Belum Ada Titik Temu, Polemik Impor KRL Bekas dari Jepang Masih Berlanjut

Rabu, 05 April 2023 - 19:13 WIB
Dari perhitungan tersebut, dipastikan ratusan ribu calon penumpang KRL tidak dapat mengakses layanan kereta, bila kebutuhan kereta tidak disediakan KCI tahun ini. "Tapi nanti kita lihat rekomendasi BPKP apa yang perlu kita penuhi dulu," ucap dia.

Terpikat Kereta Bekas

Awal mula kereta bekas Jepang wara-wiri di Indonesia, dimulai dengan hibah pada tahun 2000 lalu. Dimana kala itu Pemerintah Kota Tokyo menghibahkan KRL Toei seri 6000 kepada pemerintah Indonesia. Ini salah satu kereta legendaris, karena merupakan KRL berpendingin (AC) eks-Jepang pertama yang beroperasi di Indonesia.

Kereta ini juga menandai dimulainya era modernisasi KRL Jabotabek. Kereta asal Jepang umumnya didesain untuk masa pakai hingga 50 tahun. Namun, ketika kereta memasuki usia 30 tahun, biaya perawatannya menjadi semakin mahal. Atas pertimbangan mahalnya biaya perawatan operator-operator kereta di Jepang, mereka terpaksa menghancurkan atau menjual kereta-kereta bekasnya.

Saat tahun 2000, terdapat 72 unit kereta yang dihibahkan oleh Jepang dan di Indonesia diperuntukkan untuk kereta ekspres. Kereta bekas itu terbukti cukup awat usai beroperasi hingga belasan tahun di jalur Jabotabek.

Selanjutnya saat tidak lagi mendapatkan hibah, KAI justru membeli kereta bekas dari Jepang sejak 2004. Meski begitu bukan berarti Indonesia tidak pernah membeli kereta baru, dimana tercatat pernah mendatangkannya dari Jerman dan Belanda.

Namun dengan alasan harga dan keandalan, kereta bekas asal Jepang telah memikat Indonesia. Kereta yang dibeli pada 2004 adalah seri 103 yang dibuat sekitar 1966-1967. Kini impor kereta bekas dari Jepang menuai polemik di 2023, ketika pemerintah sedang gencar mendahulukan produksi dalam negeri.
(akr)
Halaman :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More