Tantangan BUMN Menata SDM Milenial

Minggu, 29 September 2019 - 08:14 WIB
Tantangan BUMN Menata SDM Milenial
Tantangan BUMN Menata SDM Milenial
A A A
JAKARTA - Perubahan model bisnis dan era digitalisasi menuntut kesiapan pelaku usaha dalam mengelola sumber daya manusia (SDM). Korporasi ditantang untuk mampu memanfaatkan talenta kaum milenial yang ke depan bakal semakin dominan.

Jumlah generasi milenial yang berdasarakan Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) mencapai 88 juta jiwa atau 33,7% dari total jumlah penduduk Indonesia, di satu sisi merupakan kabar baik. Namun, bagi mereka yang belum siap menampung dan beradaptasi dengan lingkungan milenial, kondisi ini jelas menjadi persoalan yang tidak mudah.

Padahal, kebutuhan akan talenta milenial terbaik tidak bisa dihindari lagi oleh pelaku usaha termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Inilah yang membuat perusahaan pelat merah harus berlomba mereformasi kebijakan maupun cara perekrutan SDM yang tepat sesuai dengan dinamika zaman.

Sekretaris Kementerian BUMN Imam A Putro mengakui, di perusahaan pelat merah yang dinaungi kementeriannya, memang ada tantangan tersendiri dalam menangkap keinginan generasi milenial. Untuk itu perlu ada penyesuaian sejak awal penerimaan, pengembangan SDM hingga pensiun kelak.

“Saat ini ada tren perilaku milenial yang suka berpindah-pindah kantor dan tidak ingin pensiun di kantornya yang sama. Kita coba cari solusi,” kata Imam di Jakarta belum lama ini.

Dalam pandangannya, untuk merespons karakter pekerja milenal yang cenderung cepat bosan pada satu pekerjaan, BUMN harus bisa saling memanfaatkan dan bertukar SDM. Dia memisalkan, pegawai Bulog bisa saja pindah ke perusahaan pertambangan atau perkebunan.

“Ini untuk mereduksi yang suka pindah-pindah kerja. Lalu kita bangun Dana Pensiun kebanggaan semua BUMN. Jadi tidak ada gap lagi nantinya," ujar Imam.

Dia juga mengatakan, di kantor-kantor BUMN saat ini mulai memberikan ruang bagi milenial untuk berkreasi berupa ruangan bersama. Menurutnya, ini dibutuhkan karena tantangan ke depan masih banyak.

Meski demikian, dia mengtakan bahwa di BUMN karakter SDM generasi lama masih kuat mengakar sehingga apabila ada perubahan sistem tidak semudah membalik telapak tangan.

“"Karena itu kita mendorong seluruh BUMN untuk mengubah ke mindset baru yaitu tidak lagi menunggu perubahan tapi harus terus memunculkan kreativitas," tambahnya.

Direktur Riset Iconomics Alex Mulya yang melakukan riset BUMN dalam pandangan milenial, menemukan data bahwa milenial memprioritaskan tempat bekerja yang bisa menampung kreasi karyawan. Temuan ini agak berbeda dengan kalangan yang berusia di atasnya atau generasi z di mana mereka lebih membutuh keamanan dan kepastian jam kerja.

"Karakter milenial lainnya adalah mereka suka berpindah-pindah dan tidak ingin pensiun di tempat bekerja yang sama yakni 79%, dibandingkan generasi senior yang ingin tetap di satu perusahaan 46%," ujar Alex.

Seperti diketahui definisi generasi milenial adalah mereka yang masuk kelompok dengan tahun kelahiran antara 1980-2000. Generasi ini, terbagi dalam tiga kelompok yakni early age (usia 19-24 tahun), midle term age (25-30 tahun), dan late age (31-36 tahun). Adapun generasi z merupakan sebutan untuk mereka yang lahir antara 1965-1980.

Alex menambahkan, dalam survei yang dilakukannya beberapa waktu lalu, terungkap bahwa 33% menyatakan bahwa perusahaan BUMN belum menjadi pilihan tempat bekerja yang utama baik untuk generasi milenial maupun kelompok seniornya.

Adapun terkait suasana kerja, dalam riset itu disebutkan bahwa tempat favorit bekerja bagi generasi milenial adalah rumah dan kafe (56%). Sementara generasi senior berbeda karena lebih nyaman bekerja di kantor (72%).

“Temuan lain ada lebih dari 60% milenial menganggap penting peran aktif CEO pada media sosial (medsos) dan ini berpengaruh pada citra perusahaan dan produk. Bahkan, ada 38% milenial mencari akun medsos CEO terlebih dahulu sebelum mereka melamar kerja. Jadi tidak asal masuk saja," ujar Alex.

Dia juga melihat, ada kecenderungan anak-anak muda yang lebih ambisius lebih menyukai bekerja di swasta. kecenderungan ini, kata dia, menuntut perusahaan-perusahaan BUMN agar ke depan bisa berubah untuk menarik kaum milenial.

Harus Kreatif
Direktur Human Capital BRI Herdy Harman mengatakan, perseroan sangat menyadari tantangan kebutuhan SDM di masa mendatang. Menurutnya, strategi paling menarik yang akan dikembangkan adalah talent pool. Model ini mendorong perseroan agar bisa menarik bagi talenta terbaik untuk melamar.

"Kami harus jaga talenta unggul yang sudah masuk. Mereka harus betah terutama dalam industri yang kompetitif. Tim human capital harus kreatif memberikan penawaran seperti jam kerja fleksibel, yang penting produktif. Ini harus terus diantisipasi," ujar Herdy di Jakarta, Kamis (26/9).

Dia mengakui, tantangan bisnis ke depan sangat butuh talenta unggulan. Karyawan milenial akan membutuhkan area kolaborasi. Untuk itu, mereka harus didukung untuk bisa bekerja di mana saja.

“Ke depan Pusdiklat akan ke arah virtual supaya fleksibel. Karena para atasan akan marah karena harus fokus kejar target. Sehingga kami juga harus kreatif. Bikin knowledge system di gadget dan mereka bisa belajar di mana saja," ujarnya.

Mengenai rekrutmen calon pegawai, kata Herdy, BRI tidak terlalu tertarik dengan indeks prestasi kumulatif (IPK) yang tinggi. Menurutnya, tidak ada jaminan IPK tinggi akan lulus tes pihaknya.

Chief Human Capital Officer PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) Edi Witjara mengungkapkan, saat ini strategi rekrutmen pegawai mengikuti transformasi bisnis perseroan untuk masa depan. Ini sejalan dengan model bisnis dari sebelumnya telekomunikasi ICT (Information & Communication Technology) menjadi bisnis digital.

“Ada pendekatan baru. Dalam bidang digital, perusahaan tidak mementingkan preferensi kampus. Semuanya demi menggaet talenta milenial terbaik. Kami mengacu pada digital human capital policy dengan banyak keleluasaan aturan. Karena ini diperlukan untuk menciptakan inovasi," ujar Edi. (Hafid Fuad)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8022 seconds (0.1#10.140)