Bahan Baku Melimpah, Indonesia Berpeluang Jadi Produsen Mobil Listrik

Senin, 27 Juli 2020 - 10:13 WIB
Asisten Deputi Industri Penunjang Infrastruktur Kemenko Maritim dan Investasi Firdausi Manti menambahkan, pemerintah mendukung swasta mengimpor kendaraan listrik , tapi berharap ada alih teknologi dari prinsipal asing. Di era saat ini Indonesia tidak mungkin berjalan sendiri dalam mengembangkan teknologi, harus menggandeng negara lain yang memiliki teknologi kendaraan listrik.

“Indonesia bisa menjadi pemain rantai pemasok global baterai untuk kendaraan listrik. Rantai pasokan global dalam industri kendaraan listrik diperlukan, di mana sesama negara bisa saling melengkapi suku cadang. Misalnya Indonesia memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, mengingat nikel bisa menjadi salah satu pembuat baterai mobil listrik,” jelasnya. (Baca juga: Tim Mobil Listrik UGM Borong 4 Penghargaan Internasional)

Komitmen pemerintah mengembangkan industri kendaraan listrik disambut baik kalangan swasta. PT Bakrie Autoparts, Agen Pemegang Merk (APM) bus listrik BYD di Indonesia, menyatakan komitmennya untuk mengikuti kebijakan yang telah digariskan oleh pemerintah. Proses industrialisasi akan dilakukan untuk meningkatkan kandungan lokal. “Saat ini kami mengimpor bus listrik CBU atau dalam keadaan utuh, tapi hanya untuk promosi dan uji coba,” kata Direktur Utama PT Bakrie Autoparts Dino A Riyandi.

PT Bakrie Autoparts dan BYD Auto Co Ltd telah menyepakati tahapan pengembangan serta produksi bus listrik dalam beberapa tahun ke depan. Tahapan pertama adalah importasi dan unjuk produk. Setelah itu melakukan penetrasi pasar.

“Di sini kami mulai masuk menjajaki tahapan komersial dan pabrikasi dengan menggandeng beberapa mitra perusahaan karoseri lokal. Di tahap berikutnya kami mulai melakukan industrialisasi dengan mengoperasikan fasilitas produksi bus listrik kami, termasuk produksi sasis. Targetnya, 2022 sudah harus masuk ke tahapan ini, mulai memproduksi 300 unit bus listrik per tahun dengan tingkat kandungan dalam negeri sedikitnya 55%,” kata Dino.

Sementara itu, PT Bluebird yang selama ini juga menjadi satu di antara pengguna kendaraan listrik untuk armada taksinya juga menyatakan dukungannya. Direktur PT Bluebird Tbk Andre Djokosoetono mengatakan, saat ini pihaknya menggunakan 25 unit E-Bluebird dan empat unit E-Silverbird yang bertenaga listrik. “Untuk E-Bluebird, kami menggunakan BYD e6 dari China. (Lihat videonya: 7 Langkah Amankan Tayangan YouTube untuk Anak-anak)

Sedangkan E-Silvebird menggunakan Tesla Model X75D dari Amerika Serikat. Kami sangat puas dengan operasional dari kendaraan listrik E-Bluebird dan E-Silverbird. Respons pengemudi dan konsumen sangat baik. Mobilnya sangat jarang mengalami kendala di jalanan, mampu menempuh jarak yang dapat diandalkan. Konsumen juga memberikan apresiasi terhadap langkah Bluebird memelopori dan melakukan terobosan menghadirkan taksi listrik,” pungkas Andre.

Jika Indonesia mampu mengembangkan mobil listrik, maka manfaatnya akan banyak sekali selain merupakan opsi jitu industri transportasi di Indonesia. Defisit neraca perdagangan yang disebabkan impor bahan bakar minyak (BBM) juga akan dapat ditekan. Ini tentu akan membuat surplus neraca dagang Indonesia seperti yang diinginkan Presiden Jokowi. (Aditya Pratama/Rakhmat Baihaqi/Ant)
(ysw)
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More