Harga Minyak Jatuh Karena Pasokan Minyak AS Meningkat 2,4 Juta Barel
![Harga Minyak Jatuh Karena...](https://a-cdn.sindonews.net/dyn/732/content/2019/05/22/34/1406410/harga-minyak-jatuh-karena-pasokan-minyak-as-meningkat-2-4-juta-barel-o7M-thumb.jpg)
Harga Minyak Jatuh Karena Pasokan Minyak AS Meningkat 2,4 Juta Barel
A
A
A
TOKYO - Harga minyak mentah turun pada Rabu (22/5/2019), setelah data industri menunjukkan peningkatan persediaan minyak mentah Amerika Serikat. Meski demikian, pasar menilai pasar minyak tetap ketat ditengah pengurangan produksi oleh OPEC Plus dan meningkatnya ketegangan politik di Timur Tengah.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka internasional, Brent turun 36 sen atau 0,5% menjadi USD71,82 per barel pada pukul 04:14 GMT. Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) jatuh 49 sen atau 0,8% ke level USD62,64 per barel.
Turunnya harga minyak setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa pasokan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel di pekan lalu, sehingga totalnya menjadi 480,2 juta barel. Kenaikan pasokan hingga 2,4 juta barel ini melampaui ekspektasi para analis sebesar 1,9 juta barel.
Sementara itu, Arab Saudi pada Rabu ini mengatakan meski melakukan pemangkasan produksi, tapi tetap berkomitmen untuk menjaga pasar minyak secara seimbang dan berkelanjutan.
Arab Saudi pada Senin awal pekan, menyerukan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu OPEC, Rusia, untuk tetap mempertahankan kesepakatan pemotongan produksi yang telah dimulai sejak Januari untuk mengurangi kelebihan pasokan global.
Karena pemotongan produksi, Bank of America Merrill Lynch mengatakan produksi minyak mentah oleh OPEC dan sekutunya turun 2,3 juta barel per hari (bph) antara November 2018 dan April 2019. Itu telah membantu mendorong kenaikan harga minyak mentah Brent lebih dari sepertiga sejak awal tahun.
Bank AS, Morgan Stanley memperkirakan harga minyak Brent akan diperdagangkan dalam kisaran USD75-USD80 per barel pada paruh kedua tahun ini, didorong oleh ketatnya pasokan.
Di luar fundamental pasar, para pedagang minyak mengamati ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Presiden AS Donald Trump pada hari Senin mengancam Iran dengan "kekuatan besar" jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah.
Pada hari Selasa, penjabat Sekretaris Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan ancaman dari Iran tetap tinggi. Ketegangan telah meningkat sejak Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran untuk memaksa Teheran menghentikan program nuklirnya.
Melansir dari Reuters, harga minyak mentah berjangka internasional, Brent turun 36 sen atau 0,5% menjadi USD71,82 per barel pada pukul 04:14 GMT. Harga minyak mentah berjangka AS, West Texas Intermediate (WTI) jatuh 49 sen atau 0,8% ke level USD62,64 per barel.
Turunnya harga minyak setelah American Petroleum Institute (API) melaporkan bahwa pasokan minyak mentah AS naik 2,4 juta barel di pekan lalu, sehingga totalnya menjadi 480,2 juta barel. Kenaikan pasokan hingga 2,4 juta barel ini melampaui ekspektasi para analis sebesar 1,9 juta barel.
Sementara itu, Arab Saudi pada Rabu ini mengatakan meski melakukan pemangkasan produksi, tapi tetap berkomitmen untuk menjaga pasar minyak secara seimbang dan berkelanjutan.
Arab Saudi pada Senin awal pekan, menyerukan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu OPEC, Rusia, untuk tetap mempertahankan kesepakatan pemotongan produksi yang telah dimulai sejak Januari untuk mengurangi kelebihan pasokan global.
Karena pemotongan produksi, Bank of America Merrill Lynch mengatakan produksi minyak mentah oleh OPEC dan sekutunya turun 2,3 juta barel per hari (bph) antara November 2018 dan April 2019. Itu telah membantu mendorong kenaikan harga minyak mentah Brent lebih dari sepertiga sejak awal tahun.
Bank AS, Morgan Stanley memperkirakan harga minyak Brent akan diperdagangkan dalam kisaran USD75-USD80 per barel pada paruh kedua tahun ini, didorong oleh ketatnya pasokan.
Di luar fundamental pasar, para pedagang minyak mengamati ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran. Presiden AS Donald Trump pada hari Senin mengancam Iran dengan "kekuatan besar" jika menyerang kepentingan AS di Timur Tengah.
Pada hari Selasa, penjabat Sekretaris Pertahanan AS, Patrick Shanahan mengatakan ancaman dari Iran tetap tinggi. Ketegangan telah meningkat sejak Trump memberlakukan kembali sanksi terhadap ekspor minyak Iran untuk memaksa Teheran menghentikan program nuklirnya.
(ven)