Jokowi Minta Kilang TPPI Rampung dalam Tiga Tahun

Minggu, 22 Desember 2019 - 19:39 WIB
Jokowi Minta Kilang...
Jokowi Minta Kilang TPPI Rampung dalam Tiga Tahun
A A A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) mendesak PT Pertamina (Persero) segera menyelesaikan pembangunan kilang PT Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) setelah menjadi pemegang hak mayoritas sebesar 51% saham. Ultimatum tersebut disampaikan Jokowi saat meninjau Kilang TPPI pada Sabtu (21/12).

“Saya minta tiga tahun harus selesai semuanya. Entah itu dengan kerja sama atau kekuatan sendiri. Saya kira ada pilihan-pilhan yang harus diselesaikan segera,” ujar Presiden Jokowi melalui keterangan resminya di Jakarta, Minggu (22/12/2019).

Pembangunan Kilang TPPI pada dasarnya telah dimulai lebih dari dua dekade lalu tapi prosesnya tersendat karena sejumlah masalah. Di tangan Jokowi aka dibangun kilang terpadu yang terintegrasi dengan pabrik petrokimia.

“Kilang TPPI ini salah satu kilang terbesar di Negara kita yang dapat menghasilkan produk aromatik baik itu para-xyline, artho-xylene, bensin, toluene, heavy aromatic dan juga penghasil BBM, premium, pertamax, elpiji, solar, kerosene. Ini bisa untuk semuanya,” kata dia.

Mantan Gubenur DKI tersebut mengatakan bahwa ada potensi penghematan devisa hingga USD4,9 miliar atau sekitar Rp56 triliun setahun apabila sudah beroperasi secara penuh. Penghematan tersebut merupakan pengaruh dari berkurangnya impor produk petrokimia. Sejalan dengan hal tersebut, defisit neraca perdagngan juga diharapkan lebih baik ke depannya.

“Ini salah satu kuncinya ada disini. Ini artinya menyelesaikan masalah, menyelesaikan persoalan, menyelesaikan problem dari agenda besar negara ini yang sudah puluhan tahun tidak rampung-rampung,” kata dia.

Pihaknya telah meminta Menteri BUMN Erick Thohir, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati dan Komisaris Utama Pertamina Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok untuk memenuhi target penyelesaian pembangunan Kilang TPPI yang telah ditetapkan.

Sementara itu Dirut Pertamina Nicke Widyawati mengatakan bahwa peluang pasar bisnis petrokimia di Indonesia sekitar Rp40-50 triliun per tahun. Selain itu bisnis petrokimia mempunyai margin lebih tinggi dibandingkan BBM.

“Pembangunan komplek industri petrokimia akan lebih menjamin keberlanjutan bisnis perseroan, karena sesuai dengan tren bisnis masa depan,” kata Nicke.

Pembangunan industri Petrokimia, lanjut Nicke, juga akan lebih efisien karena diintegrasikan dengan kilang, sehingga produk samping petrokimia dapat dimanfaatkan kembali oleh kilang baik untuk bahan bakar kilang itu sendiri maupun dapat menjadi produk BBM.

“Infrastruktur penunjang dan utilitas dapat juga dimanfaatkan secara bersama-sama dengan menurunkan biaya energi hingga 10% dan biaya personel turun 10% sehingga biaya operasional turun sampai 15%” imbuh Nicke.

Langkah mengintegrasikan kilang TPPI untuk pengembangan industri petrokimia dilakukan Pertamina dengan melakukan aksi korporasi pembelian saham seri B TubanPetro yang merupakan induk usaha TPPI, senilai Rp3,1 triliun, sehingga Pertamina saat ini menguasai saham mayoritas 51%.

“Aksi korporasi ini dimaksudkan untuk mengembangkan industri petrokimia nasional yang nantinya akan memberikan dampak bagi pengembangan industri turunannya di tanah air,” terang Nicke.

Nicke menjelaskan, restrukturisasi TubanPetro juga merupakan bagian dari kilang Pertamina yang mengutamakan aspek fleksibilitas, dimana mode kilang bisa beralih baik mode petrokimia ataupun migas. Hal ini membuat produksi kilang dapat menyesuaikan dengan permintaan pada saat beroperasi.

Selain itu, dengan pasokan bahan baku yang terintegrasi antara satu kilang dengan kilang lainnya, diharapkan juga bisa meningkatkan efisiensi baik sisi pengeluaran operasional maupun pengeluaran modal, sehingga meraih keuntungan yang maksimal. Dengan tingkat keuntungan yang maksimal, maka proyek-proyek kilang Pertamina mampu menjadi bisnis yang berkelanjutan ke depannya.

“Jadi jelas bahwa proyek kilang kami yang sedang berjalan akan menjadi bisnis yang berkelanjutan karena dapat menyesuaikan dengan kebutuhan pasar dan didukung integrasi baik sesama kilang maupun infrastruktur Pertamina lainnya,” ujar Nicke.

Pertamina sendiri akan mengembangkan pembangunan pabrik baru serta melanjutkan pembangunan komplek olefin dan polyolefin di kawasan kilang TPPI di Tuban. Dengan pembangunan tersebut, maka TPPI akan menjadi komplek petrokimia yang terintegrasi menghasilkan produk-produk aromatik dan olefin.

Pada saat yang sama, melalui proyek RDMP dan GRR, Pertamina juga sedang membangun kilang Tuban dengan investasi USD16 miliar, yang nantinya akan memiliki fasilitas produksi petrokimia dengan produk polypropylene sebanyak 1.200 ktpa, paraxylene 1.300 ktpa danpolyethylene 750 ktpa.

“Pembangunan industri petrokimia nasional akan turut memperkuat neraca perdagangan, menghemat devisa dan mengurangi impor bahan baku dan produk petrokimia,” terang Nicke.
(ind)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1379 seconds (0.1#10.140)