Menata Ulang Strategi Bisnis
Selasa, 14 Juli 2020 - 06:03 WIB
Sementara itu, peneliti senior pada Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Didin S Damanhuri mengatakan, pandemi Covid-19 melahirkan adanya fenomena disrupsi globalisasi, bahkan lebih tajam lagi memunculkan deglobalisasi. Sebagian besar negara akan merespons dengan mengadopsi kebijakan yang lebih proteksionis untuk melindungi pasar domestik dari gangguan global.
Dia menambahkan, para pembuat kebijakan dan pebisnis perlu memikirkan kembali deglobalisasi yang disebabkan pandemi Covid-19. "Negara-negara dipaksa untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dari kapasitas produk domestik. Semua mengarah pada reorientasi pasar domestik," ujarnya di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, tren deglobalisasi juga memperbaiki format pembangunan setiap negara agar lebih berkeadilan. Bahkan pandemi Covid-19 ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk keluar dari ketergantungan impor. Apalagi, hampir aktivitas ekspor dan impor tidak berjalan dengan baik dan tidak banyak alternatif kerja sama dengan negara lain. (Baca juga: Pemerintah Diminta Hati-hati Libatkan TNI Dalam Penanganan Terorisme)
Menurut dia, kemandirian ekonomi nasional merupakan keniscayaan bagi negara ekonomi berkembang. Untuk itu, Indonesia perlu membangkitkan kembali produksi dan mengembangkan industrialisasi. "Negara berkembang seperti Indonesia harus mempunyai kebijakan afirmasi, bagaimana membangun kemandirian jiwa dan mengubah struktur ekonomi yang tidak berkeadilan ini menjadi negara yang adil makmur dan sejahtera," desaknya.
Peneliti senior Indef, Enny Sri Hartati, mengatakan, persoalan utama dampak pandemi Covid-19 membuat aktivitas masyarakat terganggu. Hal ini berpengaruh pada sisi pasokan di mana produksi terganggu karena distribusi terganggu sehingga menyebabkan biaya menjadi tinggi. (Lihat videonya: Pemotor Arogan Hentikan Ambulans yang Sedang Membawa Pasien)
Dari sisi permintaan juga terganggu karena sumber pendapatan yang hilang sehingga menyebabkan daya beli masyarakat rendah. (Andika H mustaqim/Oktiani Endarwati)
Dia menambahkan, para pembuat kebijakan dan pebisnis perlu memikirkan kembali deglobalisasi yang disebabkan pandemi Covid-19. "Negara-negara dipaksa untuk memenuhi kebutuhan rakyatnya dari kapasitas produk domestik. Semua mengarah pada reorientasi pasar domestik," ujarnya di Jakarta kemarin.
Dia melanjutkan, tren deglobalisasi juga memperbaiki format pembangunan setiap negara agar lebih berkeadilan. Bahkan pandemi Covid-19 ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk keluar dari ketergantungan impor. Apalagi, hampir aktivitas ekspor dan impor tidak berjalan dengan baik dan tidak banyak alternatif kerja sama dengan negara lain. (Baca juga: Pemerintah Diminta Hati-hati Libatkan TNI Dalam Penanganan Terorisme)
Menurut dia, kemandirian ekonomi nasional merupakan keniscayaan bagi negara ekonomi berkembang. Untuk itu, Indonesia perlu membangkitkan kembali produksi dan mengembangkan industrialisasi. "Negara berkembang seperti Indonesia harus mempunyai kebijakan afirmasi, bagaimana membangun kemandirian jiwa dan mengubah struktur ekonomi yang tidak berkeadilan ini menjadi negara yang adil makmur dan sejahtera," desaknya.
Peneliti senior Indef, Enny Sri Hartati, mengatakan, persoalan utama dampak pandemi Covid-19 membuat aktivitas masyarakat terganggu. Hal ini berpengaruh pada sisi pasokan di mana produksi terganggu karena distribusi terganggu sehingga menyebabkan biaya menjadi tinggi. (Lihat videonya: Pemotor Arogan Hentikan Ambulans yang Sedang Membawa Pasien)
Dari sisi permintaan juga terganggu karena sumber pendapatan yang hilang sehingga menyebabkan daya beli masyarakat rendah. (Andika H mustaqim/Oktiani Endarwati)
(ysw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda