Implementasi Industri 4.0 Dongkrak Efisiensi dan Produktivitas 40%
A
A
A
JAKARTA - Implementasi industri 4.0 diperkirakan dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi hingga 40% pada perusahaan yang menerapkannya. Karena itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad terus mengajak seluruh sektor manufaktur bersiap menghadapi dan menerapkan teknologi era digital.
"Efisiensi dan produktivitas perusahaan naik hingga 40%, berarti untungnya juga bisa naik 40%. Maka bayar pajaknya pun bertambah. Dengan demikian perusahaan untung, kemudian pemerintah juga untung. Itu salah satu manfaat implementasi industri 4.0," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Rabu (17/4/2019).
Dalam kurun waktu satu tahun penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, Kemenperin telah meluncurkan INDI 4.0 sebagai indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri bertransformasi menuju industri 4.0. Indeks ini merupakan yang kedua diluncurkan di dunia, setelah Singapura yang meluncurkan indeks serupa tahun lalu.
Menperin menyimpulkan, setidaknya ada empat hal penting dalam implementasi industri 4.0. Pertama, pemanfaatan teknologi. Kedua, investasi untuk mendukung ketersediaan teknologi. Selanjutnya adalah pendidikan yang ditransformasi untuk memberikan retraining bagi SDM industri. Terakhir, inovasi itu sendiri karena merupakan kunci industri 4.0.
Airlangga menambahkan, penerapan Making Indonesia 4.0 diharapkan dapat mendorong industri Tanah Air sehingga mampu tampil maksimal di mata dunia, karena Indonesia merupakan official partner country di Hannover Messe 2020. Indonesia akan menjadi partner country pertama dari ASEAN bagi pameran yang menjadi induk pameran industri di Eropa, sekaligus tempat kelahiran Industri 4.0.
"Pameran ini berpeluang menjadi show case kemampuan industri Indonesia, terutama untuk menarik investasi maupun untuk membuka pasar ekspor bagi Indonesia. Kita juga memperoleh dukungan Pemerintah Jerman untuk mempromosikan Indonesia di pasar global," jelasnya.
Direktur Inovasi Kerja Sama dan Kealumnian (IKK) ITS, Arman Hakim Nasution menyebut, progress roadmap Making Indonesia 4.0 perlu diacungi jempol. Menurutnya, hanya dalam setahun telah mampu menelurkan hasil initial assessment kesiapan menuju era 4.0 dalam bentuk INDI 4.0.
Selain itu, kata Arman, potensi infrastruktur koneksi internet Indonesia masuk peringkat 100 dunia, dengan peringkat fixed broadband pada 2016 ada di peringkat 89 dengan kecepatan 13,30 mbps. Arman menilai, potensi infrastruktur ini harus ditingkatkan agar sejajar dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.
"Efisiensi dan produktivitas perusahaan naik hingga 40%, berarti untungnya juga bisa naik 40%. Maka bayar pajaknya pun bertambah. Dengan demikian perusahaan untung, kemudian pemerintah juga untung. Itu salah satu manfaat implementasi industri 4.0," kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam keterangan resminya, Rabu (17/4/2019).
Dalam kurun waktu satu tahun penerapan peta jalan Making Indonesia 4.0, Kemenperin telah meluncurkan INDI 4.0 sebagai indeks acuan bagi industri dan pemerintah dalam mengukur tingkat kesiapan industri bertransformasi menuju industri 4.0. Indeks ini merupakan yang kedua diluncurkan di dunia, setelah Singapura yang meluncurkan indeks serupa tahun lalu.
Menperin menyimpulkan, setidaknya ada empat hal penting dalam implementasi industri 4.0. Pertama, pemanfaatan teknologi. Kedua, investasi untuk mendukung ketersediaan teknologi. Selanjutnya adalah pendidikan yang ditransformasi untuk memberikan retraining bagi SDM industri. Terakhir, inovasi itu sendiri karena merupakan kunci industri 4.0.
Airlangga menambahkan, penerapan Making Indonesia 4.0 diharapkan dapat mendorong industri Tanah Air sehingga mampu tampil maksimal di mata dunia, karena Indonesia merupakan official partner country di Hannover Messe 2020. Indonesia akan menjadi partner country pertama dari ASEAN bagi pameran yang menjadi induk pameran industri di Eropa, sekaligus tempat kelahiran Industri 4.0.
"Pameran ini berpeluang menjadi show case kemampuan industri Indonesia, terutama untuk menarik investasi maupun untuk membuka pasar ekspor bagi Indonesia. Kita juga memperoleh dukungan Pemerintah Jerman untuk mempromosikan Indonesia di pasar global," jelasnya.
Direktur Inovasi Kerja Sama dan Kealumnian (IKK) ITS, Arman Hakim Nasution menyebut, progress roadmap Making Indonesia 4.0 perlu diacungi jempol. Menurutnya, hanya dalam setahun telah mampu menelurkan hasil initial assessment kesiapan menuju era 4.0 dalam bentuk INDI 4.0.
Selain itu, kata Arman, potensi infrastruktur koneksi internet Indonesia masuk peringkat 100 dunia, dengan peringkat fixed broadband pada 2016 ada di peringkat 89 dengan kecepatan 13,30 mbps. Arman menilai, potensi infrastruktur ini harus ditingkatkan agar sejajar dengan Singapura, Malaysia dan Thailand.
(fjo)