Operasi Badai Al-Aqsa Mengguncang Pasar Minyak Mentah, Harga Brent Melonjak 2% Lebih
Senin, 09 Oktober 2023 - 17:54 WIB
Para pejabat Saudi dilaporkan pada hari Jumat, mengatakan kepada Gedung Putih bahwa mereka bersedia untuk meningkatkan produksi tahun depan sebagai bagian dari kesepakatan Israel yang diusulkan. Riyadh dan Moskow telah menyetujui pemotongan sukarela gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari (bph) hingga akhir 2023.
"Pertanyaannya adalah berapa lama reli minyak ini akan berlangsung," kata analis Citi.
"Waktu adalah segalanya dan serangan hampir pasti menunda pemulihan hubungan Saudi-Israel, bersama dengan ekspektasi probabilitas tinggi Arab Saudi mengurangi atau menghilangkan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari jika harga (minyak) melanjutkan penurunan baru-baru ini," proyeksinya.
Ada juga pertanyaan tentang apakah Iran akan terlibat dalam konflik.
"Jika konflik menyelimuti Iran ... Maka hingga 3% dari pasokan minyak global berisiko. Dan jika konflik yang lebih luas terjadi yang akhirnya berdampak pada transit melalui Selat Hormuz, sekitar 20% pasokan minyak global dapat disandera," kata analis energi Saul Kavonic kepada Reuters.
Sementara itu Analis energi, Saul Kavonic mengatakan, bahwa harga minyak global telah meningkat "karena prospek tensi geopolitik dapat menyebar lebih luas ke negara-negara penghasil minyak utama terdekat seperti Iran dan Arab Saudi".
"Jika konflik menyelimuti Iran, yang dituduh mendukung serangan Hamas, maka 3% pasokan minyak global berisiko," tambah Kavonic.
Caroline Bain, kepala ekonom komoditas di Capital Economics, mengatakan kepada program Today BBC, bahwa Iran telah meningkatkan produksi minyak sepanjang tahun ini meskipun ada sanksi AS.
"AS tampaknya telah menutup mata terhadap peningkatan yang stabil dalam produksi Iran, bahwa ... akan lebih sulit bagi AS untuk mengabaikannya setelah ini," katanya.
Secara keseluruhan, Bain memperkirakan permintaan minyak akan melebihi pasokan dalam tiga bulan terakhir tahun ini dan "itu akan mendukung harga yang lebih tinggi".
"Pertanyaannya adalah berapa lama reli minyak ini akan berlangsung," kata analis Citi.
"Waktu adalah segalanya dan serangan hampir pasti menunda pemulihan hubungan Saudi-Israel, bersama dengan ekspektasi probabilitas tinggi Arab Saudi mengurangi atau menghilangkan pemotongan tambahan 1 juta barel per hari jika harga (minyak) melanjutkan penurunan baru-baru ini," proyeksinya.
Ada juga pertanyaan tentang apakah Iran akan terlibat dalam konflik.
"Jika konflik menyelimuti Iran ... Maka hingga 3% dari pasokan minyak global berisiko. Dan jika konflik yang lebih luas terjadi yang akhirnya berdampak pada transit melalui Selat Hormuz, sekitar 20% pasokan minyak global dapat disandera," kata analis energi Saul Kavonic kepada Reuters.
Sementara itu Analis energi, Saul Kavonic mengatakan, bahwa harga minyak global telah meningkat "karena prospek tensi geopolitik dapat menyebar lebih luas ke negara-negara penghasil minyak utama terdekat seperti Iran dan Arab Saudi".
"Jika konflik menyelimuti Iran, yang dituduh mendukung serangan Hamas, maka 3% pasokan minyak global berisiko," tambah Kavonic.
Caroline Bain, kepala ekonom komoditas di Capital Economics, mengatakan kepada program Today BBC, bahwa Iran telah meningkatkan produksi minyak sepanjang tahun ini meskipun ada sanksi AS.
"AS tampaknya telah menutup mata terhadap peningkatan yang stabil dalam produksi Iran, bahwa ... akan lebih sulit bagi AS untuk mengabaikannya setelah ini," katanya.
Secara keseluruhan, Bain memperkirakan permintaan minyak akan melebihi pasokan dalam tiga bulan terakhir tahun ini dan "itu akan mendukung harga yang lebih tinggi".
tulis komentar anda