Bunga Surat Utang RI Melompat Tinggi, Sri Mulyani Siapkan Jurus Stabilisasi
A
A
A
JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani tengah menyiapkan langkah berupa bond stabilization framework untuk menstabilkan imbal hasil (yield) surat utang atau Surat Berharga Negara (SBN) yang terus merangkak naik. Adapun saat ini yield SBN bertenor 10 tahun mencapai 7,203% atau jauh lebih tinggi dibandingkan awal pekan ini yang sebesar 6,732%.
"Yield yang meningkat mengindikasikan harga obligasi di pasar yang terus turun, sementara pemerintah nantinya akan dibebankan dengan biaya (cost) yang lebih besar. Maka seperti buyback stabilization framework, auto reject turun (yield) di bawah 10%, itu semua kita lakukan pada 2008 untuk beri ketenangan market," ujar Menkeu Sri Mulyani di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Lebih lanjut Ia mengaku, telah melakukan koordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lainnya untuk memonitor pengaruh dari pergerakan yield terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia. "Kita perlu kembalikan market ini supaya nyaman, jadi kita berhubungan langsung dengan market psychology," jelasnya.
Sambung dia menambahkan situasi market saat ini lebih mempengaruhi psikologis investor. "OJK sudah keluarkan aturan auto reject apabila volatilitasnya di atas 10 persen. Kemudian juga relaksasi untuk buyback tanpa RUPS. Ini untuk kembalikan rasionalitas market pasar," ungkapnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, seluruh langkah yang ditempuh pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Bank Indonesia (BI) bertujuan untuk menenangkan pasar keuangan dan saham. Hal ini lantarang terang dia, situasi saat ini lebih mempengaruhi psikologis investor.
"Yield yang meningkat mengindikasikan harga obligasi di pasar yang terus turun, sementara pemerintah nantinya akan dibebankan dengan biaya (cost) yang lebih besar. Maka seperti buyback stabilization framework, auto reject turun (yield) di bawah 10%, itu semua kita lakukan pada 2008 untuk beri ketenangan market," ujar Menkeu Sri Mulyani di Kantor Pusat Ditjen Pajak, Jakarta, Selasa (10/3/2020).
Lebih lanjut Ia mengaku, telah melakukan koordinasi dengan anggota Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) lainnya untuk memonitor pengaruh dari pergerakan yield terhadap stabilitas sistem keuangan Indonesia. "Kita perlu kembalikan market ini supaya nyaman, jadi kita berhubungan langsung dengan market psychology," jelasnya.
Sambung dia menambahkan situasi market saat ini lebih mempengaruhi psikologis investor. "OJK sudah keluarkan aturan auto reject apabila volatilitasnya di atas 10 persen. Kemudian juga relaksasi untuk buyback tanpa RUPS. Ini untuk kembalikan rasionalitas market pasar," ungkapnya.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menuturkan, seluruh langkah yang ditempuh pemerintah, Otoritas Jasa Keuangan (OJK), maupun Bank Indonesia (BI) bertujuan untuk menenangkan pasar keuangan dan saham. Hal ini lantarang terang dia, situasi saat ini lebih mempengaruhi psikologis investor.
(akr)