DBS Luncurkan Program Working Capital Advisory
A
A
A
JAKARTA - PT DBS Indonesia meluncurkan program Working Capital Advisory untuk pasar Indonesia. Program Working Capital Advisory itu bertujuan untuk membantu perusahaan menganalisis baik rantai pemasokan barang dan keuangan. Dengan demikian, program ini mampu mengurangi biaya jasa perbankan secara keseluruhan dengan signifikan.
"DBS telah melaksanakan pilot program untuk Working Capital Advisory dan efisiensi cash flow klien yang berpartisipasi rata-rata naik sebesar 20-30%. Ini adalah peningkatan yang sangat besar bagi sebuah perusahaan," ujar Head of Trade Finance DBS Indonesia Guntur Widodo dalam peluncuran DBS Working Capital Advisory di Jakarta, Selasa (2/9/2014).
DBS menurutnya telah mengembangkan sebuah alat bantu yang secara eksklusif mereka miliki, alat bantu itu dapat memberikan analisis perbandingan (benchmarking) dengan industri serta memberikan diagnosa kepada perusahaan. Pasalnya, berdasarkan riset Atradius Payment Practices Barometer yang diadakan DBS pada November 2013, 52% nasabah di Indonesia setuju bahwa cash flow adalah permasalahan terbesar untuk dapat memaksimalkan keuntungan bisnis.
Dengan keseluruhan program ini, nasabah korporasi maupun UKM bisa mengidentifikasi dana yang terperangkap, lalu membuat arus dana (cash flow) lebih lancar secara signifikan.
Layanan transaksional perbankan DBS telah menjadi salah satu prioritas terbesar dari bisnis pinjaman sejak 2010. Pada semester pertama 2014, GTS (Cash & Trade) DBS Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar 33% dari total pendapatan bank.
"DBS telah melaksanakan pilot program untuk Working Capital Advisory dan efisiensi cash flow klien yang berpartisipasi rata-rata naik sebesar 20-30%. Ini adalah peningkatan yang sangat besar bagi sebuah perusahaan," ujar Head of Trade Finance DBS Indonesia Guntur Widodo dalam peluncuran DBS Working Capital Advisory di Jakarta, Selasa (2/9/2014).
DBS menurutnya telah mengembangkan sebuah alat bantu yang secara eksklusif mereka miliki, alat bantu itu dapat memberikan analisis perbandingan (benchmarking) dengan industri serta memberikan diagnosa kepada perusahaan. Pasalnya, berdasarkan riset Atradius Payment Practices Barometer yang diadakan DBS pada November 2013, 52% nasabah di Indonesia setuju bahwa cash flow adalah permasalahan terbesar untuk dapat memaksimalkan keuntungan bisnis.
Dengan keseluruhan program ini, nasabah korporasi maupun UKM bisa mengidentifikasi dana yang terperangkap, lalu membuat arus dana (cash flow) lebih lancar secara signifikan.
Layanan transaksional perbankan DBS telah menjadi salah satu prioritas terbesar dari bisnis pinjaman sejak 2010. Pada semester pertama 2014, GTS (Cash & Trade) DBS Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar 33% dari total pendapatan bank.
(gpr)