2015 waktu tepat naikkan harga BBM subsidi
Senin, 10 Desember 2012 - 14:55 WIB

2015 waktu tepat naikkan harga BBM subsidi
A
A
A
Sindonews.com - Sekretaris Komite Ekonomi Nasional (KEN) Aviliani menilai, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi hanya akan berani dilakukan selepas tahun 2015 mendatang. Meski diketahui pada Anggaran Pendaptan dan Belanja Negara (APBN) 2013, pemerintah diberikan kesempatan untuk menaikan harga secara langsung.
Tahun 2015, menurut dia, waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi lantaran menunggu rampungnya pemilihan presiden (Pilpres), yang akan dilaksanakan pada 2014. "Mungkin (harga BBM bersubsidi) naik tahun 2015, setelah pemilihan presiden. Rasanya kalau sebelum pemilihan tidak mungkin," ungkap Aviliani di Gedung Bank Mega, Jakarta, Senin (10/12/2012).
Kendati demikian, secara umum KEN berpendapat, tidak akan merekomendasikan pengambilan langkah menaikkan harga BBM bersubsidi karena akan merugikan masyarakat miskin. Pasalnya, kenaikan harga BBM bersubsidi akan memeberi korelasi terhadap harga-harga barang lainnya. Sementara itu, orang kaya meski akan dipangkas subsidi, namun mereka masih bisa bertahan lantaran dana yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, KEN juga berorientasi pada subsidi untuk orang bukan barang. Ini jelas akan membedakan pihak yang layak disubsidi dan yang tidak.
Aviliani menambahkan, fiskal saat ini masih harus tetap dijaga. Konsumsi BBM yang berlebihan dengan memakan angka subsidi yang terlalu besar nantinya berujung negatif pada neraca pembayaran.
"Kalau tidak dipicu kenaikan defisitnya kan makin tinggi, itu kan memicu negatif. Dari internasional juga kalau sudah mendekati kapasitas diatas 3 itu kan membahayakan," tandasnya.
Tahun 2015, menurut dia, waktu yang tepat untuk menaikkan harga BBM bersubsidi lantaran menunggu rampungnya pemilihan presiden (Pilpres), yang akan dilaksanakan pada 2014. "Mungkin (harga BBM bersubsidi) naik tahun 2015, setelah pemilihan presiden. Rasanya kalau sebelum pemilihan tidak mungkin," ungkap Aviliani di Gedung Bank Mega, Jakarta, Senin (10/12/2012).
Kendati demikian, secara umum KEN berpendapat, tidak akan merekomendasikan pengambilan langkah menaikkan harga BBM bersubsidi karena akan merugikan masyarakat miskin. Pasalnya, kenaikan harga BBM bersubsidi akan memeberi korelasi terhadap harga-harga barang lainnya. Sementara itu, orang kaya meski akan dipangkas subsidi, namun mereka masih bisa bertahan lantaran dana yang dimiliki cukup untuk memenuhi kebutuhannya.
Selain itu, KEN juga berorientasi pada subsidi untuk orang bukan barang. Ini jelas akan membedakan pihak yang layak disubsidi dan yang tidak.
Aviliani menambahkan, fiskal saat ini masih harus tetap dijaga. Konsumsi BBM yang berlebihan dengan memakan angka subsidi yang terlalu besar nantinya berujung negatif pada neraca pembayaran.
"Kalau tidak dipicu kenaikan defisitnya kan makin tinggi, itu kan memicu negatif. Dari internasional juga kalau sudah mendekati kapasitas diatas 3 itu kan membahayakan," tandasnya.
(rna)