Pembayaran Non-Tunai Digemari, 47% Konsumen Pakai 3 Dompet Digital
A
A
A
JAKARTA - Kebiasaan masyarakat Indonesia dalam menggunakan alat pembayaran digital terus meningkat pesat. Hasil survei Ipsos Indonesia menyebutkan, 25% responden menggunakan digital payment karena memberikan pengalaman yang menyenangkan, dan sebanyak 26% karena merasa lebih aman, nyaman dan yakin.
Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, survei dilatarbelakangi fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data Bank Indonesia (BI) selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi non-tunai (cashless) dan Rp128 triliun volume transaksi non tunai di Indonesia.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya menggunakan satu jenis dompet digital karena hanya sebanyak 21%, sementara 28% menggunakan dua jenis, dan 47% menggunakan tiga jenis atau lebih. Dompet digital yang paling digunakan adalah Ovo dan Gopay," ujar Soeprapto dalam ajang Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The NextCashless Society, di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai. Terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Penggunaan non tunai ini dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi keuangan seperti berbelanja online, membayar tagihan listrik, membayar makanan di restoran, membayar penggunaan alat transportasi, menonton bioskop dan berbagai layanan perbankan digital.
Dia memaparkan, motivasi penggunaan alat pembayaran non tunai dalam studi ini terungkap beberapa segmen karakter konsumen dalam menggunakan alat pembayaran non tunai yakni konsumen yang tidak takut akan pembayaran non tunai (reassure), konsumen yang menikmati pembayaran non tunai dan memperkaya hidup (encourage), serta konsumen yang beranggapan bahwa pembayaran non tunai adalah hal baru yang mengikuti perkembangan zaman (inspire).
Di segmen reassure, sebanyak 26% responden merasa yakin, aman dan nyaman dalam menggunakan pembayaran non tunai dan sebanyak 19% menggunakan pembayaran non tunai karena efisiensi dan dapat mengontrol pengeluaran mereka.
Sedangkan di segmen encourage, sebanyak 25% responden menggunakan pembayaran non tunai karena mereka menikmatinya dan hal tersebut dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan serta sebanyak 9% responden menggunakan pembayaran non tunai untuk membangun hubungan dengan orang lain.
Di segmen inspire, lanjut dia, sebanyak 11% respondennya adalah para pengguna baru yang menggunakan non tunai untuk mendapatkan berbagai keuntungan, serta 10% respondennya adalah konsumen yang menginginkan produk non tunai yang lebih mumpuni serta memudahkan.
“Dari hasil studi tersebut terlihat bahwa masyarakat kita saat ini sudah mulai terbiasa dengan pembayaran non tunai. Dan hal ini harus disiapkan ekosistem yang semakin mumpuni baik dari sisi pemerintah, infrastruktur dan juga swasta,” tutup Soeprapto.
Managing Director Ipsos Indonesia Soeprapto Tan mengatakan, survei dilatarbelakangi fenomena cashless society di Indonesia, dimana menurut data Bank Indonesia (BI) selama tahun 2019 saja telah terjadi 4,7 juta jumlah transaksi non-tunai (cashless) dan Rp128 triliun volume transaksi non tunai di Indonesia.
"Hasil studi ini menunjukkan bahwa konsumen tidak hanya menggunakan satu jenis dompet digital karena hanya sebanyak 21%, sementara 28% menggunakan dua jenis, dan 47% menggunakan tiga jenis atau lebih. Dompet digital yang paling digunakan adalah Ovo dan Gopay," ujar Soeprapto dalam ajang Ipsos Marketing Summit 2020: Indonesia The NextCashless Society, di Pullman Jakarta Central Park, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Penelitian juga mengungkapkan pola kebiasaan masyarakat dalam menggunakan kartu non tunai. Terungkap e-money dan Flazz merupakan kartu yang paling sering digunakan dalam bertransaksi, dimana sebanyak 47% hanya memiliki satu kartu, 30% memiliki dua kartu dan 23% memiliki tiga atau lebih kartu non tunai.
Penggunaan non tunai ini dimanfaatkan masyarakat untuk melakukan berbagai transaksi keuangan seperti berbelanja online, membayar tagihan listrik, membayar makanan di restoran, membayar penggunaan alat transportasi, menonton bioskop dan berbagai layanan perbankan digital.
Dia memaparkan, motivasi penggunaan alat pembayaran non tunai dalam studi ini terungkap beberapa segmen karakter konsumen dalam menggunakan alat pembayaran non tunai yakni konsumen yang tidak takut akan pembayaran non tunai (reassure), konsumen yang menikmati pembayaran non tunai dan memperkaya hidup (encourage), serta konsumen yang beranggapan bahwa pembayaran non tunai adalah hal baru yang mengikuti perkembangan zaman (inspire).
Di segmen reassure, sebanyak 26% responden merasa yakin, aman dan nyaman dalam menggunakan pembayaran non tunai dan sebanyak 19% menggunakan pembayaran non tunai karena efisiensi dan dapat mengontrol pengeluaran mereka.
Sedangkan di segmen encourage, sebanyak 25% responden menggunakan pembayaran non tunai karena mereka menikmatinya dan hal tersebut dapat memberikan pengalaman yang menyenangkan serta sebanyak 9% responden menggunakan pembayaran non tunai untuk membangun hubungan dengan orang lain.
Di segmen inspire, lanjut dia, sebanyak 11% respondennya adalah para pengguna baru yang menggunakan non tunai untuk mendapatkan berbagai keuntungan, serta 10% respondennya adalah konsumen yang menginginkan produk non tunai yang lebih mumpuni serta memudahkan.
“Dari hasil studi tersebut terlihat bahwa masyarakat kita saat ini sudah mulai terbiasa dengan pembayaran non tunai. Dan hal ini harus disiapkan ekosistem yang semakin mumpuni baik dari sisi pemerintah, infrastruktur dan juga swasta,” tutup Soeprapto.
(ind)