Mencari Kebutuhan Lewat Online Kian Masif
Sabtu, 18 Juli 2020 - 11:10 WIB
Amelia, pengamat belanja, gaya hidup, dan mode menilai berbelanja melalui startup kini jadi euforia. Tetapi fenomena tersebut hanya sesaat saja. Masyarakat yang melek teknologi dan memahami media sosial pasti akan memanfaatkan belanja online
"Tetapi saya rasa euforia mencari barang kebutuhan melalui platform digital hanya sesaat saja, terlebih lagi saat ini momentnya memang tepat dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jadi belanja melalui online sadang 'naik daun'kembali. Menurut saya, bagaimana pun belanja ya esensinya harus melihat produk barangnya ada, bisa kita raba dan rasakan. Kalau di online hanya bisa melihat gambar seperti di foto atau majalah,"ujar wanita yang biasa disapa Miss Jinjing.
Menurut Amelia ada sensasi tersendiri saat kita berbelanja langsung ketimbang secara online. Jika berbelanja secara langsung pembeli bisa merasakan dan mencoba sendiri barang yang diinginkan, sedangkan berbelanja secara online, harus banyak mencari referensi dan detail melihat keterangan barang yang ingin dibeli.
"Sudah banyak startup lokal yang menawarkan produk fashion berkualitas dan bisa bersaing dangan brand ternama. Jadi tidak perlu keluar negeri untuk mencari busana yang sedang tren,"tambahnya.
Salah satu startup lokal yang menawarkan item fashion berkualitas adalah localbrand.co.id, Hijup, dan Berrybenka. "Beberapa startup ini bisa menjadi jembatan untuk mempromosikan karya desainer Tanah Air ke mancanegara. Jadi tujuaannya bukan hanya untuk jualan saja, tetapi juga bisa menjadi memperkenalkan produk buatan dalam negeri,” tutur Amel. (Baca juga: Sekutu Netanyahu Tolak Aneksasi Tepi Barat)
Tingginya minat masyarakat yang mencari segala kebutuhannya melalui platform digital juga ditegaskan peneliti center of digital society (CfDS) Tony Seno. Menurut dia, selama masa pandemi ini memang terjadi peningkatan transaksi digital di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, saat diberlakukannya PSBB.
"Dengan adanya covid-19 ini maka kita lihat masyarakat semakin sering berbelanja secara online. Tingginya angka konsumsi masyarakat secara digital ini diproyeksi akan terus terjaga hingga masa pandemi covid-19 berlalu,"jelas Tony.
Meningkatnya transaksi berbelanja digital ini, kata Tony sesuai dengan riset McKinsey & Company. Yakni 34 persen orang Indonesia mengakui adanya peningkatan belanja makanan secara daring.
Kemudian, masih mengacu ke riset McKinsey & Company, 30 persen orang Indonesia juga mengatakan mencari kebutuhan dasar secara daring mengalami peningkatan. (Lihat videonya: Pemulung Bawa Uang Rp7 Juta Hasil Jual Bansos Covid-19)
"Berbelanja kebutuhan yang lain semakin sering dilakukan secara online. Perubahan behavior ini kelihatannya setelah kita melewati covid dan ini angkanya bisa mencapai 72 persen," papar dia.
"Tetapi saya rasa euforia mencari barang kebutuhan melalui platform digital hanya sesaat saja, terlebih lagi saat ini momentnya memang tepat dalam masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jadi belanja melalui online sadang 'naik daun'kembali. Menurut saya, bagaimana pun belanja ya esensinya harus melihat produk barangnya ada, bisa kita raba dan rasakan. Kalau di online hanya bisa melihat gambar seperti di foto atau majalah,"ujar wanita yang biasa disapa Miss Jinjing.
Menurut Amelia ada sensasi tersendiri saat kita berbelanja langsung ketimbang secara online. Jika berbelanja secara langsung pembeli bisa merasakan dan mencoba sendiri barang yang diinginkan, sedangkan berbelanja secara online, harus banyak mencari referensi dan detail melihat keterangan barang yang ingin dibeli.
"Sudah banyak startup lokal yang menawarkan produk fashion berkualitas dan bisa bersaing dangan brand ternama. Jadi tidak perlu keluar negeri untuk mencari busana yang sedang tren,"tambahnya.
Salah satu startup lokal yang menawarkan item fashion berkualitas adalah localbrand.co.id, Hijup, dan Berrybenka. "Beberapa startup ini bisa menjadi jembatan untuk mempromosikan karya desainer Tanah Air ke mancanegara. Jadi tujuaannya bukan hanya untuk jualan saja, tetapi juga bisa menjadi memperkenalkan produk buatan dalam negeri,” tutur Amel. (Baca juga: Sekutu Netanyahu Tolak Aneksasi Tepi Barat)
Tingginya minat masyarakat yang mencari segala kebutuhannya melalui platform digital juga ditegaskan peneliti center of digital society (CfDS) Tony Seno. Menurut dia, selama masa pandemi ini memang terjadi peningkatan transaksi digital di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, saat diberlakukannya PSBB.
"Dengan adanya covid-19 ini maka kita lihat masyarakat semakin sering berbelanja secara online. Tingginya angka konsumsi masyarakat secara digital ini diproyeksi akan terus terjaga hingga masa pandemi covid-19 berlalu,"jelas Tony.
Meningkatnya transaksi berbelanja digital ini, kata Tony sesuai dengan riset McKinsey & Company. Yakni 34 persen orang Indonesia mengakui adanya peningkatan belanja makanan secara daring.
Kemudian, masih mengacu ke riset McKinsey & Company, 30 persen orang Indonesia juga mengatakan mencari kebutuhan dasar secara daring mengalami peningkatan. (Lihat videonya: Pemulung Bawa Uang Rp7 Juta Hasil Jual Bansos Covid-19)
"Berbelanja kebutuhan yang lain semakin sering dilakukan secara online. Perubahan behavior ini kelihatannya setelah kita melewati covid dan ini angkanya bisa mencapai 72 persen," papar dia.
tulis komentar anda