Ekonom: Revisi asumsi makro realistis
A
A
A
Sindonews.com - Menteri Keuangan (Menkeu) M Chatib Basri mengungkapkan akan merevisi tiga dari tujuh asumsi dasar ekonomi makro dalam APBN 2014. Ketiganya yaitu, pertumbuhan ekonomi, nilai tukar rupiah, dan lifting minyak.
Menanggapi hal itu, Ekonom dari Bank Mandiri Destry Damayanti menilai revisi ini menggambarkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Kondisi ini dinilai lebih realistis dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Kondisi itu lebih realistis dengan kondisi yang sekarang. Kayak pertumbuhan ekonomi, per kuartal saja kemarin kita tumbuhnya hanya 5,2 persen. Jadi kalau untuk mengejar 6 persen berat sekali. 5,5 persen masih oke-lah. Karena kita lihat domestic economy masih cukup strong, konsumsi masyarakat kita juga masih cukup solid, investasi juga sudah mulai meningkat," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (14/5/2014).
Kemudian, lanjut dia, dari sisi currency dengan pemilu yang diperkirakan akan berjalan lancar, tentunya nilai rupiah sebesar Rp11.600 per USD masih masuk akal.
"Tentunya rupiah bisa masuk ke level kalau kita lihat fundamental kita diantara Rp11.000 hingga Rp11.400 per USD. Masih make sense-lah," tuturnya.
Sementara untuk lifting minyak, dia menilai angka tersebut cukup realistis meskipun sedikit memberatkan. Mengingat BP Migas telah mengatakan kondisi lifting minyak sulit untuk mencapai angka 800.000 barel per hari.
"Oke 818.000 mungkin agak lebih realistis walaupun sempat BP Migas bilang mencapai 800.000 saja agak berat. Tapi ya musti di-push kalau enggak, ya mereka enggak ada upaya untuk menggenjot produksinya, untuk mencari sumber-sumber baru," jelas Destry.
Menanggapi hal itu, Ekonom dari Bank Mandiri Destry Damayanti menilai revisi ini menggambarkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Kondisi ini dinilai lebih realistis dengan apa yang terjadi di Indonesia saat ini.
"Kondisi itu lebih realistis dengan kondisi yang sekarang. Kayak pertumbuhan ekonomi, per kuartal saja kemarin kita tumbuhnya hanya 5,2 persen. Jadi kalau untuk mengejar 6 persen berat sekali. 5,5 persen masih oke-lah. Karena kita lihat domestic economy masih cukup strong, konsumsi masyarakat kita juga masih cukup solid, investasi juga sudah mulai meningkat," ujarnya kepada Sindonews, Rabu (14/5/2014).
Kemudian, lanjut dia, dari sisi currency dengan pemilu yang diperkirakan akan berjalan lancar, tentunya nilai rupiah sebesar Rp11.600 per USD masih masuk akal.
"Tentunya rupiah bisa masuk ke level kalau kita lihat fundamental kita diantara Rp11.000 hingga Rp11.400 per USD. Masih make sense-lah," tuturnya.
Sementara untuk lifting minyak, dia menilai angka tersebut cukup realistis meskipun sedikit memberatkan. Mengingat BP Migas telah mengatakan kondisi lifting minyak sulit untuk mencapai angka 800.000 barel per hari.
"Oke 818.000 mungkin agak lebih realistis walaupun sempat BP Migas bilang mencapai 800.000 saja agak berat. Tapi ya musti di-push kalau enggak, ya mereka enggak ada upaya untuk menggenjot produksinya, untuk mencari sumber-sumber baru," jelas Destry.
(izz)