beroperasi melintasi Afrika, Asia, Eropa, serta Timur Tengah.
Di Indonesia sendiri terdapat berbagai jenis usaha rintisan niaga-el yang besar yaitu TokoPedia, Bukalapak, Blibli, Alfacart, GoJek, MatahariMall, Blanja, dan Bhineka.
Hal ini sejalan dengan besarnya penggunaan internet dan media sosial. Berdasarkan data dari Forbes Media, lebih dari 62% kaum muda mempertimbangkan untuk memulai bisnis. Dari jumlah tersebut, 72% di antaranya berpandangan bahwa usaha rintisan dan kewirausahaan merupakan pendorong ekonomi yang diperlukan untuk penciptaan tenaga kerja dan inovasi.
(fjo)