Kenaikan Bea Masuk 200% Impor dari China Dinilai Bisa Berdampak Buruk
Kamis, 11 Juli 2024 - 18:04 WIB
Baca Juga: 10 Alasan Harga Barang Impor dari China Lebih Murah Ketimbang Buatan Lokal Indonesia
BHS meminta pemerintah untuk lebih memikirkan dampak dari penetapan kenaikan bea impor ini secara lebih luas. Seharusnya pemerintah mengambil kebijakan alternatif dengan menurunkan ongkos biaya produksi industri dalam negeri, terutama sektor industri untuk kebutuhan pokok seperti tekstil, alat pertanian, pupuk, dan lain lain dengan menurunkan biaya energi terutama listrik.
Di Malaysia harga listriknya 60% lebih murah daripada Indonesia. Demikian juga beberapa negara tetangga di ASEAN lain, juga energi gas yang saat ini gas di Indonesia dijual ke industri dengan harga USD8-USD12 per MMBTU. Sedangkan negara negara seperti China, Malaysia, menjual harga gas nya di industrinya sekitar USD3 kebawah.
"Padahal Indonesia adalah penghasil gas alam terbesar di Asia Tenggara, bahkan nantinya mungkin di Asia ataupun dunia," pungkasnya.
BHS meminta pemerintah untuk lebih memikirkan dampak dari penetapan kenaikan bea impor ini secara lebih luas. Seharusnya pemerintah mengambil kebijakan alternatif dengan menurunkan ongkos biaya produksi industri dalam negeri, terutama sektor industri untuk kebutuhan pokok seperti tekstil, alat pertanian, pupuk, dan lain lain dengan menurunkan biaya energi terutama listrik.
Di Malaysia harga listriknya 60% lebih murah daripada Indonesia. Demikian juga beberapa negara tetangga di ASEAN lain, juga energi gas yang saat ini gas di Indonesia dijual ke industri dengan harga USD8-USD12 per MMBTU. Sedangkan negara negara seperti China, Malaysia, menjual harga gas nya di industrinya sekitar USD3 kebawah.
"Padahal Indonesia adalah penghasil gas alam terbesar di Asia Tenggara, bahkan nantinya mungkin di Asia ataupun dunia," pungkasnya.
(nng)
tulis komentar anda