Petani Harapkan Dukungan Kebijakan Pemerintah Menjaga Harga TBS
Jum'at, 15 Maret 2024 - 22:04 WIB
JAKARTA - Petani sawit swadaya berharap dukungan kebijakan pemerintah dalam melindungi stabilitas harga tandan buah segar (TBS). Seperti diketahui, selama ini belum ada kebijakan yang tepat dalam mengatasi persoalan harga TBS.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP APKASINDO), Gulat ME Manurung menyampaikan pemerintah harus memperhatikan petani sawit. Selain garda terdepan di industri sawit nasional, petani sawit juga ikut menyukseskan program pemerintah. Partisipasi aktif 17 juta petani sawit misalnya telah berkontribusi mensukseskan pemilihan umum dan program pemerintah lainnya patut diberikan apresiasi.
Berdasarkan catatan APKASINDO, dari tahun 2015-2023 diketahui rerata harga CPO Internasional Rotterdam dan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) setiap tahunnya menunjukkan dinamika yang tidak konsisten.
"Inkonsistensi ini bermula dari Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia," ujar Gulat dalam konferensi pers refleksi perjalanan petani sawit.
Seperti tampak pada dinamika harga CPO tahun 2015 sampai tahun 2019 yang berkisar antara 3-11%, yang artinya pada kurun waktu 2015-2019 tidak terjadi kenaikan yang cukup berarti. Bahkan pada 2017-2019 terjadi penurunan rata-rata harga CPO sebesar 7,04%.
Akibat dari penurunan harga pada periode 2017-2019 ini praktis membuat harga TBS stagnan selama tiga tahun, rerata di harga Rp1.650/kg TBS.
“Dengan perbandingan harga Periode 2017-2019 dengan periode 2015-2016 diketahui rata-rata harga TBS petani justru lebih tinggi yaitu Rp1.6.75/kg,” kata Gulat.
Fenomena lain yang menarik disimak yaitu harga CPO periode 2020 dibandingkan 2019 terjadi kenaikan harga CPO (Rotterdam) sebesar 21,21% dan kenaikan ini lebih tajam lagi tahun 2021 dibandingkan 2020 sebesar 59,54% dan periode 2022 kembali naik dibandingkan periode 2021, meskipun hanya 14,83%.
Ketua Umum Dewan Pengurus Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP APKASINDO), Gulat ME Manurung menyampaikan pemerintah harus memperhatikan petani sawit. Selain garda terdepan di industri sawit nasional, petani sawit juga ikut menyukseskan program pemerintah. Partisipasi aktif 17 juta petani sawit misalnya telah berkontribusi mensukseskan pemilihan umum dan program pemerintah lainnya patut diberikan apresiasi.
Baca Juga
Berdasarkan catatan APKASINDO, dari tahun 2015-2023 diketahui rerata harga CPO Internasional Rotterdam dan PT Kharisma Pemasaran Bersama Nusantara (KPBN) setiap tahunnya menunjukkan dinamika yang tidak konsisten.
"Inkonsistensi ini bermula dari Indonesia sebagai produsen CPO terbesar dunia," ujar Gulat dalam konferensi pers refleksi perjalanan petani sawit.
Seperti tampak pada dinamika harga CPO tahun 2015 sampai tahun 2019 yang berkisar antara 3-11%, yang artinya pada kurun waktu 2015-2019 tidak terjadi kenaikan yang cukup berarti. Bahkan pada 2017-2019 terjadi penurunan rata-rata harga CPO sebesar 7,04%.
Akibat dari penurunan harga pada periode 2017-2019 ini praktis membuat harga TBS stagnan selama tiga tahun, rerata di harga Rp1.650/kg TBS.
“Dengan perbandingan harga Periode 2017-2019 dengan periode 2015-2016 diketahui rata-rata harga TBS petani justru lebih tinggi yaitu Rp1.6.75/kg,” kata Gulat.
Fenomena lain yang menarik disimak yaitu harga CPO periode 2020 dibandingkan 2019 terjadi kenaikan harga CPO (Rotterdam) sebesar 21,21% dan kenaikan ini lebih tajam lagi tahun 2021 dibandingkan 2020 sebesar 59,54% dan periode 2022 kembali naik dibandingkan periode 2021, meskipun hanya 14,83%.
tulis komentar anda