Kisah Pendiri Mixue Berharta Rp18,6 Triliun, Mulai Bisnis dari Pinjaman Nenek, Kini Jadi Miliarder
Senin, 11 Maret 2024 - 06:37 WIB
DMixue sempat mengajukan permohonan untuk mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Shenzhen pada tahun 2022. Pada kala itu, Mixue menyasar untuk mengumpulkan sekitar USD915 juta. Namun, belum ada pengumuman resmi mengenai kemungkinan pencatatan tersebut sehingga belum terwujud hingga saat ini.
Mixue, yang memiliki 32.000 toko waralaba di China dan 4.000 lainnya di 11 negara Asia lainnya, tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari penilaian perusahaan atau kekayaan bersih sang pemilik seperti dilansir Forbes.
Menurut prospektus, toko-tokonya menjual sekitar 5,8 miliar minuman di seluruh dunia selama sembilan bulan pertama tahun 2023, menjadikannya penjual minuman terbesar kedua secara global berdasarkan cangkir yang terjual, menurut China Insights Industry Consultancy. (Penjual nomor satu ditempati oleh Starbucks).
Kiprah Mixue di pasar bubble tea terbilang menonjol, lantaran harganya yang lebih murah dari kompetitor. Bahkan Ia mendapatkan julukan "Pinduoduo of bubble tea," oleh platform e-commerce diskon China yang populer kepunyaan miliarder Colin Huang (situs belanja Pinduoduo AS Temu diluncurkan pada tahun 2022).
Produk Mixue, yang juga termasuk limun, es krim lembut, teh dan kopi, harganya berkisar tiga sen (kira-kira seharga sekaleng Coke di China) atau USD1. Harga tersebut jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan harga rata-rata USD3,80 seperti yang ditawarkan Nayuki, produsen bubble tea lainnya yang juga populer di China.
Mixue menerangkan, kenapa mereka mampu menjaga harganya tetap murah, lantaran rantai pasokan end-to-end yang mencakup segala hal mulai dari pengadaan, produksi bahan, hingga logistik, penelitian dan pengembangan, serta kontrol kualitas.
Sementara itu hampir semua pendapatan dan keuntungannya, berasal dari penjualan persediaan seperti peralatan dapur dan bahan makanan kepada pewaralaba.
Semuanya bermula saat Hongchao menjadi seorang mahasiswa di Henan Economics and Finance College (sekarang dikenal sebagai Henan University of Economics and Law) pada tahun 1997. Pada suatu waktu di musim panas, Ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah kios minuman.
Saat bekerja di sana, dia memiliki ide untuk membuat mesin es buatan tangannya sendiri dan membuka toko yang menjual es serut, sesuatu yang populer di negara tetangga Shangqiu, tetapi belum mencapai Zhengzhou. Menurut laporan media lokal China, ia meminjam 3.000 yuan (USD422) dari neneknya untuk membuka Coldsnap Shaved Ice, pendahulu Mixue.
Hongchao dengan cepat belajar bisnis ketika dia berjuang untuk menjual es selama musim dingin, memaksanya untuk menjual jeruk mandarin demi mendapatkan penghasilan tambahan, menurut media China. Namun dia harus menutup bisnisnya tersebut, namun Hongchao pantang menyerah untuk mencoba lagi pada tahun 1999 dengan produk-produk baru seperti minuman manis dan kemudian es krim lembut.
Mixue, yang memiliki 32.000 toko waralaba di China dan 4.000 lainnya di 11 negara Asia lainnya, tidak menanggapi permintaan untuk mengomentari penilaian perusahaan atau kekayaan bersih sang pemilik seperti dilansir Forbes.
Menurut prospektus, toko-tokonya menjual sekitar 5,8 miliar minuman di seluruh dunia selama sembilan bulan pertama tahun 2023, menjadikannya penjual minuman terbesar kedua secara global berdasarkan cangkir yang terjual, menurut China Insights Industry Consultancy. (Penjual nomor satu ditempati oleh Starbucks).
Kiprah Mixue di pasar bubble tea terbilang menonjol, lantaran harganya yang lebih murah dari kompetitor. Bahkan Ia mendapatkan julukan "Pinduoduo of bubble tea," oleh platform e-commerce diskon China yang populer kepunyaan miliarder Colin Huang (situs belanja Pinduoduo AS Temu diluncurkan pada tahun 2022).
Produk Mixue, yang juga termasuk limun, es krim lembut, teh dan kopi, harganya berkisar tiga sen (kira-kira seharga sekaleng Coke di China) atau USD1. Harga tersebut jauh lebih murah apabila dibandingkan dengan harga rata-rata USD3,80 seperti yang ditawarkan Nayuki, produsen bubble tea lainnya yang juga populer di China.
Mixue menerangkan, kenapa mereka mampu menjaga harganya tetap murah, lantaran rantai pasokan end-to-end yang mencakup segala hal mulai dari pengadaan, produksi bahan, hingga logistik, penelitian dan pengembangan, serta kontrol kualitas.
Sementara itu hampir semua pendapatan dan keuntungannya, berasal dari penjualan persediaan seperti peralatan dapur dan bahan makanan kepada pewaralaba.
Semuanya bermula saat Hongchao menjadi seorang mahasiswa di Henan Economics and Finance College (sekarang dikenal sebagai Henan University of Economics and Law) pada tahun 1997. Pada suatu waktu di musim panas, Ia mendapatkan pekerjaan paruh waktu di sebuah kios minuman.
Saat bekerja di sana, dia memiliki ide untuk membuat mesin es buatan tangannya sendiri dan membuka toko yang menjual es serut, sesuatu yang populer di negara tetangga Shangqiu, tetapi belum mencapai Zhengzhou. Menurut laporan media lokal China, ia meminjam 3.000 yuan (USD422) dari neneknya untuk membuka Coldsnap Shaved Ice, pendahulu Mixue.
Hongchao dengan cepat belajar bisnis ketika dia berjuang untuk menjual es selama musim dingin, memaksanya untuk menjual jeruk mandarin demi mendapatkan penghasilan tambahan, menurut media China. Namun dia harus menutup bisnisnya tersebut, namun Hongchao pantang menyerah untuk mencoba lagi pada tahun 1999 dengan produk-produk baru seperti minuman manis dan kemudian es krim lembut.
tulis komentar anda