APBN 2023 Tekor Rp347 Triliun, Sri Mulyani: Lebih Kecil dari Target
Selasa, 02 Januari 2024 - 15:06 WIB
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati melaporkan defisit anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2023 sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65%. Angka ini lebih kecil dari target terbaru pemerintah sebesar 2,27% atau lebih rendah dari target awal 2,84%.
"Ternyata realisasi defisit kita jauh lebih kecil yaitu Rp347,6 triliun, bayangkan hampir setengahnya dari original design, jadi defisit kita hanya 1,65% dari GDP," ungkap Sri dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Pada waktu awal desain, lanjut Sri, APBN defisit keseimbangan primernya di Rp156,81 triliun. Kemudian direvisi dengan Rp38,5 triliun, lebih rendah namun kita tutup dengan Rp92,2 triliun surplus.
"Ini adalah surplus keseimbangan primer pertama kali sejak tahun 2012, jadi hampir 10 tahun lalu ini, sesuatu yang luar biasa," kata Menkeu.
Lebih lanjut, dari 2019 ke 2020 defisit melebar dari Rp348,7 triliun menjadi Rp947 triliun dari 2,2% dari GDP menjadi 6,4%.
"Ini karena pada saat covid 2020 pendapatan negara kita drop dari Rp1.960 triliun ke Rp1.647 triliun, pajak, PNBP, cukai semuanya mengalami penurunan, kepabeanan sih resilien tapi sama semua mengalami penurunan," jelasnya.
Rinciannya, pendapatan negara di 2023 terkumpul sebesar Rp2.774,3 triliun atau mencapai 112,6% dari target awal APBN tahun anggaran 2023 yang sebesar Rp2.463 triliun, sebelum direvisi pada pertengahan tahun menjadi Rp2.637,2 triliun pada Perpres 75/2023. Angka tersebut meningkat 5,3% yoy.
Realisasi belanja negara tumbuh tipis sebesar 0,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun, realisasi belanja negara telah mencapai Rp3.121,9 triliun atau mencapai 102% dari pagu 2023 atau 100,2% dari target Perpres 75/2023.
"Ternyata realisasi defisit kita jauh lebih kecil yaitu Rp347,6 triliun, bayangkan hampir setengahnya dari original design, jadi defisit kita hanya 1,65% dari GDP," ungkap Sri dalam Konferensi Pers Kinerja dan Realisasi APBN di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Pada waktu awal desain, lanjut Sri, APBN defisit keseimbangan primernya di Rp156,81 triliun. Kemudian direvisi dengan Rp38,5 triliun, lebih rendah namun kita tutup dengan Rp92,2 triliun surplus.
"Ini adalah surplus keseimbangan primer pertama kali sejak tahun 2012, jadi hampir 10 tahun lalu ini, sesuatu yang luar biasa," kata Menkeu.
Lebih lanjut, dari 2019 ke 2020 defisit melebar dari Rp348,7 triliun menjadi Rp947 triliun dari 2,2% dari GDP menjadi 6,4%.
"Ini karena pada saat covid 2020 pendapatan negara kita drop dari Rp1.960 triliun ke Rp1.647 triliun, pajak, PNBP, cukai semuanya mengalami penurunan, kepabeanan sih resilien tapi sama semua mengalami penurunan," jelasnya.
Baca Juga
Rinciannya, pendapatan negara di 2023 terkumpul sebesar Rp2.774,3 triliun atau mencapai 112,6% dari target awal APBN tahun anggaran 2023 yang sebesar Rp2.463 triliun, sebelum direvisi pada pertengahan tahun menjadi Rp2.637,2 triliun pada Perpres 75/2023. Angka tersebut meningkat 5,3% yoy.
Realisasi belanja negara tumbuh tipis sebesar 0,8% jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun lalu. Adapun, realisasi belanja negara telah mencapai Rp3.121,9 triliun atau mencapai 102% dari pagu 2023 atau 100,2% dari target Perpres 75/2023.
(nng)
Lihat Juga :
tulis komentar anda