GAPKI Ramal Produksi Minyak Sawit RI Bakal Stagnan di 2024
Selasa, 27 Februari 2024 - 21:36 WIB
JAKARTA - Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia ( GAPKI ) memprediksi industri minyak sawit masih harus menghadapi berbagai tantangan di 2024. Ketua Umum GAPKI Eddy Martono bahkan mengungkapkan, produksi dan produktivitas industri sawit akan relatif stagnan dan cenderung turun pada tahun ini.
Namun demikian Eddy memproyeksi pada 2024, produksi minyak sawit masih berpeluang naik sekitar 5%. Diterangkan produksi minyak sawit Indonesia di 2023 tumbuh 7% dibandingkan tahun lalu yaitu 51,24 juta ton menjadi 54,84 juta ton.
"2024 memang kondisinya stagnan, tapi paling tidak kita masih bisa kalau 5% ya tumbuh, GAPKI masih yakin ada pertumbuhan sekitar 5% juga nanti 2024," jelasnya dalam konferensi pers Syukuran Ulang Tahun GAPKI ke-43 tahun, di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Dikatakan Eddy, hal itu dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang terus meningkat (pangan, biodiesel, oleochemical), volume ekspor cenderung menurun hingga realisasi peremaan sawit rakyat (PSR) yang sangat rendah.
Diakui Eddy, tantangan yang dihadapi industri sawit pada 2024 salah satunya kampanye negatif yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri misalnya, kampanye negatif berupa adanya buku-buku pendidikan dan media sosial yang negatif terhadap sawit. Sementara dari luar negeri, yaitu diskriminasi sawit melalui EU Deforestasi.
"Kampanye negatif masih terus berlanjut, sawit merambah hutan, dari luar negeri EU juga terus berubah. Ini kita terus hadapai kita bersama Pemerintah kita tidak sendiri untuk menghadapi kampanye-kampanye ini," tegas Eddy.
Eddy menambahkan, tantangan kedua yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha, seperti banyaknya peraturan dan instansi yang tertib dalam industri kepala sawit.
Namun demikian Eddy memproyeksi pada 2024, produksi minyak sawit masih berpeluang naik sekitar 5%. Diterangkan produksi minyak sawit Indonesia di 2023 tumbuh 7% dibandingkan tahun lalu yaitu 51,24 juta ton menjadi 54,84 juta ton.
"2024 memang kondisinya stagnan, tapi paling tidak kita masih bisa kalau 5% ya tumbuh, GAPKI masih yakin ada pertumbuhan sekitar 5% juga nanti 2024," jelasnya dalam konferensi pers Syukuran Ulang Tahun GAPKI ke-43 tahun, di Ayana Midplaza, Jakarta, Selasa (27/2/2024).
Dikatakan Eddy, hal itu dipengaruhi oleh konsumsi dalam negeri yang terus meningkat (pangan, biodiesel, oleochemical), volume ekspor cenderung menurun hingga realisasi peremaan sawit rakyat (PSR) yang sangat rendah.
Diakui Eddy, tantangan yang dihadapi industri sawit pada 2024 salah satunya kampanye negatif yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Dari dalam negeri misalnya, kampanye negatif berupa adanya buku-buku pendidikan dan media sosial yang negatif terhadap sawit. Sementara dari luar negeri, yaitu diskriminasi sawit melalui EU Deforestasi.
"Kampanye negatif masih terus berlanjut, sawit merambah hutan, dari luar negeri EU juga terus berubah. Ini kita terus hadapai kita bersama Pemerintah kita tidak sendiri untuk menghadapi kampanye-kampanye ini," tegas Eddy.
Eddy menambahkan, tantangan kedua yaitu tidak jelasnya kepastian hukum dan kepastian berusaha, seperti banyaknya peraturan dan instansi yang tertib dalam industri kepala sawit.
tulis komentar anda