Tak Hanya Menekan Emisi, Ekosistem EV PLN Dorong Ekonomi Berkelanjutan
Jum'at, 15 Desember 2023 - 20:14 WIB
PLN membuka peluang kerja sama dengan berbagai pihak. Seperti pemilik pusat perbelanjaan, rumah sakit, dan perkantoran yang ada di IKN. Tidak hanya di IKN, PLN juga memastikan SPKLU tersedia di kota-kota penyangga IKN, seperti di Balikpapan dan Samarinda. Saat ini, telah terdapat 9 SPKLU tersebar di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara. Jumlah tersebut akan bertambah 31 Unit pada tahun 2024.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan infrastruktur kendaraan listrik yang masif diyakini memantik pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, ekosistem EV yang dikembangkan PLN memacu industri untuk mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.
Data riset Deloitte dan Foundry menyebutkan, jumlah kendaraan EV terus meningkat setiap tahun. Pada 2021 pertumbuhannya mencapai 244,58% . Kemudian pada 2022 melonjak menjadi 344,27%. Deloitte dan Foundry menyebutkan, pertumbuhan EV di Indonesia telah mencapai 14 kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan itu tak lepas dari masifnya pengembangan infrastruktur EV di Indonesia. Pemerintah menargetkan jumlah EV di Tanah Air mencapai 15,7 juta unit pada 2030. Jumlah itu terdiri dari 13,5 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik. Deloitte dan Foundry memperkirakan pasar EV di Indonesia dapat mencapai USD19,2 miliar atau Rp294 triliun pada 2030.
“Lima tahun lalu, konsumen dan produsen ragu akan masa depan kendaraan listrik. Sekarang dengan adanya ekosisten EV yang dibangun PLN, konsumen dan produsen sangat optimistis akan keberlanjutan EV di Tanah Air,” tegas Frans.
Menurut Frans, saat ini masyarakat semakin mudah mengakses charging station. Tak hanya di Jawa, juga di provinsi lainnya. Sebagai salah satu produsen mobil listrik, dengan semakin banyaknya charging station dan meningkatnya minat masyarakat, Hyundai tak ragu lagi untuk memperbesar volume produksi mobil listrik. “Adanya infrastruktur EV tentu akan memberikan semangat bagi produsen sehingga menciptakan ekonomi berkelanjutan,”katanya.
Frans menyebut, pengembangan infrastruktur EV yang masif dan minat masyarakat untuk beralih ke mobil listrik menjadi salah satu alasan Hyundai menenamkan investasi senilai USD3 miliar untuk pembangunan pabrik perakitan, termasuk pabrik baterai. “Dengan investasi itu ada penyerapan tenaga kerja. Dari sisi lingkungan tentu ada kontribusi pengurangan emisi sesuai komitmen kami mendukung kebijakan pemerintah. Artinya, tercipta kegiatan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya. Tak hanya itu, lanjut dia, pengembangan ekosistem EV juga akan mengurangi beban negara dari subsidi BBM.
“Subsidi jadi berkurang, karena penggunaan energi fosil turun dan beralih ke energi listrik yang lebih bersih,”imbuhnya. Hyundai, lanjut Frans, juga berkolaborasi dengan PLN untuk menghadirkan charging station di beberapa lokasi. Hal itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses energi bersih yang dipasok PLN.
“Di mal, di kafe, terus ditambah memanfaatkan energi bersih PLN. Kami terus bekerjasama. Kami sesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih peduli terhadap lingkungan,”ujarnya. Hyundai melihat, selain masalah lingkungan, masalah keekonomian juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan kendaraan listrik.
Mendorong Pertumbuhan Ekonomi
Pembangunan infrastruktur kendaraan listrik yang masif diyakini memantik pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan. Chief Operating Officer (COO) PT Hyundai Motors Indonesia Fransiscus Soerjopranoto mengatakan, ekosistem EV yang dikembangkan PLN memacu industri untuk mengakselerasi pengembangan kendaraan listrik di Tanah Air.
Data riset Deloitte dan Foundry menyebutkan, jumlah kendaraan EV terus meningkat setiap tahun. Pada 2021 pertumbuhannya mencapai 244,58% . Kemudian pada 2022 melonjak menjadi 344,27%. Deloitte dan Foundry menyebutkan, pertumbuhan EV di Indonesia telah mencapai 14 kali lipat dalam dua tahun terakhir. Pertumbuhan itu tak lepas dari masifnya pengembangan infrastruktur EV di Indonesia. Pemerintah menargetkan jumlah EV di Tanah Air mencapai 15,7 juta unit pada 2030. Jumlah itu terdiri dari 13,5 juta motor listrik dan 2,2 juta mobil listrik. Deloitte dan Foundry memperkirakan pasar EV di Indonesia dapat mencapai USD19,2 miliar atau Rp294 triliun pada 2030.
“Lima tahun lalu, konsumen dan produsen ragu akan masa depan kendaraan listrik. Sekarang dengan adanya ekosisten EV yang dibangun PLN, konsumen dan produsen sangat optimistis akan keberlanjutan EV di Tanah Air,” tegas Frans.
Menurut Frans, saat ini masyarakat semakin mudah mengakses charging station. Tak hanya di Jawa, juga di provinsi lainnya. Sebagai salah satu produsen mobil listrik, dengan semakin banyaknya charging station dan meningkatnya minat masyarakat, Hyundai tak ragu lagi untuk memperbesar volume produksi mobil listrik. “Adanya infrastruktur EV tentu akan memberikan semangat bagi produsen sehingga menciptakan ekonomi berkelanjutan,”katanya.
Frans menyebut, pengembangan infrastruktur EV yang masif dan minat masyarakat untuk beralih ke mobil listrik menjadi salah satu alasan Hyundai menenamkan investasi senilai USD3 miliar untuk pembangunan pabrik perakitan, termasuk pabrik baterai. “Dengan investasi itu ada penyerapan tenaga kerja. Dari sisi lingkungan tentu ada kontribusi pengurangan emisi sesuai komitmen kami mendukung kebijakan pemerintah. Artinya, tercipta kegiatan ekonomi yang berkelanjutan,” tegasnya. Tak hanya itu, lanjut dia, pengembangan ekosistem EV juga akan mengurangi beban negara dari subsidi BBM.
“Subsidi jadi berkurang, karena penggunaan energi fosil turun dan beralih ke energi listrik yang lebih bersih,”imbuhnya. Hyundai, lanjut Frans, juga berkolaborasi dengan PLN untuk menghadirkan charging station di beberapa lokasi. Hal itu dilakukan untuk memudahkan masyarakat dalam mengakses energi bersih yang dipasok PLN.
“Di mal, di kafe, terus ditambah memanfaatkan energi bersih PLN. Kami terus bekerjasama. Kami sesuaikan dengan gaya hidup masyarakat saat ini yang lebih peduli terhadap lingkungan,”ujarnya. Hyundai melihat, selain masalah lingkungan, masalah keekonomian juga menjadi pertimbangan dalam menggunakan kendaraan listrik.
tulis komentar anda