5 BUMN yang Rugi di Tahun 2022, Didominasi Sektor Jasa Infrastruktur
Minggu, 16 April 2023 - 22:20 WIB
Mengutip laman Kementerian BUMN, Waskita masuk dalam klaster jasa infrastruktur. Di klaster ini ada juga BUMN lain, di antaranya Wijaya Karya, Hutama Karya, dan Perum Perumnas.
Pada tahun 2022 emiten BUMN yang bergerak di sektor konstruksi ini mencatatkan kerugian sebesar Rp1,9 triliun. Jumlah itu naik 73% jika dibandingan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,1 triliun.
Salah satu faktor penyebab melonjaknya kerugian Waskita adalah tingginya beban pokok pendapatan hingga melonjaknya beban umum administrasi. Beban pokok pendapatan Waskita tercatat naik 35% atau lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan menjadi Rp13,85 triliun. Secara proporsi, beban pokok pendapatan Waskita tahun lalu 90,53% pendapatan dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya 84,47% pendapatan.
2. Hutama Karya
BUMN karya yang bertugas menggarap jalan tol ini sejak tahun 2020 mencatatkan kerugian. Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu mengungkap kerugian yang dialami Hutama Karya pada 2020 Rp2 triliun dan Rp2,4 triliun pada 2021.
Direktur Utama Hutama Karya mengatakan bahwa perusahaan akan tetap merugi di tahun 2022, meski kerugiannya mulai menyusut. Budi memperkirakan, kerugian Hutama di 2022 hingga Rp992 miliar.
"Kami mengalami kerugian di tahun 2020 hingga 2021 dan juga 2022 ini, karena kami memperhitungkan biaya bunga atas pinjaman yang untuk investasi di jalan tol ini dan juga adanya depresiasi berapa ruas yang sudah beroperasi," kata Budi, akhir 2022 lalu.
3. Wijaya Karya
Tahun 2022 menjadi tahun kontradiktif bagi Wijaya Karya (WIKA). Setelah tahun-tahun sebelumnya masih mendulang untung, pada 2022 emiten konstruksi bangunan pelat ini, justru mencatatkan kerugian sebesar Rp59,6 miliar. Kerugian itu juga terjadi di saat pendapatan perusahaan meningkat.
Pada tahun 2021, WIKA masih meraup laba bersih Rp117,6 miliar. Sedangkan tahun 2020 (WIKA) membukukan laba Rp322,34 miliar.
Pada tahun 2022 emiten BUMN yang bergerak di sektor konstruksi ini mencatatkan kerugian sebesar Rp1,9 triliun. Jumlah itu naik 73% jika dibandingan kerugian tahun sebelumnya yang mencapai Rp1,1 triliun.
Salah satu faktor penyebab melonjaknya kerugian Waskita adalah tingginya beban pokok pendapatan hingga melonjaknya beban umum administrasi. Beban pokok pendapatan Waskita tercatat naik 35% atau lebih cepat dari pertumbuhan pendapatan menjadi Rp13,85 triliun. Secara proporsi, beban pokok pendapatan Waskita tahun lalu 90,53% pendapatan dibandingkan dengan tahun 2021 yang hanya 84,47% pendapatan.
2. Hutama Karya
BUMN karya yang bertugas menggarap jalan tol ini sejak tahun 2020 mencatatkan kerugian. Ditjen Kekayaan Negara (DJKN) Kemenkeu mengungkap kerugian yang dialami Hutama Karya pada 2020 Rp2 triliun dan Rp2,4 triliun pada 2021.
Direktur Utama Hutama Karya mengatakan bahwa perusahaan akan tetap merugi di tahun 2022, meski kerugiannya mulai menyusut. Budi memperkirakan, kerugian Hutama di 2022 hingga Rp992 miliar.
"Kami mengalami kerugian di tahun 2020 hingga 2021 dan juga 2022 ini, karena kami memperhitungkan biaya bunga atas pinjaman yang untuk investasi di jalan tol ini dan juga adanya depresiasi berapa ruas yang sudah beroperasi," kata Budi, akhir 2022 lalu.
3. Wijaya Karya
Tahun 2022 menjadi tahun kontradiktif bagi Wijaya Karya (WIKA). Setelah tahun-tahun sebelumnya masih mendulang untung, pada 2022 emiten konstruksi bangunan pelat ini, justru mencatatkan kerugian sebesar Rp59,6 miliar. Kerugian itu juga terjadi di saat pendapatan perusahaan meningkat.
Pada tahun 2021, WIKA masih meraup laba bersih Rp117,6 miliar. Sedangkan tahun 2020 (WIKA) membukukan laba Rp322,34 miliar.
tulis komentar anda