China Ungkap Siapa Musuh Nyata Bagi Eropa, Mengarah ke AS?
Minggu, 14 Mei 2023 - 22:15 WIB
BERLIN - China ditegaskan bukanlah ancaman nyata bagi Uni Eropa (UE) di tengah kemelut perang Rusia Ukraina. Menteri Luar Negeri China, Qin Gang telah memperingatkan, bahwa risiko nyata yang dihadapi Eropa berasal dari negara tertentu yang melancarkan perang dingin baru, menjatuhkan sanksi sepihak dan mengekspor masalah keuangannya sendiri kepada orang lain.
Qin tidak menyebut secara langsung nama AS (Amerika Serikat), tetapi menuduh negara itu mengobarkan konfrontasi ideologis dan terlibat dalam konfrontasi. Hal itu diungkapkannya ketika ditanya tentang strategi de-risking Uni Eropa.
Diterangkan olehnya, negara yang tidak disebutkan namanya itu telah menyalahgunakan status monopoli mata uangnya dan mentransfer inflasi domestik dan krisis fiskal, dengan efek limpahan yang serius. Diucapkan Qin Gang pada konferensi pers bersama dengan menteri luar negeri Jerman, Annalena Baerbock.
"Ini adalah risiko nyata yang perlu ditanggapi dengan serius. Jika perang dingin baru terjadi, itu tidak hanya merusak kepentingan China, tetapi kepentingan Eropa juga akan dikorbankan ... Itulah risiko nyata yang perlu dikhawatirkan," kata Qin, setelah pertemuan keduanya dengan Baerbock dalam sebulan terakhir dilansir South China Morning Post (SCMP).
Qin mendukung pernyataannya dengan sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini oleh Institut Penelitian Ekonomi Austria dan Yayasan Bisnis Keluarga, dimana mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi atau PDB Jerman akan turun 2% jika berpisah dari China.
Strategi de-risking diperkenalkan pada bulan Maret oleh Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen yang menekankan bahwa "tidak layak - mengorbankan kepentingan Eropa - untuk memisahkan diri dari China". Kanselir Jerman, Olaf Scholz juga berulang kali menolak decoupling.
Qin mengatakan, dia menghargai sikap Berlin dan Brussels, tetapi Ia mengungkapkan kekhawatiran Beijing bahwa strategi itu bisa menjadi "de-sinisisasi" benua yang akan memangkas peluang, kerja sama, stabilitas dan pembangunan.
Qin tidak menyebut secara langsung nama AS (Amerika Serikat), tetapi menuduh negara itu mengobarkan konfrontasi ideologis dan terlibat dalam konfrontasi. Hal itu diungkapkannya ketika ditanya tentang strategi de-risking Uni Eropa.
Diterangkan olehnya, negara yang tidak disebutkan namanya itu telah menyalahgunakan status monopoli mata uangnya dan mentransfer inflasi domestik dan krisis fiskal, dengan efek limpahan yang serius. Diucapkan Qin Gang pada konferensi pers bersama dengan menteri luar negeri Jerman, Annalena Baerbock.
"Ini adalah risiko nyata yang perlu ditanggapi dengan serius. Jika perang dingin baru terjadi, itu tidak hanya merusak kepentingan China, tetapi kepentingan Eropa juga akan dikorbankan ... Itulah risiko nyata yang perlu dikhawatirkan," kata Qin, setelah pertemuan keduanya dengan Baerbock dalam sebulan terakhir dilansir South China Morning Post (SCMP).
Qin mendukung pernyataannya dengan sebuah laporan yang dirilis awal bulan ini oleh Institut Penelitian Ekonomi Austria dan Yayasan Bisnis Keluarga, dimana mereka memperkirakan pertumbuhan ekonomi atau PDB Jerman akan turun 2% jika berpisah dari China.
Strategi de-risking diperkenalkan pada bulan Maret oleh Presiden Komisi Uni Eropa, Ursula von der Leyen yang menekankan bahwa "tidak layak - mengorbankan kepentingan Eropa - untuk memisahkan diri dari China". Kanselir Jerman, Olaf Scholz juga berulang kali menolak decoupling.
Qin mengatakan, dia menghargai sikap Berlin dan Brussels, tetapi Ia mengungkapkan kekhawatiran Beijing bahwa strategi itu bisa menjadi "de-sinisisasi" benua yang akan memangkas peluang, kerja sama, stabilitas dan pembangunan.
Lihat Juga :
tulis komentar anda