Ekonom: Rasio Kepemilikan Asing di Surat Utang Indonesia Tertinggi di Asia
A
A
A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) mencatat, pertumbuhan utang luar negeri (ULN) Indonesia pada akhir triwulan IV/2019 mengalami perlambatan. ULN tersebut tumbuh sebesar 7,7% (yoy), menurun dibandingkan dengan pertumbuhan ULN pada triwulan sebelumnya sebesar 10,4% (yoy).
Tercatat, posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV/2019 adalah sebesar USD404,3 miliar atau sekitar Rp5.458 triliun (kurs Rp13.500/USD). Adapun utang tersebut terdiri dari utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) USD202,9 miliar dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) USD201,4 miliar.
Terkait utang luar negeri tersebut, Ekonom Indef Bhima Yudisthira menyoroti rasio kepemilikan asing pada surat utang Indonesia yang menurutnya tertinggi di Asia. "Rasio kepemilikan asing pada surat utang mencapai 38,5%, tertinggi dibandingkan negara Asia lainnya," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Dia melanjutkan, kerawanan utang luar negeri bisa terlihat lewat debt to services ratio (DSR). Pada triwulan IV/2019 DSR berada di angka 26% masih relatif tinggi dibanding posisi tahun sebelumnya di 25,1%.
"Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ULN belum di-support oleh kenaikan penerimaan dari sisi ekspor dan devisa lain (pariwisata). Dibandingkan negara lainnya seperti Thailand 5,4%, dan Filipina 8,7%," jelasnya.
Dia menambahkan jika ketidakpastian meningkat, kondisi ini bisa memicu gejolak pada sektor keuangan akibat keluarnya hot money dari pasar surat utang. "Ini yang wajib jadi perhatian pemerintah, bukan sekedar rasio utang terhadap PDB saja," tegasnya.
Tercatat, posisi ULN Indonesia pada akhir triwulan IV/2019 adalah sebesar USD404,3 miliar atau sekitar Rp5.458 triliun (kurs Rp13.500/USD). Adapun utang tersebut terdiri dari utang sektor publik (pemerintah dan bank sentral) USD202,9 miliar dan utang sektor swasta (termasuk BUMN) USD201,4 miliar.
Terkait utang luar negeri tersebut, Ekonom Indef Bhima Yudisthira menyoroti rasio kepemilikan asing pada surat utang Indonesia yang menurutnya tertinggi di Asia. "Rasio kepemilikan asing pada surat utang mencapai 38,5%, tertinggi dibandingkan negara Asia lainnya," ujar Bhima saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Senin (17/2/2020).
Dia melanjutkan, kerawanan utang luar negeri bisa terlihat lewat debt to services ratio (DSR). Pada triwulan IV/2019 DSR berada di angka 26% masih relatif tinggi dibanding posisi tahun sebelumnya di 25,1%.
"Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan ULN belum di-support oleh kenaikan penerimaan dari sisi ekspor dan devisa lain (pariwisata). Dibandingkan negara lainnya seperti Thailand 5,4%, dan Filipina 8,7%," jelasnya.
Dia menambahkan jika ketidakpastian meningkat, kondisi ini bisa memicu gejolak pada sektor keuangan akibat keluarnya hot money dari pasar surat utang. "Ini yang wajib jadi perhatian pemerintah, bukan sekedar rasio utang terhadap PDB saja," tegasnya.
(fjo)