6 Dinamika Global Ini Mengancam Ekonomi RI, Bahlil Singgung Mazhab China dan Pengikut AS
Kamis, 02 Mei 2024 - 14:10 WIB
JAKARTA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia , mengungkapkan setidaknya ada 6 dinamika global yang mengancam stabilitas ekonomi di Indonesia.Bahlil menjelaskan ke 6 dinamika global itu antara lain, perang dagang Amerika dan China, pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19, perang Rusia - Ukrain a, deflasi dan perlambatan ekonomi China, konflik Palestina - Israel, dan pelemahan nilai tukar rupiah.
Lebih jauh Bahlil menceritakan kondisi ini dimulai dan dirasakan dampaknya pada tahun 2017 dan 2018, yang saat ini mulai terasa tensi perang dagang antara China dan Amerika. Mengingat, pertumbuhan industri manufaktur China yang cukup pesat membuat negara tersebut mempunyai struktur ekonomi yang kuat dan menyaingi Amerika.
"Sehingga membuat perbedaan, mana negara yang ikut mazhab China dan mana yang mengikuti Amerika," ujar Bahlil dalam acara kuliah umum di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kamis (2/5/2024).
Perang dagang antar kedua negara adidaya itu juga mulai santer terlihat ketika beberapa perusahaan China, ada sekitar 40 perusahaan, mulai hengkang dari Amerika, dan pindah ke Negara seperti Vietnam, Malaysia, hingga Indonesia.
"Ini dua kutub besar perekonomian dunia, saling membuat strategi dan penetrasi," sambungnya.
Belum rampung perang dagang pada tahun 2018, Bahlil mengatakan kondisi perekonomian di Indonesia juga dihadapkan oleh adanya wabah pandemi Covid-19. "Ini bukan sekedar persoalan kesehatan, tapi berdampak pada persoalan ekonomi, dan sosial, Indonesia salah satu yang terkena," sambungnya.
Pasca pandemi Covid-19, masing-masing negara berbenah untuk melakukan pemulihan ekonomi, termasuk Indonesia. Namun adanya konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina pasca pandemi, membuat terganggunya rantai pasok di Indonesia dan akhirnya berdampak pada pemulihan ekonomi Indonesia sendiri.
Lebih jauh Bahlil menceritakan kondisi ini dimulai dan dirasakan dampaknya pada tahun 2017 dan 2018, yang saat ini mulai terasa tensi perang dagang antara China dan Amerika. Mengingat, pertumbuhan industri manufaktur China yang cukup pesat membuat negara tersebut mempunyai struktur ekonomi yang kuat dan menyaingi Amerika.
"Sehingga membuat perbedaan, mana negara yang ikut mazhab China dan mana yang mengikuti Amerika," ujar Bahlil dalam acara kuliah umum di Universitas Lambung Mangkurat, Banjarbaru, Kamis (2/5/2024).
Perang dagang antar kedua negara adidaya itu juga mulai santer terlihat ketika beberapa perusahaan China, ada sekitar 40 perusahaan, mulai hengkang dari Amerika, dan pindah ke Negara seperti Vietnam, Malaysia, hingga Indonesia.
"Ini dua kutub besar perekonomian dunia, saling membuat strategi dan penetrasi," sambungnya.
Belum rampung perang dagang pada tahun 2018, Bahlil mengatakan kondisi perekonomian di Indonesia juga dihadapkan oleh adanya wabah pandemi Covid-19. "Ini bukan sekedar persoalan kesehatan, tapi berdampak pada persoalan ekonomi, dan sosial, Indonesia salah satu yang terkena," sambungnya.
Pasca pandemi Covid-19, masing-masing negara berbenah untuk melakukan pemulihan ekonomi, termasuk Indonesia. Namun adanya konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina pasca pandemi, membuat terganggunya rantai pasok di Indonesia dan akhirnya berdampak pada pemulihan ekonomi Indonesia sendiri.
tulis komentar anda